Rabu, 20 Agustus 2008

Pengalaman tak bisa dibeli

Di suatu tempat, ketika sekumpulan ibu-Ibu dan sekumpulan anak-anak berkumpul, terdengar bisikan sebuah percakapan.

Ibu X “eh lihat tuh si ibu Fulanah, semua permintaan anaknya dipenuhi, dasar orang kaya, saya mah ga mau anak saya sering-sering main sama anaknya, kasihan nanti anak saya”

Ibu XX “ iya si Ibu Fulanah mah emang, sok padahal saya tahu betul gaji suaminya.  Terus saya juga tahu kalau si Bu Fulanah itu kalo belanja biasanya di pasar loak, atau di kaki tujuh ”

 

Pernah mendengar percakapan seperti itu?  Pernah lah ya, minimal disinetron.  Emang suka ada aja sih orang yang tidak suka dengan apa yang dilakukan oleh orang lain.  Kalau yang dibicarakan adalah perilaku yang merugikan orang lain sih mungkin emang pembicaraannya ada maksud yaitu untuk menegur, supaya tidak ada seorangpun yang terdzalimi.

 

Apa yang ingin saya bahas disini bukanlah tentang ibu X maupun ibu XX. Melainkan sikap ibu Fulanah yang barangkali dianggap berlebihan terhadap anaknya, atau dianggap sombong.  

Membelanjakan harta untuk kepentingan anak hukumnya mubah-mubah saja, alias boleh-boleh saja.  Tergantung daripada niatnya.  Niatnya untuk pamer, untuk mendidik anak supaya boros, untuk mengajarkan anak cara menikmati dunia atau untuk memberikan pengalaman pada anak?

Jika ternyata tujuannya untuk memberikan pengamalan pada anak-anak maka saya pikir itu adalah sesuatu yang mulia.  Mengapa?  Karena pengalaman adalah guru yang paling berharga.  Pengalaman orang sewaktu kecil, tidak bisa kita beli ketika saat dewasa nanti.

 

Pengalaman, sekecil apapun itu akan menjadi guru.  Akan menjadi sarana untuk mengembangkan berbagai macam kecerdasan yang ada pada anak anda.  Pengalaman memelihara binatang, atau berinteraksi dengan seekor binatang, akan menstimulasi kecerdasan natural anak anda.  Pengalaman melihat bumi, baik secara langsung ketika anda berdiri diatas bukit bersama anak anda, atau ketika anda harus merogoh saku cukup dalam untuk sebuah teropong, akan menstimulasi kecerdasan spasial anak anda.  Mengajak anak anda ketempat bermain yang penuh tantangan, akan menstimulasi kecerdasan, intra personal, kecerdasan kinestetis, bahkan juga kecerdasan matematis anak anda.   Intinya setiap sen yang anda keluarkan demi kebahagiaan, demi sebuah pengalaman masa kecil anak anda, tidak akan pernah sia-sia.  Apalagi jika kita tahu bahwa nilai uang yang kita keluarkan sekarang akan menjadi sangat kecil ketika ia dewasa nanti.  Sementara yang didapat dari sebuah pengalaman, selain menstimulasi berbagai kecerdasan, juga akan menambah wawasan.

Berikan anak anda pengalaman bertemu dengan fakir miskin & asah hati mereka.  Tapi berikan juga pada mereka pengalaman untuk bertemu dengan orang-orang penting & bangkitkan mimpi-mimpi mereka.

Berikan pada anak pengalaman mencicipi makanan di warung-warung pinggir jalan & jangan lupa untuk sesekali mengajak mereka makan di restauran di hotel bintang lima.

Berikan pada mereka waktu untuk menjelajah dunia & beri juga kesempatan pada mereka untuk merenungkan hari kahirat nanti.

 

Intinya, berikan yang terbaik untuk anak-anak kita.  Do’akan agar mereka menjadi yang terbaik disetiap masa yang akan ia lalui.

7 komentar:

  1. Sesungguhnya ibu yang memberikan kesempatan ke pada anaknya berbelanja di Mall, di pasar loak adalah pembelajaran kontekstual yang kadang2 tidak pernah diajarkan oleh gurunya di sekolah... menurut Piaget "bahwa pengetahuan tidak diperoleh secara pasif oleh seseorang, melainkan melalui tindakan. Bahkan, perkembangan kognitif anak bergantung pada seberapa jauh mereka aktif memanipulasi dan berinteraksi dengan lingkungannya"

    BalasHapus
  2. tapi sayang tidak semua ibu berpola pikir seperti ini..
    jika saja semua ibu berpola pikir seperti akan maju bangsa ini.
    almar'atu imadul bilad idza sholahat,sholahatil bilad idza fasadat,fasadatil bilad
    wanita adalah tiangnya negara jika wanitanya bagus baguslah negara jika wanitanya rusak rusaklah negara (alhadist)

    BalasHapus
  3. org tua mana pun rasanya akan berusaha yg terbaik buat anaknya

    BalasHapus
  4. hi teteh...daramang
    sebelum ramadhan...mohon maaf lahir batin ya...

    BalasHapus
  5. kalo saya cuma ngandalin insting. kapan saya harus memanjakan anak dengan mainan, memenuhi apa yang dia inginkan, atau justru tegas dalam mengambil sikap. saya cuma berdasarkan cinta yang ada di hati, semoga Allah meridhai.... Amiin...
    Makasih sharingnya ya mbak ^_^

    BalasHapus