Rabu, 26 Juni 2019

Taat Memang Berat



"Ibu sudah menggunakan jubah Allah, itulah sebabnya keluarga & rumah tangga Ibu jauh dari rahmat Allah"

Betul.
Siapapun yang mendengar pernyataan seperti itu pasti tertampar.  Begitu juga dengan ibu yang tengah curhat pada seorang ahli Tauhid Parenting itu.

"Bu, suami itu Allah berikan pada ibu untuk ditaati, karena Allah menciptakan suami itu pemimpin istri.  Sekarang, ibu menyalahkan suami atas apa yang terjadi pada anak ibu, pada kesedihan yang ibu tanggung. Bukankah hak menentukan siapa yang salah adalah hak Allah? Kalau ibu menyalahkan suami, berarti ibu mengambil hak Allah, bukan hanya itu, ibu juga melanggar perintah Allah untuk ta'at & hormat pada suami".
Sang ibu hanya terdiam. Kelu.  Matanya mulai mengembun.

Entah apa yang dibayangkannya. Barangkali penyesalan. Menyesal karena telah melanggar perintah Allah untuk ta'at pada suami. Bukan hanya tidak ta'at, malah juga meyalahkan suami.  Menyalahkan artinya merendahkan. 

Ta'at. Satu kata, empat huruf, dengan makna & konsekuensi yang teramat sangat dalam & luas.
Ta'at artinya menerima. Ta'at berarti tidak membantah. Ta'at bermakna menunduk sepenuhnya. Ta'at itu menundukkan ego, menundukkan nafsu merasa benar. Ta'at adalah melepas semua tapi dengan segenap argumentnya.  Ta'at tanpa iman tentu akan terasa teramat sangat berat.

Wahai para istri.
Dalam Al Quran, gelar wanita sholihah selalu diawali dengan kata Qonitat, artinya ta'at.  Maka jika kamu kehilangan keta'atanmu pada suami untuk urusan sekecil apapun, maka kamu sedang bersiap melepas gelar sholihahmu. Artinya , kamu juga bersiap melepas hak istimewa untuk bisa masuk surga dari pintu manapun. Kenapa? Karena bagi wanita, mengerjakan mengerjakan ibadah mahdoh ; sholat, zakat, puasa, berhaji, kemudian ta'at pada suami, maka dia berhak masuk surga dari pintu manapun.
Mungkin, sesekali kamu merasa pendapatmu lebih tepat dibanding pendapat suamimu. Tapi ini bukan alasan untuk tidak ta'at. Mungkin, kamu merasa lebih lelah mengurus rumah dibanding suamimu yang bekerja mencari nafkah di luar rumah. Tapi ini juga bukan alasan untuk tidak ta'at.
Mungkin kamu merasa betkintribusi lebih dalam keuangan rumah tangga karena kamu bekerja. Ini pun bukan alasan untuk tidak ta'at.
Tidak ta'at hanya boleh dilakukan jika suami mengajak untuk melanggar perintah Allah. Selain itu tidak.

Wahai para istri. Suamimu akan mempertanggungjawabkan semuanya di hadapan Allah nanti. Maka bantulah ia dengan do'a, cinta & keta'atanmu. Agar berkah rumahbtanggamu.
Wahai para istri. Setiap pelanggaran hukum Allah akan membawa keburukan untuk kita & orang-orang d sekeliling kita. Maka jika kamu mengabaikan ta'at ini, jangan menyesal jika Allah membayarnya dengan keburukan & ketidakberkahan di sekelilingmu. Jika Allah mencabut nikmat bahagiamu & menggantinya dengan kegelisahan yang tidak berujung.

Wahai para istri, bukankah Allah telah pilihkan seseorang yang mencintaimu?
yang mau mengorbankan waktunya untukmu? Yang telah memberikan tenaga & perhatiannya untuk sekedar melihat senyuman & mendengarkan ucapan terima kasih darimu. Yang telah memberikan dadanya agar kamu bisa bersandar. Yang telah membentangkan tangannya agar kamu bisa nyaman terlindung dalam pelukannya? Yang telah bekerja keras agar tubuhmu tetap sehat & bisa betibadah bersama? Yang telah memberikan hati dan hidupnya demi kebahagiaanmu?
Demi semua yang telah ia berikan, Allah memintamu untuk menta'atinya sebagai bukti cintamu pada Allah juga padanya.  Lalu apa  yang membuatmu berani mencoret atau melupakan kata ta'at?
Maka ta'atlah tanpa syarat, ta'at tanpa tapi, ta'at dalam kecintaanmu padaNYA. Semua, demi kebahagiaanmu, demi surga yang kamu rindukan.
Sekarang, pandanglah suamimu. Dia yang mungkin tak pernah lelah memaafkanmu, karena ingin ke surga bersamamu.

Sabtu, 01 Juni 2019

Drama & kehidupan

🏯🏯🏯

Di balik menara yang megah & membanggakan itu, menara yang dibagun untuk memfasilitasi orang-orang mengenal & mendekat pada kebesaran Robbnya, ada nama-nama yang luar biasa. Nama-nama yang telah berjibaku untuk mewujudkan mimpi besar mereka.  Semua memberikan kontribusi semampu mereka.
Siapa yang paling berjasa? Pencetus ide nya kah? Penyandang dananya kah? Arsiteknya kah? Pemborongnya kah?  Hanya Allah yang tahu. Namun yang pasti, yang paling berjasa adalah yang paling ikhlas di antara mereka.

Menara yang luar biasa itu ternyata rancangannya dibuat oleh anak bangsa yang luar biasa. Seorang arsitek yang mengenyam pendidikan di Amerika, negri adi daya yang sangat dibanggakan.

Sayang seribu kali sayang, dibalik kemegahan & kesuksesan ada cerita pilu yang tak semua orang tahu.
Seorang yang telah berpayah mewujudkan mimpi, membetikan jasa, tiba-tiba harus tersingkir.
Dia tidak mendapatkan apapun dari ratusan miliar yang dianggarkan.
Sang istri hanya berkata "Sudahlah, ayah diselamatkan Allah dari keburukan di dalamnya yang kita tidak tahu".

Aku, aku ingin sekali berkata sama seperti istri dalam kisah menara.
Tapi kisahnya beda.
Jumong. Aku sering membayangkan & membandingkan kisah itu.  Jomong, seorang pangeran yang harus tersingkir dari kerajaannya. Sementara wanita yang dicintainya harus tinggal di istana. Turut membantu membangun & memajukan kerajaan.

Jumong, kalau kisahnya tidak sepilu itu tentu tidak seru. Tidak akan mengharu biru. Tidak akan banyak di tonton & disukai.

Jumong berakhir dengan happy ending, ketika Jumong & pasukannya berhasil merebut kepemimpinan istana.

Kadang aku bertanya apakah film yang menginspirasi kisah hidup manusia, atau sebaiknya?
Meski mungkin ceritanya tidak 100% sama.

Seolah selalu ada objek penderita pilu di balik sebuah suksesnya sebuah kisah.  Manusia memang tempatnya salah & khilaf, setinggi apapun ilmu & iman seseorang, dia tidak pernah bergelar maksum. Hanya baginda Nabi saw yang menyandang gelar maksum, terbebas dari kesalahan.
Iri, dengki yang dikemas dengan kemasan logika dan dalil yang menurut mereka benar & tidak mengada-ngada akhirnya bisa menyingkirkan orang yang telah berjasa. Seperti di kisah menara, juga kisahku.

Hanya saja. Ada pesan cinta Allaah di dalamnya. Dan itu adalah mutiara yang harus diambil.
Meski mengambilnya harus berjuang menyelam ke jurang lautan yang paling dalam.
Taqdir Allah tak pernah salah, & taqdir Allah selalu indah. Kamu hanya harus berbaik sangka padaNYA saja.