Uangmu, Uangku, Uang Kita Bersama.
Umi : “Abi, ayo anterin umi ke Lotte”
Abi : “Umi, kalau ke Lotte, jangan lupa bawa apa?”
Umi : “Tas Ikea?”
Abi : “Bukan”
Umi : “Kardus? Kan disediaiin”
Abi : “Bukan”
Umi : “Apa dong?”
Abi : “Jangan lupa bawa uang”
Umi : “Ga perlu itu maah, kan umi dah bawa Abi”
Abi senang dooong lihat umi tersenyum senang,
Umi : “Tenang Bi, umi udah pinter nyari uang koq, dan nyari
uang mah gampang. Nyari uang mah di
dompet abi”
Dan perjalanan ke Lotte pun menjadi hal yang menyenangkan.
Fabi ayyi aala i-robbikumaa tukadzdzibaan.
Masalah uang memang masalah yang sensitive. Sensitiv itu artinya akan membawa effek yang
lumayan jika ada sedikit saja salah perlakuan tentangnya. Demikian juga uang sesedikit
apapun, jika ada ketidakridhoan dari pihak lain, akan fatal akibatnya. Maka, kebijakan keuangan keluarga adalah hal
yang harus dibicarakan bersama sedari awal.
Dan tentu solusinya utamanya ada pada hukum syara.
Dalam rumah tangga, kewajiban mencari uang alias
mencari nafkah allah bebankan di pundak suami. Tapi ingat ya…. firman Allah dalam QS Annisa
ayat 34, menyebutkan bahwa suami menafkahkan sebagian hartanya untuk
istri. Walaupun boleh saja kalau
suami mau menyerahkan seua hartanya untuk istri. Untuk belahan jiwa tercinta, apa sih yang
ngga?.
Namun, yang harus selalu diingat adalah bahwa anak laki-laki
adalah milik ibunya. Bahkan harta
seorang anak adalah milik kedua orang tuanya.
Adil? Adil dooong, Allah yang buat koq, kan Allah yang paling tahu
tentang manusia. Jadi tenang aja. Semua aturan allah akan membawa maslahat.
Dijamin.
Nah, karena seorang lelaki adalah milik ibunya, dan sebagai
seorang lelaki juga menjadi penanggung jawab saudara perempuannya maka, suami
mempunyai 3 beban nafkah yaitu ibunya, saudara perempuannya jika tidak ada yang
menafkahi dan istrinya. Ini yang
harus benar-benar difahami istri. Bahwa
ibu dan saudara perempuan suami juga mempunyai hak atas harta suami. Istri yang baik dan bijak, harus memastikan
kewajiban ini terpenuhi. Untuk apa? Untuk keberkahan rumah tangganya. Namun demi menjaga keharmonisan rumah tangga,
sebaiknya istri tak perlu tahu berapa besaran jumlah yang disisihkan untuk ibu
dan saudaranya. Nyantai
ajaaa, yang penting semua kebutuhan kita
sebagai istri terpenuhi, kebutuhan dapur, kebutuhan primer, kebutuhan sekunder,
dan yang tak kalah penting adalah kebutuhan perawatan diri ;)
Selanjutnya yang harus dibicarakan adalah kesepakatan
kebijakan penggunaan uang. Berapa banyak
yang akan ditabung, berapa banyak untuk infaq, berapa banyak untuk keperluan
dapur, dll. Tidak ada salahnya juga
untuk menuliskan apa yang ingin dimiliki, urut berdasarkan skala prioritas,
bertawakkal pada Allah, lalu berusaha mewujuddkannya.
Jika istri bekerja, Islam mengatur bahwa harta istri adalah
murni hak istri. Tapi faktanya jarang sekali
istri bekerja yang menyimpan uang untuk dirinya sendiri. Kenapa?
Karena istri telah menggunakan waktu yang seharusnya dibaktikan penuh
untuk suami & anak-anaknya dalam rumah tangga. Namun, tidak ada yang salah
jika kebijakan uang istri juga dibicarakan dari awal.
Satu hal yang harus difahami adalah bahwa rizqi itu bukan
dalam bentuk uang semata. Dan uang pun
Allah berikan lewat berbagai cara. Bahkan
Allah sering memberi rizqi dari arah yang tidak disangka-sangka. Maka, jangan takut akan kekurangan uang,
jangan takut kehilangan rizqi. Rizqi
adalah mutlak Allah yang memberi, maka jika kamu menginginkan rizqi lebih,
ikuti AturanNYA, lalu mendekatlah padaNYa, rayulah Allah dalam do’amu, dalam dzikirmu. Tapi ingat ya, rizqi adalah fasilitas dari
Allah untuk beribadah agar kita semakin mencintai Allah. Jangan sampai kamu malah terlena dengan rizqi
yang diberikan Allah lalu malah melupakanNYA karena lebih memilih mencintai
harta pemberianNYA. Na’udzubillaji min
dzalika.
Terima kasih remindernya mba, betul ya rezeki itu sepatutnya dijadikan jalan untuk kita beribadah kepadaNya dan semakin mencintaiNya.
BalasHapusmasyaAlloh saya baru tahu kalau adik perempuan juga termasuk mba, selama tidak ada yang menafkahinya, masyaAlloh Maha Suci Alloh yang membuat islam begitu sempurna sampai hal demikian, makasih mba teruslah memberikan dan berbagi ilmu
BalasHapusKarena anak lelaki itu pengganti ayah
HapusHahhaaha.. Ini kok aku banget, ya. Ga punya dompet karena ke mana2 udah bawa suami
BalasHapusUANG ini hal yg sensitif banget.
BalasHapusBetapa banyak hubungan persaudaraan/ suami istri yang porak poranda gegara masalah duit ini.
MasyaAllah untuk itulah seorang suami harus bekerja dengan cerdas. Kadang mengandalkan 1 telur belum cukup memenuhi kebutuhan untuk keluarga besarnya. Ni mbak yang baru saya tahu, ternyata saudara perempuannya juga ikut tanggungan ya kalau belum ada yg menafkahi
BalasHapusBagus banget postnya kak. Reminder nih, ibu dan saudara perempuan juga jelas punya hak :)
BalasHapusMasalah dalam setiap keluarga yang biasa-biasa saja. Keuangan. Terkadang ini pun menjadi alasan mengapa harus bercerai.
BalasHapusSuami yang masib sehat apalagi mampu untuk bekerja. Harus memiliki kepintaran dalam mencari uang. Ibarat pipa. 1 pipa saja fidak cukup untuk memenuhi kebutuhan seisi penghuni rumah. Harus ada pipa 2 & 3. Pipa itu diibaratkan penghasilan yang didapat.