Selasa, 19 Februari 2008

Rambut 1 cm

“Ass. Bu Rani gimana kabarnya? kita semua kangen.  Katanya bu Rani mau pulang lagi Ya?”

Itu yang aku baca di layar ponselku ketika ponselku melagukan sebuah nada pertanda sebuah pesan tiba.  Ku lihat jam di layar HP.  Jam 2 malam.  Setelah itu HP ku bernyanyi lagi.  Beberapa pesan senada tiba.  Pesan yang sangat istimewa dari siswa-siswiku tercinta.

 

Bersama mereka, diantara mereka, ada kegembiraan tersendiri dalam tawa dan canda.  Kepolosan, keluguan, kecerewetan, dan sikap kritis mereka sering membuatku tertawa.  Juga membuatku semakin mengerti betapa besarnya potensi yang ada dalam setiap siswa.

Yang nakal dan iseng? banyak juga.  Mungkin yang tak akan pernah ditemukan pada mereka adalah niat untuk melukai atau menyakiti membuat pusing dan hal-hal negatif lainnya.  Mereka hanya butuh perhatian, kasih sayang dan pengakuan atas keberadaan dan prestasi mereka.  Itu saja.

 

Bagaimana menangani yang suka iseng?.  Gampang.  Isengin lagi aja.  Terbukti efektif.  Contohnya, siswa pria suka iseng main bola di dalam kelas sampai pernah merusak beberapa fasilitas.  Mereka sebenarnya tahu bahwa main bola itu seharusnya di lapangan.  Tapi entah karena iseng, atau alasan apa, mereka lebih suka main di dalam kelas.  Akhirnya saya merasa sudah saatnya berbicara dengan mereka.  pertanyaan pertama yang saya ajukan setelah memberikan pendahuluan adalah “Kira-kira bagaimana caranya supaya kalian disiplin ya?”

“Gini aja bu, yang main bola di dalam kelas tidak boleh main bola selama 2 minggu” usul Dody.

“tapi setelah hukumannya selesai, nanti kalian main bola di dalam kelas lagi” sanggahku.

Beberapa usulan yang lain muncul.

Dari hasil diskusi yang cukup panjang itu didapatkan suatu keputusan “Yang main bola di dalam kelas harus dicukur rambutnya jadi 1 cm”  Sebenarnya ga nyambung ya?  tapi saya melihat ini akan efektif, sebab belakangan ini para siswa pria sering “mendandani” rambutnya.

 

Ternyata di luar dugaan,… dalam jangka waktu sekitar 1 bulan, siswa pria di kelasku semuanya(kecuali 1 yang tidak, anak yang selama ini memang paling cool dan paling pintar) berambut 1cm gara-gara kena hukuman.

Saya bangga pada mereka karena mereka benar-bebar konsekuen dengan hasil kesepakatan.

Saya juga bangga pada mereka karena mereka benar-benar kompak.  Perasaan bangga ini tidak saya simpan sendieian.  Saya selalu katakan kepada mereka bahwa saya bangga punya murid seperti mereka.

 

Saya tidak tahu apakah mereka juga bangga pada saya atau tidak.  Kadang saya menganggap itu tidak penting.  Cuma terkadang saya ingin masukan juga dari mereka, siapa tahu selama ini saya melakukan sesuatu yang menurut mereka menyakitkan.  Untuk itu rutin selama minimal 1 semester sekali saya meminta mereka memberikan penilaian, dan masukan tentang pelajaran,proses belajar juga pesan untuk guru-guru mereka.  Biasanya kalau baca pesan dari mereka, sebagian besar menuliskan “Bu Rani jangan galak dong”.  Ada juga yang menuliskan “Bu Rani jangan suka gundulin rambut orang”.

 

 

4 komentar:

  1. wah baca postingan mbak Rani,melayangkan diriku di masa lalu2 ya bu tiada pekerjaan yg indah selain menjadi guru ya bu,tuntutan kita bagai mana anak2 kita,bukan bagaimana penghasilan kita.

    BalasHapus
  2. s7,... saya postingin tentang pengalaman saya jadi guru yuk mengobati rasa rinduuuuu

    BalasHapus
  3. Saya jadi inget murid2 bu rani dody dan kawan2...
    Saya seneng masih bisa menggoda mereka yang cakep-cakep pas mereka beranjak dewasa...
    Kemarin waktu Islamic book fair 2008 saya ketemu bu beti, dody&rangga...
    Saya ga berani lagi godain dody bu...soalna dah 'ikhwan' gitu...
    takut dosa,he3....

    BalasHapus
  4. Dody udah punya jati diri lhooo, udah mulai ikut kursus...

    BalasHapus