Minggu, 30 November 2008

Bawa sepeda,

Kalau anak-anak tidur kemaleman, maka sudah bisa ditebak kalau besok paginya mereka bakal rada-rada susah bangunnya.  Seperti pagi itu.  Akhirnya setelah beres mandi, makan, dan mempersiapkan berbagai keperluan, mereka berangkat, agak kesiangan sih, jadi supaya tidak telat, mereka berangkat naik sepeda.  Di Jerman, ada aturan bahwa anak-anak baru bebas mengendarai sepeda sendiri setelah mendapat surat resmi dari polisi.  Biasanya diadakan semacam ujian test untuk mendapatkan surat ijin tersebut ketika anak-anak duduk di kelas 4 grundschule (baca : SD).  So, karena Hasbi & Alfi masih kelas 2 & 1 SD, pagi itu mereka dianter abinya.  Juga dipesankan kepada mereka agar pulang nanti mereka membawa sepedanya, alias pulang dengan mendorong sepeda karena abi dan umi tidak bisa jemput.

Hari itu hari kamis, kebetulan di kelasnya Alfi ada acara keluar & alfi tidak pulang dari sekolah,melainkan dari tempat acara kelasnya.  Mungkin karena itulah Alfy lupa membawa pulang sepedanya.  Sedangkan Hasby dikelas, dia belajar seperti biasanya.  Hasby sampai rumah telat sekali, sekitar 1,5 jam dari jadwal yang semestinya.  Biasa, Hasby paling senang berpetualang mengeksplorasi lingkungan.  Sayangnya saat itu HPnya ketinggalan, jadi ga tahu deh harus nyari kemana.
Begitu sampai kerumah Hasby melapor : "Tadi Aa nganter Tarkan dulu beli Pokemon Deck, terus Aa pulang bawa sepeda 2.  Untung ada Tarkan, tadi kita dorong sepeda sampai ke Kaufhaupt Hertz, nah pulangnya Aa bawa sepeda 2, wah berat dan susah Mi, sampe sepedanya sering jatuh-jatuh, terus ada perempuan yang ngeliatin Aa dari tadi & akhirnya dia bantuin bawain sepeda ade" ceritanya.
Olala, padahal Kaufhaupt Hertz tidak terlalu dekat dari rumah.  Kebayang susahnya seerti apa anak kecil mendorong 2 sepeda.  Untung Allah mengirimkan seorang perempuan untuk menolongnya.
Alhamdulillah...

Senin, 24 November 2008

Alfy Look-alike Meter

Habis ngintip kabar-kabari seputar Maryam d blognya Ina, eh ternyata ada sesuatu yang menarik.  Sayang untuk tidak di coba.  So iseng-iseng foto semua anak di coba, dan ternyata oh ternyata, semua anak lebh cenderung mirip aku semua .  Barangkali karena orang Sunda lebih dominan daripada orang Jawa kali yaaah.  Tapi ini tidak bisa dijadikan kesimpulan umum, iya kan????

Untuk yang mau tahu juga anaknya mirip siapa silahkan dicoba di :
http://www.myheritage.com/FP/Company/look-alike-meter.php




MyHeritage: Familienstammbäume - Genealogie - Celebs - Collage - Morph

Sarah2 Look-alike Meter

Habis ngintip kabar-kabari seputar Maryam d blognya Ina, eh ternyata ada sesuatu yang menarik.  Sayang untuk tidak di coba.  So iseng-iseng foto semua anak di coba, dan ternyata oh ternyata, semua anak lebh cenderung mirip aku semua .  Barangkali karena orang Sunda lebih dominan daripada orang Jawa kali yaaah.  Tapi ini tidak bisa dijadikan kesimpulan umum, iya kan????

Untuk yang mau tahu juga anaknya mirip siapa silahkan dicoba di :
http://www.myheritage.com/FP/Company/look-alike-meter.php

MyHeritage: Look-alike Meter - Roots - Pedigree

Hasbi Look-alike Meter

Habis ngintip kabar-kabari seputar Maryam d blognya Ina, eh ternyata ada sesuatu yang menarik.  Sayang untuk tidak di coba.  So iseng-iseng foto semua anak di coba, dan ternyata oh ternyata, semua anak lebh cenderung mirip aku semua .  Barangkali karena orang Sunda lebih dominan daripada orang Jawa kali yaaah.  Tapi ini tidak bisa dijadikan kesimpulan umum, iya kan????

Untuk yang mau tahu juga anaknya mirip siapa silahkan dicoba di :
http://www.myheritage.com/FP/Company/look-alike-meter.php




MyHeritage: Look-alike Meter - Free family tree software - Genealogy search

Khonsa Look-alike Meter

Habis ngintip kabar-kabari seputar Maryam d blognya Ina, eh ternyata ada sesuatu yang menarik.  Sayang untuk tidak di coba.  So iseng-iseng foto semua anak di coba, dan ternyata oh ternyata, semua anak lebh cenderung mirip aku semua .  Barangkali karena orang Sunda lebih dominan daripada orang Jawa kali yaaah.  Tapi ini tidak bisa dijadikan kesimpulan umum, iya kan????

Untuk yang mau tahu juga anaknya mirip siapa silahkan dicoba di :
http://www.myheritage.com/FP/Company/look-alike-meter.php


MyHeritage: Familienstammbäume - Genealogie - Celebs - Collage - Morph

Sederhananya logika anak-anak

Waktu TK A, alfy pernah bilang : Aku tahu kenapa kita punya mata kaki.  Sebab kalau tidak ada mata kaki, ntar kita ga bisa belok 

Sewaktu di Indonesia, anak-anak paling seneng main kesungai dan memancing ikan.  Rupanya Alfy lagi teringat hobynya itu sehingga dia ngotot minta dibeliin pancingan.  Dia bilang, ikan di German gede-gede (tahu dari mana ya...) dan dia ingin menggunakan ikan yang besar itu untuk umpan lagi.  Supaya dapet kan lumba-lumba katanya

Minggu, 23 November 2008

Perang Melawan (tanpa -SE-) Kutu

Know your enemy, itu judul makalah yang oleh Yorg pada suamku ketika ia mendapat kabar bahwa putri kami sementara tidak bisa berangkat ke sekolah karena berkutu, setahun yang lalu.  Yup aku sendiri ernah membawa putriku ke dokter kulit di Indonesia untuk berkonsultasi masalah kutu.  Saat itu dokter hanya menyarankan : keramas tiap hari dan melarang menggunakan obat pembasmi kutu.  Tapi mau diapakan lagi, mungkin karena kebanyakan teman-temannya berkutu maka kutu itu datang dan datang lagi.

Ternyata, masalah kutu yang mungkin jarang dipermasalahkan, di Jerman betulbetul menjadi momok yang menaktukan.  Terbukti dengan pengalaman putri kami saat itu.  Siang itu juga, kami selaku orang tua dipanggil dan putri kami dilarang masuk sekolah selama seminggu.  Putri kami baru bisa masuk sekolah lagi setelah mendapatkan surat keterangan bebas kutu dari dokter.  Malangnya, waktu itu, kartu asuransi kami belum sampai ke tangan, masih dalam proses di kantor Asuransi setempat; Bon.  So, terombang ambinglah kami saat itu.  Untungnya pihak kantor dari DLR menunjukkan sikap yang ramah dan bijak.  Profesor suami saya mengatakan bahwa hal itu adalah biasa, dan putrinya juga pernah mengalami hal yang sama.  Ia dan juga seorang teman yang lain membantu kami mencarikan shampo, bahkan membelikan "sisir pinter" yang bisa mencari kutu.  Bantuan yang sederhana tapi betulbetul berharga sekali saat itu.

Terus terang dalam perang Melawan (tanpa -SE-) Kutu saat itu kami mengaku kalah.  Mengapa?  Karena kami saat itu betul-betul merasa terpukul.  Merasa sedih yang teramat sedih hngga merasa "asa pang sang sarana sadunia".  Juga merasa semakin terasing di negri asing.  Apalagi ketika mendengar cerita bagaimana reaksi yang terjadi di Sekolah.  Betapa ributnya para siswa dan ruangan sampai ke bangku dan lac tempat putri kami duduk langsung di sterilkan.  Diam.  Bungkam.  Itu yang kami lakukan saat tu.  Mencoba tdak "membuka aib" akbat berkutu.  Tap yah, namanya juga mahluk sosial, akhirnya cerita tentang berkutunya anak kami terdengar kemana-mana.  Hal itu mulai aku ketahui ketika seorang yang dituakan disini menjengukku dan mencoba menghiburku.  Pada awalnya pembicaraan tidak menjurus kearah sana, tapi mungkin karena sudah niat, ya akhirnya sampai juga pembicaraan pada tema Perang Melawan (tanpa -SE-) Kutu.

Ghorzah baqoku saat itu naik dan mencuat.  Aku tak rela putriku diperlakukan dan dibicarakan sedemikian rupa.  Tapi apa daya, aku orang asing yang serba tidak tahu tentang apa-apa yang ada di Jerman hanya bisa menatap keadaan.  Menahan amarah, dan mengadukan semua pada Yang Kuasa.  Andai saja saat itu saya sudah kenal MP, mungkin ga akan begtu, karena ternyata di MP ada nformasi yang berharga mengenai Perang Melawan (tanpa -SE-) Kutu.  Selengkapnya bisa di baca di : http://tmartiana.multiply.com/journal/item/17/seputar_kutu  (Hatur Nuhun nya Neng Ina nya......)

Kamis, 20 November 2008

Kelas empat.

Selama tiga tahun mengajar di kelas empat,banyak pengalaman unik dan menarik yang begitu membekas dibenak saya.  Di Indonesia yang rentang jarak pendidikan dasarnya adalah enam tahun,masa-masa kelas empat adalah masa dimana anak merasa bebas tanpa beban.  Ketika kelas satu mereka mulai beradaptasi.  Kelas dua mulai mengerti dan, kelas tiga mulai malu-malu mengaktualisasikan diri, maka masa kelas empat adalah masa puncaknya berekspresi.  Sementara kelas lima nanti mereka mulai mempersiapkan diri dan kelas enam harus betul-betul mengasah diri guna meraih mimpi.
Pada saat puncak mereka mengeluapkan segala macam ekspresi dengan sejuta gairah yang ada ini, sering timbul beberapa pertanyaan dari orang tua mengapa anak saya begini dan begitu.  Terlebih lagi, ketika muatan kurikulum mulai sedikit melompat, tak jarang luapan ekspresi itu menjadi faktor kendala bagi tercapainya prestasi.  Karenanya, seolah sudah menjadi sesuatu yang rutin jika para orang tua kelas empat akan komplain dengan nilai anak mereka yang cenderung jatuh.  Biasanya saya mencoba mengajak orang tua untuk melihat secara lebih dekat  apa yang terjadi pada anak mereka.  Anak-anak yang mulai merasa takjub dengan dirinya sendiri.  Anak-anak yang mulai mengenal perasaan ajaib terhadap lawan jenis dan tidak sedikit yang terheran-heran dengan perasaan itu.  Anak-anak yang mulai bertanya-tanya tentang darimana datangnya adik bayi.  Anak-anak yang semakin menujukkan identitas dan jati diri dengan membentuk kelompok sendiri-sendiri.  Dan juga beraneka ragam ekspresi lain yang khas sesuai dengan trend ABG dimasanya.  Itulah beberapa ciri yang dominan terjadi dianak kelas empat. 
Sering, beberapa ciri itu muncul bersamaan dan efeknya adalah mengurangi konsentrasi dan gairah pada belajar sehingga diperlukan kegiatan ekstra untuk membangkitkan gairah belajar mereka dan juga untuk mempertahankan minat serta konsentrasi mereka.  Jika tidak berhasil, maka nilai nominal dari kebehasilan belajar akan turun.  Sementara beban kurikulum yang lumayan berat juga membuat anakanak kelas empat terlihat lebih cepat lelah belajar.  Tidak sedikit orang tua yang komplain atas turunnya prestasi belajar mereka.
Nah, aku pikir hal ini terjadi hanya di Indonesia, tapi ternyata kemarin denger kabar bahwa di Jerman juga sempat terjadi hal yang sama.  Prestasi awal kelas empat ternyata banyak yang turun.  Padahal, di Jerman kelas empat bukanlah masa untuk "merdeka" tapi masa untuk mempersiapkan diri kejenjang selanjutnya karena pendidikan dasar disini hanya sampai kelas empat.  Selanjutnya, kemana anak akan belajar di kelas 5: di Gymnasyum, Realshule atau Hauptshule (bener ngga ya nulisnya), tergantung dari prestasi kelas empat.
Kembali tentang kelas empat :  Bagiku, siswa kelas empat adalah siswa-siswa yang hampir semuanya menyenangkan.  Kenapa?  karena mereka sudah mulai bisa diajak bicara secara "dewasa"  Mereka juga biasanya terbuka tentang apa saja, dan mereka sangat mudah untuk diajak kerjasama.
Jadi ingat dulu ketika aku dipindahkan ditengah semester ketika mengajar dikelas empat, saat itu aku diminta mengajar dikelas satu. Tak sedikit siswa yang protes, apalagi ketika semester berikutnya aku kembali kembali dipindahkan, kali ini aku diminta mengajar di kelas 5 mereka yang dikelas empat bilang : kalau Bu Rani di pindahkan lagi, harusnya mengajar kita lagi.  Ah, siswa kelas empat memang siswa yang sangat menyenangkan dan  memberikan banyak keindahan serta kebahagiaan untuk dikenang.

Senin, 03 November 2008