Pena dan kertas itu,
tempat aku melukis cita,
menuang mimpi,
mengeja kata bahagia,
telah kau rampas dariku,
kini,
apalagi yang hendak kau ambil dariku?
mataku,
pendengaranku,
atau celotehku?
sempurna kau jadikan aku lilin,
yang entah kapan,
kan habis bersama cahaya yang kaubakar ditubuhku,
demi terangmu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar