Jumat, 26 April 2019

Kebijakan Keuangan Keluarga







Uangmu, Uangku, Uang Kita Bersama.


Umi : “Abi, ayo anterin umi ke Lotte”
Abi : “Umi, kalau ke Lotte, jangan lupa bawa apa?”
Umi : “Tas Ikea?”
Abi : “Bukan”
Umi : “Kardus? Kan disediaiin”
Abi : “Bukan”
Umi : “Apa dong?”
Abi : “Jangan lupa bawa uang”
Umi : “Ga perlu itu maah, kan umi dah bawa Abi”
Abi senang dooong lihat umi tersenyum senang,
Umi : “Tenang Bi, umi udah pinter nyari uang koq, dan nyari uang mah gampang.  Nyari uang mah di dompet abi”
Dan perjalanan ke Lotte pun menjadi hal yang menyenangkan. Fabi ayyi aala i-robbikumaa tukadzdzibaan.

Masalah uang memang masalah yang sensitive.  Sensitiv itu artinya akan membawa effek yang lumayan jika ada sedikit saja salah perlakuan tentangnya. Demikian juga uang sesedikit apapun, jika ada ketidakridhoan dari pihak lain, akan fatal akibatnya.  Maka, kebijakan keuangan keluarga adalah hal yang harus dibicarakan bersama sedari awal.  Dan tentu solusinya utamanya ada pada hukum syara.

Dalam rumah tangga, kewajiban mencari uang alias mencari nafkah allah bebankan di pundak suami.  Tapi ingat ya…. firman Allah dalam QS Annisa ayat 34, menyebutkan bahwa suami menafkahkan sebagian hartanya untuk istri.  Walaupun boleh saja kalau suami mau menyerahkan seua hartanya untuk istri.  Untuk belahan jiwa tercinta, apa sih yang ngga?.

Namun, yang harus selalu diingat adalah bahwa anak laki-laki adalah milik ibunya.  Bahkan harta seorang anak adalah milik kedua orang tuanya.  Adil? Adil dooong, Allah yang buat koq, kan Allah yang paling tahu tentang manusia.  Jadi tenang aja.  Semua aturan allah akan membawa maslahat. Dijamin.

Nah, karena seorang lelaki adalah milik ibunya, dan sebagai seorang lelaki juga menjadi penanggung jawab saudara perempuannya maka, suami mempunyai 3 beban nafkah yaitu ibunya, saudara perempuannya jika tidak ada yang menafkahi dan istrinya.  Ini yang harus benar-benar difahami istri.  Bahwa ibu dan saudara perempuan suami juga mempunyai hak atas harta suami.  Istri yang baik dan bijak, harus memastikan kewajiban ini terpenuhi.  Untuk apa?  Untuk keberkahan rumah tangganya.  Namun demi menjaga keharmonisan rumah tangga, sebaiknya istri tak perlu tahu berapa besaran jumlah yang disisihkan untuk ibu dan saudaranya.  Nyantai ajaaa,  yang penting semua kebutuhan kita sebagai istri terpenuhi, kebutuhan dapur, kebutuhan primer, kebutuhan sekunder, dan yang tak kalah penting adalah kebutuhan perawatan diri ;)

Selanjutnya yang harus dibicarakan adalah kesepakatan kebijakan penggunaan uang.  Berapa banyak yang akan ditabung, berapa banyak untuk infaq, berapa banyak untuk keperluan dapur, dll.  Tidak ada salahnya juga untuk menuliskan apa yang ingin dimiliki, urut berdasarkan skala prioritas, bertawakkal pada Allah, lalu berusaha mewujuddkannya. 

Jika istri bekerja, Islam mengatur bahwa harta istri adalah murni hak istri.  Tapi faktanya jarang sekali istri bekerja yang menyimpan uang untuk dirinya sendiri.  Kenapa?  Karena istri telah menggunakan waktu yang seharusnya dibaktikan penuh untuk suami & anak-anaknya dalam rumah tangga. Namun, tidak ada yang salah jika kebijakan uang istri juga dibicarakan dari awal.

Satu hal yang harus difahami adalah bahwa rizqi itu bukan dalam bentuk uang semata.  Dan uang pun Allah berikan lewat berbagai cara.  Bahkan Allah sering memberi rizqi dari arah yang tidak disangka-sangka.  Maka, jangan takut akan kekurangan uang, jangan takut kehilangan rizqi.  Rizqi adalah mutlak Allah yang memberi, maka jika kamu menginginkan rizqi lebih, ikuti AturanNYA, lalu mendekatlah padaNYa, rayulah Allah dalam do’amu, dalam dzikirmu.  Tapi ingat ya, rizqi adalah fasilitas dari Allah untuk beribadah agar kita semakin mencintai Allah.  Jangan sampai kamu malah terlena dengan rizqi yang diberikan Allah lalu malah melupakanNYA karena lebih memilih mencintai harta pemberianNYA.  Na’udzubillaji min dzalika.







8 komentar:

  1. Terima kasih remindernya mba, betul ya rezeki itu sepatutnya dijadikan jalan untuk kita beribadah kepadaNya dan semakin mencintaiNya.

    BalasHapus
  2. masyaAlloh saya baru tahu kalau adik perempuan juga termasuk mba, selama tidak ada yang menafkahinya, masyaAlloh Maha Suci Alloh yang membuat islam begitu sempurna sampai hal demikian, makasih mba teruslah memberikan dan berbagi ilmu

    BalasHapus
  3. Hahhaaha.. Ini kok aku banget, ya. Ga punya dompet karena ke mana2 udah bawa suami

    BalasHapus
  4. UANG ini hal yg sensitif banget.
    Betapa banyak hubungan persaudaraan/ suami istri yang porak poranda gegara masalah duit ini.

    BalasHapus
  5. MasyaAllah untuk itulah seorang suami harus bekerja dengan cerdas. Kadang mengandalkan 1 telur belum cukup memenuhi kebutuhan untuk keluarga besarnya. Ni mbak yang baru saya tahu, ternyata saudara perempuannya juga ikut tanggungan ya kalau belum ada yg menafkahi

    BalasHapus
  6. Bagus banget postnya kak. Reminder nih, ibu dan saudara perempuan juga jelas punya hak :)

    BalasHapus
  7. Masalah dalam setiap keluarga yang biasa-biasa saja. Keuangan. Terkadang ini pun menjadi alasan mengapa harus bercerai.
    Suami yang masib sehat apalagi mampu untuk bekerja. Harus memiliki kepintaran dalam mencari uang. Ibarat pipa. 1 pipa saja fidak cukup untuk memenuhi kebutuhan seisi penghuni rumah. Harus ada pipa 2 & 3. Pipa itu diibaratkan penghasilan yang didapat.

    BalasHapus