Sabtu, 26 Februari 2022

Cinta Seindah Sakura Part 23


Oleh : Rani Sulaeman Ummu Ahmad


Part 22


"Kak Hamid kenal Kanaya?"

"Semua masyarakat Indonesia yang ada di sini in syaa Allah saling mengenal, apalagi yang muslim, ada wadah pengajiannya tersendiri"

"Ooh"

"Ada apa Dik?" Hamid balik bertanya.

"Tangannya dingin sekali" Andiny menjelaskan.

"Kabar di group katanya baru sembuh, sudah 3 bulan sakit"

"Lama juga ya tiga bulan, berarti pas Kak Hamid pulang?" 

"Sepertinya begitu"

"Aku koq merasa kasihan ya begitu melihat Kanaya"

"Kenapa?"

"Kayak di drama-drama gitu, matanya terkesan sedih banget tapi bibirnya berusaha tersenyum"


Hamid tersenyum.  Ia tahu, Andiny hatinya halus dan peka. Ia tahu, Andiny selalu peduli.

Namun ia tidak mungkin bercerita tentang Kanaya.


"Sebelum pulang kita ke toko Asia dulu ya" Hamid mengalihkan pembicaraan.

"Toko Asia?"

"Iya, toko yang menjual bahan-bahan makanan khas Asia. Biasanya pemiliknya orang Asia yang sudah punya ijin tinggal permanen di sini"

"Ooh, mau belanja apa kak? Bukannya bekal dari tanah air kemarin masih banyak?"

"Hari Ahad.depan kita akan syukuran di pengajian. Syukuran pernikahan kita, sambil kenalan sama teman-teman pengajian"

Andiny faham.


Tersanjung, itu yang ia rasakan.

Setelah perjalanan pedih nan perih, dalam liku taqdir yang ia jalani, akhirnya Allah berikan lagi cahaya kebahagiaan. Allah tak pernah mendzalimi hambaNya.


Selalu ada maksud dalam setiap langkah kehidupan yang Allah berikan. Dan maksud Allah hanya satu, menyampaikan pesan bahwa Allah mencintai hambaNya.

Sering ujian itu hanya masalah rasa. Rasa yang berat menerima kenyataan.

Kenyataan bahwa hidup orang lain lebih lengkap, lebih bahagia, lalu ingin sepertinya.

Kenyataan bahwa apa yang Allah beri tidak seperti apa yang kita minta dalam do'a. Lalu merasa Allah tidak cinta.

 Padahal Allah hanya memberi yang terbaik saja, sesuai dengan kondisi setiap hamba, melalui perhitungan ilmuNya yang Maha Luas.


Ya, semua ujian adalah tentang rasa, ketika tidak mau menerima.

Semua ujian adalah tentang rasa ketika tidak mau berbaik sangka.

Karena musibah dan bahagia pasti akan datang silih berganti, menyapa.setiap manusia yang pernah tercipta, entah ia beriman atau tidak.


Lihat saja drama-drama atau film di layar kaca. Bukankah ceritanya selalu juga tentang pedih perih dan bahagia? Padahal pemerannya mungkin jauh dari iman.


Atau tengoklah kisah indah mereka yang dijanjikan surga.

Adakah lepas dari derita dan bahagia? Tidak.


Yang membedakan adalah iman dan rasa.

Siapapun yang merasa bisa menerima kepahitan dalam hidup, beban dunia akan ringan baginya. Hanya saja, bagi mereka yang beriman, ringannya ujian dunia akan membuahkan surga. Surga di hatinya, dan surga kekal di akhirat nanti.


Andiny pernah merasa ujian yang teramat sangat berat. Ketika mimpinya hancur dan ia merasa kecewa. Ketika ia harus berjuang dan ia merasa lelah luar biasa.

Rasa, rasa dan rasa. Itulah ujian yang sesungguhnya. Merasa tidak mau menerima taqdir yang ada, itulah kepahitan yang paling kelam.


"Kita naik Sbahn yang ini" Hamid mengajak.

Andiny mengikuti.

Hamid mendorong stoller. Utsman tertidur. Utsman yang harus terpisah dari Umar. Inilah pilihan. Pilihan yang menyulam taqdir berikutnya. Sebagai ibu, Andiny masih dan selalu merindukan Umar. Apalagi ketika menyaksikan kasih sayang Hamid yang melimpah. Namun ia tahu. Umar di belahan bumi sana, juga mendapatkan cinta yang melimpah dari nenek dan orang tua angkatnya. Paman Utsman & Umar sendiri.


Hamid tahu tentang kerinduan itu. Namun ia tak bisa melangkah banyak. Karena keluarga paman Utsman & Umar, bukan wilayah yang boleh ia sentuh. Ia hanya bisa berusaha membuat bidadarinya bahagia.


"Kita turun di sini" Hamid mengajak Andiny mendekati pintu kereta.

Mereka turun & berjalan ke arah lift.

Sama seperti di pusat kota. Di sini suasana kota tua masih terasa. Meski tak semegah.di pusat kota.

"Andin pikir pusat kota & sekitarnya itu suasananya metropolis, ternyata tidak" Andiny menikmati suasana di sekitarnya

"Jerman Selatan itu kabarnya daerahnya paling bagus dibanding daerah lainnya. Nanti semoga Allah kasih rizqi & kesempatan, kita akan lihat suasana kota tua yang sebenarnya"

"Aamiin"

 Hanya itu yang Andiny ucapkan. Bagi Andiny,semua ucapan dan harapan baik adalah do'a.


Mereka berjalan ke arah sebuah toko. Benar seperti namanya. Semua bahan-bahan masakan Asia ada di sini. Ada yang khas Thailand, Vietnam, Philipina, termasuk makanan-makanan Indonesia juga ada"


"Kak, nanti kita masak?" Andiny bertanya.

"Iya, Kakak ingin masak soto mie"

"Hanya itu?" Andiny bertanya.

"Nanti setiap keluarga biasanya akan membawa masakannya masing-masing"

Andiny mengerti.


Di kasir, Andiny memperhatikan semuanya. WaoW ... Harganya lumayan berlipat dari harga yang di tanah air. Wajar.


"Kita langsung pulang?" Andiny bertanya.

"Iya, kasihan Utsman, pasti lelah"

"Utsman dari tadi tidur koq"

Andiny menjelaskan.


Andiny menatap Utsman yang tengah tertidur.

Pada saat yang sama, dua mata juga tengah menatap Andiny. Mata lembut yang menyimpan luka mendalam.  Mata Kanaya.

[11:51, 2/26/2022] Rani: Sakura Bumi Eropa

(Oleh : Rani Sulaeman Ummu Ahmad)


Part 23


"Coba dong ceritakan bagaimana pertemuan pertama" pinta Zuhdan, yang bertugas sebagai MC pada acara penyambutan dan syukuran Hamid-Andiny di Aula masjid Turkey di Freiman.


Hamid tersenyum menanggapi.

Didekatkannya mike ke dekat bibirnya. 

Senyum itu seolah tengah membawa hati Hamid terbang menuju kenangan.

Ya. Kenangan adalah tempat kembali mencari apa yang dirindu hati.

Kenangan adalah pelajaran untuk perjalanan ke depan.

Kenangan adalah cermin dari apa yang terjadi kini.

Kenangan adalah hadiah dari Allah yang Maha Indah agar sang hamba bisa menikmati keindahan yang telah berlalu.


"Pertama kali melihat Andin itu ketika pertama kali adik perempuan saya, Nura mengajaknya menginap di rumah. Wajahnya melukis kesedihan. Wajah seperti Hani be hatci, lebah kecil yang mencari induknya. Dan sejak melihat wajah itu, entah kenapa, ada perasaan ingin melindungi. Mungkin itu isyarat dari Allah ya"


"Nah, ceritain juga dong saat pertama kali nembak" Daniel menggoda.


Hamid memandang Andiny penuh kasih sayang.

Andiny tersipu dalam senyuman.


"Nah, saat pertama kali nembak, langsung ditolak, malah dibilang -ngga mungkin kakak adek nikah-"

Andiny reflek mengambil mike dari Hamid.

"Iya, aku kaget banget pas Kak Hamid mengungkapkan perasaannya. Karena aku pegang perkataan bapak. Waktu itu Hamid dan Nura mengantarku ke rumah, ngambil baju saat mau nginep, Kak Hamid ketemu bapak,pas pamitan, bapak berpesan, anggap keluarga Nura sebagai keluarga sendiri, hormati & berlalu sopan. Sejak saat itu aku pegang banget tuh perkataan bapak kalau keluarga Nura adalah keluargaku sendiri, kakaknya Nura ya kakakku, adiknya Nura juga adiikku. Apalagi ibunya tak membedakan aku dengan semua anaknya. Aku benar-benar merasa bahagia jadi bagian keluarga mereka. Makanya kaget pas Kak Hamid bilang ingin menikahi bahkan mau menunggu"


"Tapi akhirnya nikah juga ya, bagaimana ceritanya?" Layla bertanya.

"Qodarullooh, Allah mentakdirkan aku ketemu alm Mas Adlan. Ceritanya tragis, sepuluh hari menjelang pernikahan Adlan koma sampai berbulan-bulan. Mungkin Allah menghendaki Utsman & Umar terlahir. Belum setahun usia Utsman dan Umar, Mas Adlan meninggal. Aku tidak pernah berfikir untuk menikah lagi. Hanya berfikir ingin membesarkan Utsman. Termasuk ketika Kak Hamid pulang untuk Berta'aruf dengan anak teman Ibu angkat aku. Tapi ya namanya juga jodoh, Kak Hamid malah melamar aku"


"Jadi Utsman itu kembar ya? Kenapa ga dibawa ke sini?" Layla penasaran.

"Neneknya meminta Umar untuk diasuh oleh pamannya Umar & Utsman yang divonis dokter tidak akan punya keturunan" sedikit serak suara Andiny menjelaskan


Suasana tiba-tiba hening.

Reflek tangan Hamid memeluk bahu Andiny. Mencoba memberi kehangatan, mencoba menyerap semua duka yang tersirat di hati bidadarinya.


Semua terharu melihat adegan itu.


"Hebat nih Kang Hamid tetap setia dan tak pindah ke lain hati" Faris bertepuk tangan, mencoba mengganti aura suasana.

Semua ikut bertepuk tangan. Seolah riuh tepuk tangan itu memanggil agar suasana bahagia datang kembali.

Hamid tersenyum. Andiny juga.

Utsman dari tadi tengah asyik bercengkrama dengan Alma.

Semua mata nampak haru bahagia, kecuali sepasang mata milik Kanaya. Ada perih terpancar yang tak bisa disembunyikan.

"Mba Kana, mba baik-baik saja? Mba nampak pucat dari tadi" Aliyah, seorang mahasiswa pasca sarjana, tampak khawatir melihat Kanaya.

"Aku baik-baik aja koq, hanya masuk angin, lagi banyak.tugas, sama ngurusin tiket dll.untuk papa mama sama kakak yang mau datang"

"Waah, suatu kehormatan nih kalau nanti kita bisa ketemu papa mama Mba Kana".

Kanaya hanya tersenyum. Getir.


"Oke, sebagai closing statement, Kang Hamid dan Andiny, ada yang mau disampaikan, untuk keluarga pengajian muslim di sini dan juga keluarga yang tersambung lewat Skype di tanah air?" Zuhdan mengarahkan acara.


"Baiklah, terimakasih Zuhdan, juga seluruh keluarga pengajian yang hadir saat ini. Terimakasih juga untuk keluarga yang ada di tanah air.

Satu hal yang ingin saya sampaikan adalah, seberat apapun sebuah ujian, tetaplah berbaik sangka kepada Allah. Karena Allah sesuai dengan persangkaan hambaNya & baik sangka adalah kendaraan terbaik menuju apa yang kita cita-citakan. Saya bertahun-tahun diuji dengan perasaan cinta yang saya sendiri heran, kenapa tak hilang-hilang. Saya sudah berusaha untuk melupakan, untuk mencari pengganti, apalagi saat tahu kalau yang kita cinta tengah bahagia. Sakit banget rasanya, saya sudah berusaha bangkit, tapi tak bisa. Perasaan cinta ini bukan sesuatu yang bisa kita kontrol, tapi murni titipan Allah yang bisa datang dengan berbagai jalan. Ada yang jalannya lewat ketemu terus, ada yang lewat logika, ada banyak macam jalan. Karena semuanya dari Allah, maka satu-satunya jalan keluar adalah mengembalikan pada Allah. Melihat, seperti apa cara yang Allah berikan untuk mengatasinya. Bagaimana caranya? Alihkan dan alirkan cinta kita kepada makhluk Allah yang lain yang lebih lemah, lebih membutuhkan. Anak yatim misalnya. Dan ketika kita mencoba mengembalikan semua ujian termasuk ujian cinta kita kepada Allah, maka bersiaplah menjemput keajaiban yang akan Allah berikan." Hamid diam sejenak. Menatap Andiny yang sedari tadi tersipu memperhatikannya.

"Keajaiban dari Allah itu ada, tapi itu hanya untuk orang-orang yang ikhlas menerima ujiannya. Bagi saya ujian terberat adalah mencintai wanita yang menganggap saya sebagai kakak kandungnya" Hamid mengakhiri dengan tertawa ringan.


Keluarga pengajian yang hadir serasa seolah larut terbawa. Dari pesan yang memuat kisah duka luka mengharu biru. Hingga akhirnya ikut tertawa ringan bersama Hamid.


"Teh Andiny, ada yang mau disampaikan?" Zuhdan bertanya.

Andiny menjawab dengan anggukan.


"Setiap kita akan menjadi jalan ujian bagi orang lain, terutama orang terdekat kita. Setiap perilaku, perkataan, keputusan yang kita ambil akan berpengaruh pada orang-orang di sekitar kita, entah yang dekat, entah yang jauh. Berhati-hati memang perlu, memperhitungkan segalanya juga harus. Tapi selalu ada sesuatu yang diluar jangkauan kita. Sesuatu itu adalah campur tangan Allah bernama taqdir. Ketika kita mencoba ikhlas dan bisa menerima taqdir, itulah awal kebahagiaan sejati. Karena bahagia itu bukan tentang mendapatkan apa yang kita inginkan, tapi ridho terhadap semua yang Allah berikan. Seperti sekarang, ketika aku benar-benar ridho dengan pilihan Allah, jujur aku katakan bahwa bahwa Allah benar-benar memberiku bahagia dan bahagia yang sebelumnya tak pernah dirasa tak pernah disangka. Termasuk aku bahagia banget bisa hadir di sini diantara keluarga pengajian Indonesia di negri orang. Terakhir, mohon do'anya untuk kami, untuk keberkahan keluarga kami, juga untuk calon bayi yang kini Allah hadirkan di rahim aku"


Hamid menatap bidadarinya. Entahlah. Ia seperti tengah terbang ke surgaNya.

Maka nikmat dari TuhanMu yang manakah yang kamu dustakan?


"Baarokalloohu" semua serempak menjawab. Suasana meriuh. Bahagia tersebar di sana. Bahagia yang menjadi sumber sakit yang paling sakit bagi Kanaya.

Kanaya berjalan ke arah toilet.

Aliyah memperhatikan sedari tadi. Aliyah membuntuti Kanaya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar