Pendidikan seks untuk anak disekolah, kini
tengan menjadi pembahasan yang kontroversi
antara pihak yang pro dan pihak yang kontra.
Pihak yang pro berargumen bahwa pendidikan
seks untuk anak layak diberikan dengan
alasan :1. Informasi tentang seks bisa
didapat dengan mudah dimana-mana. 2. Untuk
menghindari pergaulan bebas. 3. Perlindungan
anak terhadap pelecehan seksual.
Sedangkan pihak yang kontra justru melihat
bahwa pendidikan seks untuk anak itu belum
perlu karena dianggap terlalu prematur untuk
diajarkan kepada anak-anak yang secara
psikologis belum pada waktunya.
Fakta Pendidikan Seks untuk anak di dunia
Barat
(Contoh Kasus Negara bagian Bayern, Germany)
1. Proses penyampaian materi
Pendidikan di Jerman tergantung negara
bagian masing-masing (desentralisasi).
Karena itu pendidikan seksual di tiap negara
bagian berbeda-beda. Yang di utara telah
menerapkan pendidikan seksual sebagai bagian
dari kurikulum sekolah sejak lama. Tapi
negara bagian yang terbilang konservatif
seperti Bayern, dengan diiringi 'protes'
sana sini, menerapkannya belakangan. Awalnya
dulu mulainya sejak kelas 6. Tapi seiring
perkembangan jaman yang 'menghasilkan' masa
puber yang lebih awal, maka sekarang
pendidikan seksual dimulai sejak kelas 4. Di
kelas-kelas selanjutnya pun masih ada
pendidikan lanjutannya.
Pelajaran ini sifatnya wajib. Artinya sama
kedudukannya dengan pelajaran lain, mengikat
seluruh murid. Tapi tidak ada ulangan dan
nilainya.
Yang memberi materi adalah guru kelas,
tenaga ahli kesehatan (perawat, dokter), dan
dari Dinas Kesehatan (Gesundheitsamt). Ada
saatnya satu pengajar untuk seluruh kelas,
ada kalanya juga murid laki-laki dengan
pengajar laki-laki, dan sebaliknya.
Beberapa bulan sebelum tema pelajaran ini
dimulai, diadakan pertemuan orang tua.
Petugas dari dinas kesehatan dan guru-guru
memberikan penjelasan pada orang tua tentang
cakupan materi dan metode pelajaran ini.
Dipenghujung pertemuan, orang tua dibekali
beberapa buku kecil yang berkaitan dengan
pelajaran.
Saat pertemuan orang tua kelas, diskusi
dengan orang tua terasa cukup panas.
Sebagian besar orang tua, apalagi yang waktu
kecilnya sekolah di Utara, tampaknya
mendukung penuh pelajaran ini. Tapi ada juga
yang mempertanyakannya. Misalnya, seorang
Ibu yang sekuat tenaga mengusahakan agar
anaknya tidak mengikuti pelajaran ini.
Menurut Ibu itu dia sangat kenal anaknya.
Menurutnya saat ini anaknya belum butuh
mendapatkan informari tentang ini. Anaknya
yang akan memberi tanda jika ia
membutuhkannya. Dan di saat itulah, Ibu itu
akan mulai memberikannya. Ya, hal senada
inilah. Pertanyaan tentang kompetensi
pemberi materi dan metode juga menjadi
bahasan hangat malam itu. Juga tentang
respon anak-anak angkatan sebelumnya. Tapi
di penghujung pertemuan orang tua tampaknya
bisa menerima program ini dengan tenang.
Materi pelajaran dimulai dengan penjelasan
mengapa anak-anak mendapat pelajaran ini.
Kemudian apa itu pengertian seksual. Lalu
dijelaskan tentang bagian-bagian tubuh
wanita dan pria. Pengertian puber, tanda-
tandanya, dan apa yang harus
diperhatikan/dilakukan. Apa itu menstruasi,
bagaimana terjadinya menstruasi, bagaimana
kondisi tubuh (berkaitan dengan hormon)
ketika terjadi menstruasi, apa yang yang
harus dilakukan saat menstruasi. Apa dan
bagaimana itu mimpi basah. Apa dan bagaimana
berfungsinya kondom. Jenis orientasi
seksual. Bagaimana proses terjadinya bayi
mulai dari terbentuknya telur, masuknya
sperma, dst sampai bagaimana lahirnya baik
cara normal maupun caesar. Bagaimana
terjadinya kembar.
Kesemua materi itu dijelaskan dengan bahasa
ilmiah (Fachbegriffe), tapi tetap dengan
bahasa yang mudah dimengerti anak-anak.
Penggunaan gambar juga tidak boleh dari
foto. Jadi kerangka ilmiahnya cukup
ditekankan.
2. Tindak Lanjut Setelah Pemberian
Materi Pelajaran
Apa yang terjadi setelah pemberian materi
tersebut? Penulis melihat ada 2 hal yaitu :
Pertama , Setelah anak-anak mendapatkan
materi pembelajaran ini, biasanya anak-anak
kemudian menyerbu perpustakaan untuk mencari
buku-buku yang berkaitan dengan tema
tersebut. Kedua Anak usia 12 tahun
disarankan untuk pergi ke dokter kandungan
(jika perempuan) dan dokter itu akan
menerangkan tentang hubungan seksual,
penyakit-penyakitnya serta cara „aman“ untuk
berhubungan. Kemudian para remaja tersebut
dianjurkan untuk selalu membawa alat
kontrasepsi kemanapun mereka pergi.
3. Apa yang terjadi?
Sebagaimana yang telah dijabarkan oleh
ustadz Taqiyudin bahwa ghorizah akan timbul
jika ada rangsangan. Dan ternyata
Pendidikan seks yang terlalu dini dan
terlalu vulgar apalagi minus penjelasan
mengenai moral dan agama hanya akan
menimbulkan rangsangan dan keinginan anak
untuk mencoba mempraktekan apa yang telah
mereka ketahui. Jadi dapat disimpulkan
bahwa pendapat yang mengatakan perlunya
pendidikan seks untuk anak dalam rangka
mengurangi angka peningkatan kehamilan
diluar nikah adalah salah.
Pendidikan seks untuk anak dalam pandangan
Islam
Pendidikan anak, dari semua aspek adalah
tanggung jawab orang tua. Orang tualah yang
berkewajiban untuk menuntun anak menjadi
pribadi muslim tangguh yang sholeh, cerdas,
& sehat.
Ada dua hal yang harus ditanamkan orang tua
sebelum mengajarkan berbagai hal.
Yaitu Pertama : menanamkan ketaqwaan dalam
jiwa anak, dan kedua mencarikan lingkungan
dan pertemanan yang baik untuk anak.
Ketaqwaan adalah fondasi adar bangunan ilmu
yang akan kita bangun pada diri anak menjadi
kokoh & kuat, sementara lingkungan yang baik
adalah pagar yang akan melindungi bangunan
ilmu itu dari pencemaran-pencemaran yang
bisa merusaknya.
Bagaimana mengenalkan pendidikan seks kepada
anak?
1. Kenalkan bahwa Allah menciptakan
laki-laki & perempuan itu berbeda.
„Wa laisa dzakaro kal untsaa“ (qs 3: 36).
Lengkap dengan tugasnya masing-masing. Dari
perbedaan tugas ini dapat ditanamkan pada
anak tentang maskulinitas & feminimitas.
Jelaskan pula bahwa Allah melarang Laki-laki
menyerupai perempuan, pun sebaliknya
2. Memisahkan tempat tidur mereka.
Jelaskan pada anak bahwa Rosulullah saw
menyuruh kita untuk memisahkan tempat tidur
laki-laki & perempuan pada usia 7 tahun.
Anak pasti akan bertanya tentang alasannya.
Selain menerangkan tentang perbedaan laki2
& perempuan, berikan jawaban yang bisa
mereka terima, dengan menekankan pada nilai
-nilai positif dari pemisahan tempat tidur
tersebut seperti kemandirian, kebebasan
untuk berkreasi dikamar sendiri.
3. Meminta ijin pada 3 waktu
Tiga ketentuan waktu yang tidak
diperbolehkan anak-anak untuk memasuki
ruangan (kamar) orang dewasa kecuali meminta
izin terlebih dulu adalah: sebelum solat
subuh, tengah hari, dan setelah solat isya.
Aturan ini ditetapkan mengingat di antara
ketiga waktu tersebut merupakan waktu aurat,
yakni waktu ketika badan atau aurat orang
dewasa banyak terbuka (Lihat: QS al-Ahzab
[33]: 13). Jika pendidikan semacam ini
ditanamkan pada anak maka ia akan menjadi
anak yang memiliki rasa sopan-santun dan
etika yang luhur.
4. Menjaga aurat
Jelaskan pada anak didepan siapa saja aurat
-dalam batasan-batasan yang sopan- boleh
terlihat, dengan merujuk kepada Qs 24 : 30-
31. Lengkapi juga dengan hadits & riwayat
tentang perintah Rosulullah saw untuk
menjaga pandangan. Dari penjelasan ini
diharapkan akan tertanam rasa “iffah” pada
diri anak. Rasa malu yang tepat pada
tempatnya juga diharapkan akan terbentuk
pada diri anak
5. Mengenalkan batas-batas pergaulan
antara laki-laki & perempuan
Jelaskan tentang apa yang boleh yaitu
hubungan dalam muámalah serta apa yang tidak
boleh yaitu khalwat & ikhtilat. Jelaskan
juga bencana sosial akibat rusaknya
pergaulan antara laki laki dan perempuan.
6. Mengenalkan ciri-ciri Pubertas
Pengenalan ciri-ciri pubertas ini diberikan
kepada anak sesuai dengan masanya.
Perempuan ketika usia –atau menjelang- usia
9 tahun sedangkan laki-laki pada usia 11-14
tahun. Hanya saja perkembangan zaman telah
memacu anak pada pubertas dini. Menurut
pengalaman, anak usia 10-11 tahun sudah
mulai bertanya tentang perubahan & perbedaan
fisik yang terjadi baik pada laki-laki
maupun perempuan.
Kenalkan pada anak bagaimana cara merawat
organ vital. Tanamkan pula bahwa organ
vital merupakan salah satu nilai kehormatan
yang harus digaja (QS 23 :5).
Jika anak bertanya
Mudahnya bagi anak mencari informasi tentang
apapun dimana-mana, termasuk informasi
tentang seks, membuat orang tua harus selalu
waspada. Bersikap terbuka barangkali adalah
salah satu cara yang bijaksana agar anak
selalu mendapatkan informasi dari sumber
yang tepat dengan jawaban yang benar
tentunya. Pernah murid saya (ikhwan kelas 4
SD) dulu bercerita terbuka pada saya (secara
4 mata) bahwa dia sering membaca rubik
“dewasa” di lapak Koran didekat tempat dia
bermain. Saya hanya mencoba mendengarkan,
menangkap ekspresi lugu yang keluar dari
mukanya. Terakhir saya berpesan “jangan
ulangi lagi ya Nak, nanti orangtuamu bias
kecewa & itu dosa”. Saya tidak tahu apakah
murid saya itu melakukannya lagi atau tidak
tapi saya tetap mencoba lebih terbuka &
lebih dekat padanya agar dia tidak
menyembunyikan sesuatu & agar dia bias
mendapatkan semua jawaban yang membuat dia
penasaran dari sumber yang tepat. Saya
tidak mengkomunikasikannya dengan patner
guru ikwan saya karena saya berjanji padanya
untuk memegang rahasia ini. Tapi saya
merasa orangtuanya harus tahu. Sayangnya
ketika saya sampaikan, orangtuanya tidak
percaya anaknya melakukan hal itu & malah
menyalahkan saya. Hal ini mungkin
disebabkan oleh nilai idealism yang ada pada
orang tua tersebut. Tapi menurut saya,
penolakan pada fakta yang saya sampaikan
adalah penilakan terhadap keterbukaan yang
akan malah semakin membuat anak mencoba
menjaga jarak & tidak atjut untuk
menyembunyikan sesuatu.
Satu hal yang harus kita siasati ketika
hendak menjawab pertanyaan anak adalah
“jajaki” dulu pengetahuan anak tentang apa
yang dia tanyakan. Tanyakan kembali tema
yang dia tanyakan. Pancing sejauh mana dia
mengetahui apa yang ia tanyakan. Ketahui
juga kira-kira apa jawaban apa yang ia
inginkan. Kemudian berilah jawaban
sederhana yang hanya berkaitan dengan
pertanyaannya saja. Jangan melebarkan
jawaban. Terutama untuk pertanyaan-
pertanyaan seputar seks.
Wallohu’alam bishowab.
Semoga bermanfaat
Gilching 11 September 2010
Rujukan
-
http://ejatmiko.multiply.com/journal/item/50
5/Pendidikan_Seksual
- http://ratuhati.com/index.php?
option=com_content&view=article&id=374:pendi
dikan-seks-untuk-anak-dalam-
islam&catid=107&Itemid=100091
- http://yusufku.com/media/pendidikan
-seks-untuk-anak-ditolak-oleh-muslim-inggris
-
.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar