Minggu, 20 Januari 2008

Pertanyaan Aa

Kemarin malam, ketika saya tengah asyik berkelana di dunia maya, Aa mendekatiku.

“Mi,… sebenarnya untuk apa sih kita diciptakan?” ia bertanya.

Anak yang satu ini memang sering menanyakan sesuatu yang biasanya ditanyakan oleh anak-anak yang jauh lebih tua dari dia.  Entahlah,… mungkin karena memang dia anak tipe melankolis yang terbiasa memikirkan segala sesuatu secara detil.

Seingatku, selama aku mengajar di SD, anak yang bertanya sedetil itu adalah anak-anak usia 9-10 tahun, anak-anak kelas 4-5.

Pernah dulu saya bercerita tentang kisah dalam Al Qur-an mengenai penciptaan Nabi Adam as., pada murid-murid kelas5.  Di sekolah kami, sebelum memualai pelajaran, ada  sesion yang disebut bina syakhsyiyah, biasanya diisi dengan cerita-cerita yang mengandung hikmah.  Diharapkan, anak-anak bisa terinspirasi dan termotivasi dengan nilai-nilai yang ada dalam cerita. 

Ketika bercerita,anak-anak yang mayoritas tipe sanguinis yang biasa ribut kali ini tidak bersuara.   Dengan seksama mereka mendengarkan.  Diakhir cerita saya memberi mereka kesempatan untuk bertanya.  Tapi semua diam. Saya akhiri cerita itu, dan mengajak anak-anak untuk mulai masuk pada pelajaran inti.

Ada sesuatu yang aneh dengan raut muka salah seorang murid saya; Dzaky.

Dia yang biasa ceria dan tanpa beban, pagi itu sangat pendiam.  Dia yang biasa banyak bertanya hanya bungkam belaka.

Ketika istirahat, Ddzaki mendekati saya.

“Bu, coba dulu Nabi Adam as., tidak makan buah khuldi… tentu kita sekarang berada disurga…”

Olala…itu ternyata yang membuat dia sedari tadi diam seribu basa.

“Dzak, di dalam Al Quran, disebutkan, bahwa memang niat awal Allah swt menciptakan manusia itu adalah untuk menjadi khalifatullah fil ardh” saya mencoba menerangkan.

“kalaupun ternyata Nabi Adam dulu berada di surga, itu adalah kuasa dan kehendak Allah SWT.  Kemudian diciptakannya buah khuldi dan larangan memakannya adalah pelajaran dan ujian dari Allah SWT, dan atas apa yang telah terjadi kita bisa mempelajari bahwa syetan itu selalu mengajak untuk melanggar perintah Allah SWT.  Bahasa yang dipakai syetan untuk melanggar perintah Allah  SWT sangat lembut, halus, seolah-olah menasehati.  Itu yang harus kita ambil hikmahnya, Dzak.  Tak perlu disesali.”

***

Ya!  Ketika anaku bertanya tentang hakekat penciptaan, aku langsung teringat pada kisah penciptaan Nabi Adam as., yang Allah SWT firmankan dalam QS Al Baqoroh.

Maka dengan spontan saya menjawab “untuk menjadi khalifatulloh fil’ardh, untuk menjadi wakil Allah SWT dimuka bumi ini”

Aa tidak puas dengan jawaban itu.

“Menjadi wakil Allah SWT, maksudnya apa?”

Saya mulai memutar otak, mencoba mencari kata-kata yang bisa dicerna anak seusia Aa.  Anak-anak masih berfikir kongkrit, segala sesuatunya harus dijelaskan dengan peristiwa yang bisa dia lihat dan saksikan sendiri.  Kadang-kadang kalau kita tidak bercerita dengan contoh yang kongkrit, maka dia berusaha untuk mengkongkritkan sendiri.  Misalnya pernah alfi, ragil berkata “Mi, nanti kita kalau kesurga naik roket ya Mi…”… yah itula dunia anak dengan segala keluguannya.

Alhamdulillah,berkat petunjuk dari Allah SWT, saya langsung teringat pada firman Allah,.salah satu ayat dalam Al Qur-an Surah ke 51, yang artinya :

“dan tidaklah AKU ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepadaku..(al ayah)”.

Lalu aku jelaskan pada Aa,  “kita diciptakan untuk beribadah, ibadah itu ada dua, ibadah mahdoh atau ibadah lansung yaitu apa yang ada dalam rukun Islam, kemudian ada ibadah goiro mahdoh yaitu ibadah tidak  lansung seperti menolong orang, belajar, tidur..”

“apa Mi?,… tidur juga ibadah?”

“iya A, apapun yang kita lakukan, kalau kita mengucap bismillah dulu itu jadi bernilai ibadah, dapat pahala dari Allah SWT.”

Aa mulai mengangguk.  Tak lama kemudian, ia belalu dan menghampiri laptop lagi.  Main game dan melihat-lihat apa yang ia minati di dunia maya.  Asyik dengan dunianya lagi  

   ***

Ada satu hal yang saya lupa untuk menjelaskan pada Aa, mengapa kita harus mengucapkan basmallah sebelum mulai melakukan sesuatu.

Pada hakekatnya, basmalah adalah bahasa cinta.  Perhatikan saja artinya “Dengan menyebut Asma Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang”

Dengan mengucap basmallah kita mendapat cinta dari Sang Maha Pencinta.

Dengan mengucap basmallah kita dinaungi kasih dan sayang oleh Yang Maha Penyayang.

Basmallah adalah tanda cita dari sang Maha pencipta.  DIA sadarkan hambaNYA bahwa cinta adalah yang utama dalam mengerjakan berbagai hal.

Apa yang dimulai dengan cinta, tidak akan sia-sia. 

 

Mudah-mudahan kita termasuk orang yang senantiasa terikat dengan bahasa cinta dari Yang Maha Kuasa.

Amin.

 

 

2 komentar:

  1. ass.wr.wb.
    mbak boleh ya saya mengambil contoh dr mbak untuk mendidik anak2 saya agar lebih mengenal Islam?

    BalasHapus
  2. boleh sekali, hikmah itu milik kaum muslimin, dimana saja dan dari siapa saja boleh diambil,

    BalasHapus