Minggu, 11 Mei 2008

Cibatok

Ya Allah, aqu mohon padaMu, tambahkan nikmatMU & barokahkan umur orang-orang yang senantiasa menyayangi, mencintai & mendo'akanku. Amin.
Kita lagi mabit di Cibatok


Begitu pesan singkat yang kubaca di HPku.  SMS dari bu Bety,salah satu sahabatku di Insantama.

Olala,...please dech.  Aku jadi tambah kangen deh ma Insantama.  Mana tadi malam mimpi ketemu mereka pula di acara mabit.  Duh!!!
Truszs akupun jadi inget bagaimana ceritanya mabit kampung angkatan pertama.

Begini.
Berawal dari keinginan untuk memberikan reward & mengembalikan semangat anak-anak usai libur, aku & Pak Agung merencanakan sebuah acara untuk semua siswa.  Setelah diskusi sana-sini akhirnya didapat sebuah kesepakatan  bahwa siswa yang berprestasi akan mendapatkan hadiah.  Hadiahnya adalah : NAIK KEBO.
Sebagai bukti prestasi, siswa diminta mengumpulkan 8 point prestasi.  Dan hanya yang berhasil mengumpulkan 8point inilah yang berhak untuk naik kebo.
Tapi yang belum bisa mengumpulkan 8 poin juga tetep dapat hadiah, hadiahnya adalah mabit, menanam padi, menangkap ikan & mandi di kali.....

Mabit waktu itu dilaksanakan di Cinangneng.  Tujuan dari mabit itu adalah memperkenalkan pada siswa mengenai kehidupan masyarakat yang menggunakan teknologi sederhana alias tradisional.  Masak tampa kompor alias pake tungku dengan bahan bakar kayu.  Sebagian siswa ditugaskan untuk mencari ranting & kayu yang akan digunakan untuk kayu bakar.  Sebagian lagi ditugaskan untuk mencari bahan makanan yang ada dilingkungan sekitar tapi yang ketemu cuma daun singkong.  Oleh tuan rumah saat itu anak-anak diajarkan bagaimana memilih daun singkong yang bisa dimakan.
Malemnya, Akhwat tidur di rumah kayu yang sederhana dengan penerangan alakadarnya.  Yang ikhwan apalagi, penerangan yang digunakan malah dari lampu petromak, ya itu demi mencapai tujuan memperkenalkan apa-apa yang berbau tradisional.
Makan malampun, menunya menu desa : Nasi, daun singkong, telur balado, oncom, tahu & tempe. 
Oh ya, setiap siswa diwajibkan untuk membawa satu cangkir beras, 2 buah cabe, kunyit,lengkuas& juga telur.  Lucunya ternyata ada siswa yang membawa telur rebus supaya telurnya tidak pecah.  Untungnya telur rebus ini ikutan kerebus, tidak didadar.  Kalo didadar tentu aku & bu Bety yang jadi seksi suksaksiksik alias SC (seksi Consumsi) bakal bingung sendiri.

Keesokan harinya, pagi-pagi setelah olahraga sejenak, anak-anak siap-siap mancing ikan dikolam.  Acara mancing ini betul-betul seru karena diam-diam Pak Nono mempersiapkan 5 orang siswa yang berbadan besar & bertenaga kuat untuk memberikan kejutan pada Pak Agung yang saat itu ulang tahun.  So, setelah memberikan pengarahan, setelah anak-anak mulai asyik memancing, bahkan beberapa anak sudah mendapatkan ikan, tiba-tiba BYUR... Pak Agung kecebur setelah didorong 5 ikhwan.  Sayangnya waktu itu Pak Agung tengah membantu Ivan menyiapkan kail, so, tanpa sadar Ivan pun ikut kecemplung.  Yang lain bersorak rame menyanyikan lagu : selamat ulang tahun.  Entah karena kesal entah karena tanggung, Pak Agung pun menarik satu-persatu anak-anak ikhwan untuk nyemplung ke kolam.  Akhirnya semua siswa nyemplung untuk mengepung ikan-ikan di kolam.  (kasyihaaan deh tuh ikan...)
Usai nangkap ikan, anak-anak istirahat & makan Mie Instan.
Naaah tibalah saatnya puncak acara di mulai : Naik Kebo
Sayangnya menurut Pak Tani, sang kebo habis berkelahi so tidak bisa dinaiki, anak-anak yang berprestasi hanya bisa naik alat pembajak sawah yang ditarik kebo.  Tapi asyik buanget booooo.  Keliling sawah sambil ditarik kebo yang dituntun pak tani.  Pokonya TOP dah
Seperti yang direncanakan, acar dilanjutkan dengan menanam padi.  Tiap siswa mendapat sejumlah bibit padi dan ditugaskan untuk menanam sebaris padi.  Ini juga tak kalah seru.  Azam yang dikenal sangat perfect betul-betul mununjukkan ke-perfect-kannya.  Tidak-tanggung-tanggung, untuk mendapatkan padi yang lurus, dia rela duduk j(ongkok tapi terlalu rendah) dilumpur dan mengamati barisan bibit padi yang tanam satu persatu untuk memastikan bahwa semua bibit ditanam dalam satu baris.... oalaaaa, Zam....zam.  Kalo siswa yang lain sih menanam padi seperti biasa, seperti yang dicontohkan oleh Pak Tani.  Membungkuk biasa saja.

Apa yang dilakukan setelah menanam padi???
Mencuci pakaian sendiri dan Mandi.  Yang ikwan di sungai, yang akhwat ditempat cuci & mandi ibu-ibu desa.  Dua tempat yang berjauhan.

Setelah beres, semuanya makan siang.  Lauknya adalh ikan hasil tangkapan, lalap & sambel.  Hmmm, sedap apalagi lauknya hasil jerih payah sendiri.

***

Ditahun-tahun berikutnya, acara menjadi petani untuk memperkenalkan teknologi sederhana & tradisionalpun tetap dilanjutkan.  Acara ini khusus untuk siswa kelas 4.  Mabit siswa angkatan yang lain ya lain lagi acaranya, tapi serunya.... WOW gak kalah deeeeh.

10 komentar:

  1. iya nih,... lagi kangen sama yang seru-seru...........

    BalasHapus
  2. *turut mengaminkan doa

    wew.. seru!! Jd pengen.. :)

    BalasHapus
  3. Ayo... Jogja bikin acara yang sama yoooo

    BalasHapus
  4. hayuuu atuh bikin yang seru2 di sini... mumpung musim panas nih... hurraaa!!!

    BalasHapus
  5. kemaren dirumah menu-nya kayak gitu...*ndeso doong* pi memang nikmaaaaat banget.

    BTW acar-nya seru ya..Teh, Cibatok tuh daerah mana Teh??

    BalasHapus
  6. Hayu Na, tapi saya mah ga kenal daerah ma budaya sinih, jadi buingung neeeh

    BalasHapus
  7. Cibatok itu di Bogor, menuju arah lewiliang. Desanya masih asri banget.
    Pokoknya mah sesuatu yang serba desa itu enak, termasuk menunya.

    BalasHapus