Selasa, 08 Januari 2008

Berantem??? Ah masa...

Syoksiyah....."berantem 'ala islam?"

 

Kemuning asyik membolak-balik majalah Cantik sambil tidur-tiduran di atas sofa.  Majalah Cantik adalah majalah favorit para wanita muda yang berisi berita-berita seputar aktifitas wanita.  Tidak hanya berita, Kemuning menyukai majalah ini karena di dalamnya terdapat beberapa rubrik yang berisi tips dan trik penting bagi para wanita yang berkaitan dengan berbagai aktifitas kehidupan wanita.  Wanita dan Bisnis, Wanita dan Politik, Wanita dan wisata, dan banyak hal lain yang serba dikaitkan dengan wanita.  Terkadang Kemuning sering bertanya; mengapa semua harus dikaitkan dengan wanita, seolah semua yang berkaitan dengan publik bukan milik wanita sehingga wanita perlu menegaskannya dengan menyandingkan identeitas gender.

Namun peranyaan itu hilang begitu saja setelah ia asyik dengan berita-berita terkini yang tersaji.

“Ning, kamu asyik banget sih…” 

“Eh, Kak Mira, ada apa kak?”

“ Ada apa lagi,… satu jam lagi kamu kan ada pengajian, bukannya siap-siap malah melototin majalah terus”

“Kak Mira, gitu aja kok repot, masih satu jam kok, tenang aja kenapa?”

“tenang gimana la wong musholanya belum dirapiin”

“lho, bi inay ke mana?”

“Belum balik dari pasar!, sana rapiin dulu, siapin makan sama minumnya juga!”

“wah,… bi Inay parah nih masa ke pasar 3 jam belum pulang juga!” keluh Kemuning

“udah ga usah ngeluh lagi, gih sana siapin”

“Kakak ga bantuin?”

“ngga, kakak mo siapin materi presentasi besok”

“yaah”, kemuning kecewa.

Majalah Cantik ia geletakan diatas sofa. Ia bergegas ke mushola.

 

Mushola terletak dihalaman belakang di samping kolam sudut halaman.  Di sinilah kemuning dan teman-teman biasanya mengadakan pengajian rutin untuk mengkaji ilmu-ilmu islam.  Biasanya kajian diadakan hanya 2 jam.  Usai kajian Kemuning dan kawan-kawan melakukan diskusi tentang berbagai hal.  Ketika diskusi itulah suasana terasa semakin akrab.  Apalagi kalo Bi Inay sudah menyajikan makanan kecil dan minuman.  Lengkaplah keceriaan yang terasakan dalam kajian.

 

Satu hal yang sering membuat kemuning sebal adalah Bi Inay.

Bi Inay suka ikutan nimbrung.  Iya sih, ada mamfaatnya juga, Cuma yang bikin malu, bi Inay suka nanya yang aneh, aneh.

“Neeng,… Neng Nining…”

“panjang umur nih bi Inay”gumam Kemuning.

“Dari mana saja Bi?” tanya kemuning tak sabar

“Dari pasar Neng,tadi ada yang mau berantem makanya bibi telat pulangnya”

“Berantem kenapa bi?”

“itu Neng, bibi juga ga tau kenapa mereka mau berantem”Bi Inay yang selalu bersemangat mulai bercerita.

“tahu ga Neng, yang mau berantem itu dua-duanya pake jilbab rapi kayak Neng Nining dan Neng Mira”

“Apa?” Kemuning kaget

“iya, waktu di angkot bibi melihat dua perempuan berjilbab, mereka ngobrol panjang, kemudian mereka bilang syoksiyah, dua-duanya Neng bilang syoksiyah”bi Inay bercerita dengan ekspresi menegangkan.

“Nah, setahu bibi, kalo orang sudah bilang syoksiyah,syoksiyah biasanya terus mereka naikin tangan baju..”

“bukan tangan baju kali, lengan baju..” Kemuning menimpali

“iya pokoknya begini” Bi Inay memperagakan dengan menaikan lengan baju dan mengepalkan tinju.

“Nah, kalau sudah meureup begini, biasanya trus ramelah saling pukul”

“apa mereka saling pikul Bi?”  Kemuning penasaran

“Tah eta neng, yang bikin bibi heran, temen-temen eneng teh bilang syoksiyah-syoksiyah tapi bicaranya pelan,dan bibi tunggu-tunggu kok ngga meureup-meurep.  Bibi pikir mungkin mereka ga berani berantem di angkot, makanya bibi ikutin terus”

“yah bibi, ngapain juga ngikutin mereka kayak kurang kerjaan aja” Kemuning mulai kesal

“Tunggu dulu neng, bibi belum selesai nih”Bi Inay membela diri.  Setelah menghela nafas, Bi Inay melanjutkan ceritanya

“waktu mereka turun, bibi juga ikut turun, bibi pikir harus ada yang misahin kalo mereka berantem, bibi ikutin terus tuh mereka, tapi sampai mereka masuk rumah bibi tetep ga ngeliat mereka berantem, apa mereka berantem dirumah ya neng, apa mereka saling meureup di rumah ya neng? kan yang pake jilbabmah suka ga mau keliatan auratnya””Bi Inay kini menatap Kemuning mengharap jawaban.

 

“Huaha…ha..ha.. Bi Inay ketipu, kacian deh”Kemuning tertawa terbahak sambil memegangi perutnya.  “huaha..ha..ha bi, makanya ga usah turut campur urusan orang”kata kemuning sambil terus tertawa.

Bi Inay, dengan wajah polos, lugu dan sedikit sedih menatap Kemuning.

“Eh ari Neng Nining, bibimah bukan mau ikut campur urusan orang, kan kata neng Elma yang suka ngisi pengajian juga kita the harus amar ma’ruf nahyi mungkar, harus mencegah kemungkaran, pan meureun ari berantemteh prbuatan mungkar” Bi Inay mulai kehilangan semangat.

“Bi,Inay, bibi salah denger kali” tiba-tiba Kak Mira menimpali sambil menahan ketawa

“Enggak Neng, walau mereka bicaranya pelan bibi yakin kok mereka bilang Syoksiyah-syoksiyah”Bi Inay memebela diri lagi.

“Bukan syoksiyah kali bi, tapi syaksiyah, syaksiyah islamiyah”Kak Mira mencoba menjelaskan

“iya neng bener, mereka juga bilang islamiyah, islamiyah begitu, makanya bibi sempet mikir ada cara berantem islami neng” Bi Inay mulai semangat lagi “ kan sekarang musim islami, islami gitu ya neng ya, bank islami, hotel islami, pernikahan islami, makanya bibi pikir waktu mereka bilang syoksiyah islamiyah itu mereka mau berantem islami, berantem secara islam”

Kak Mira mencoba menahan ketawa. Ia menghela nafas panjang. 

“Bi… mungkin mereka itu sedang membicarakan Syaksiyah Islamiyah bi, pake A, Syaksiyah, bukan syoksiyah, syak-si-yah”  Kak Mira mencoba menjelaskan

“iya bi, itu artinya kepribadian islam” timpal Kemuning.

“Naon ari kepribadian islam the?” tanya bi enay lugu

“Syaksiyah islamiyah atau kepribadian islam itu, adalah cara bertindak,bersikap,berfikir yang didasarkan kepada nilai-nilai islam”Jelas Kak Mira

“ah si eneng mah, jangan pake bahasa kuliahan atuh, bibimah ga ngerti, maksudnya gimana? bi Inay penasaran

1 komentar: