Minggu, 30 Agustus 2009

entahlah

antara dua kepak sayap yang memilih
adakah angin sebelah timur
atau hembusannya dari barat
dimanakah keindahan?

antara dua keindahan tak terperikan
antara dua luka tak tertahankan
kupintakan sebuah pilihan
pada kenyataan
pada impian
tentang kebahagiaan
tentang lukisan hari seperti yang ku ingini

adakah harapan kan jadi kenyataan
adakah warna tanpa batas bianglala

entahlah

meski kutahu
bahwa luka ada antara dua bahagia
bahwa asa selalu berseling duka
tetap saja sulit untuk mengeja




Rabu, 26 Agustus 2009

enaknya JEMPOL kaki ku....




Klinik Pendidikan MIPA

http://www.kpminternasional.com/
Tim yang di ketuai Pak Ridwan (suaminya bu Anis Kurniasih, mantan guru Insantama) ini sudah sering keluar negri tuk ikut lomba & sangat sering pulang menggondol berbagai medali. Tuk yang tinggal di Bogor, sangat beruntung jika anda mengikutsertakan anda di lembaga ini, karena selain banyak pengalaman yang bisa didapat, lembaga ini bukan lembaga "profit oriented" terbukti dengan metode pembayaran seikhlasnya.

Prestasi terbaru adalah sukses membawa 73 medali bu dari 75 siswa yang berangkat...13 emas, 22 perak n 38 perunggu....dari kejuaraan matematika tingkat internasional di Singapura.

Senin, 24 Agustus 2009

belajar puasa

Hari pertama puasa saya berencana mengijinkan anak-anak tuk berbuka pada stiap adzan.  Ini saya lakukan karena waktu puasa yang sangat panjang : 16 jam.  Kasihan nak-anak. takut ga kuat atau terganggu kesehatannya, toh mereka kan belum wajib.  Mereka masih belajar, belajar menghayati.  Teh Hani & Hasbi alhamdulillah bisa tamat.  Alfi di ijinkan berbuka saat dzuhur.  Untuk buka "pertama" dia roti pake keju.  Beberapa saat setelah buka pertama, dia buka kulkas lagi sambil bilang : "Mi, ini masih dzuhur kan?" lalu dia mengambil yoghurt & menghabiskannya.  Setelah itu lanjut puasa lagi & berbuka pada saat maghrib.

Hari ke dua Teh Hani nginep di bu Yulis.  Sementara Hasbi & Alfi tidak saur karena susah waktu dibangunkan.  Walaupun tidak sahur, Hasbi keukeuh pingin puasa sampe tamat & alhamdulillah, dengan pertolongan Allah, akhirnya tamat juga.

Minggu, 02 Agustus 2009

Kemilau Perak dibibir Amersee

Dengan hati berdebar, tangan yang gemetar dan peluh dingin yang bertambah dingin diantara hembusan angin, Rita membuka kotak surat pos di sebelah pintu pagar rumahnya.  Angin yang bertiup lembut sore itu, matahari yang menebarkan kehangatan kala itu, tak mampu mengusir galaunya hati Rita. Detak denyut jantung saat itu terdengar seperti tabuh.  Riuh didada Ritha.   

Hanya ada satu surat dalam kotak pos. Surat dari pengadilan.Surat bersampul putih berisikan tulisan bertinta hitam rapi.  Tapi Ritha seolah mendapatkan surat bertintakan darah.  Dengan gemetar Rita memegangi surat itu. Dibaca perlahan, dibaca berulang-ulang, berharap ada perubahan kata dan makna dalam pengulangannya.  Tapi tidak. Surat itu, surat panggilan untuk menjadi saksi, dari perkara tuduhan terorisme yang dilakukan oleh Adhi, patner mentornya selama lebih dari tiga tahun ini.  Adhi yang bagi Rita sudah seperti kakak, bahkan terkadang seperti ayah. Ketika Rita jenuh dalam masa-masa kuliah, Adhi seolah tahu, dan mencoba menghapuskan kejenuhan itu,entah dengan canda, entah dengan diskusi, atau bahkan dengan mengajukann sebuah tantangan.  Ketika Rita kesulitan mengerjakan setumpuk tugas-tuga kuliah, Adhi sering membantu, menerjemahkan referensi, mengetikkan makalah atau hanya sekedar menjawab pertanyaan-pertanyaan ketika Rita kurang faham tentang sebuah mata kuliah.  Perpustakaan berjalan, itu julukan Rita pada Adhi
   Adhi yang selalu berpenampilan tenang, bahkan dalam kericuhan sekalipun.  Seperti tenangnya dia ketika menghadapi polisi yang dengan kasar memperlakukannya ketika penangkapan dilakukan.

Adhi ditangkap tiga bulan yang lalu dengan tuduhan melakukan rencana tersembunyi untuk membuat makar.  Juga tuduhan telah mengadakan agitasi & profokasi kepada murid-murid binaannya serta masyarakat disekitar kampung Leuwi Laga, tempat Adhi & Ritha membina remaja disekitarnya.