Rabu, 06 Februari 2008

Segumpal Darah

Salah satu tema dalam mata pelajaran  Bahasa Indonesia di kelas 4 adalah wawancara.  Untuk mencapai indikator-indikatornya, pembelajaran ini saya desain dengan mengajak anak melakukan wawancara langsung.  Sebelumnya mereka menentukan tema dan topik yang menurut mereka menarik;  menuangkannya kedalam bentuk pertanyaan pertanyaan, baru turun kelapangan mencari nara sumber.  Siswa di bagi kedalam 4 kelompok.  Saya dan patner saya membimbing mereka.  Masing-masing dari kami bertanggung jawab terhadap 2 kelompok.

Dalam perjalanan mencari nara sumber, seorang siswa betul-betul melengketkan diri pada saya. Katakanlah nama siswa tersebut adalah B.  “Bu, lihat ada si A, aku ga suka dengan dia sebab dia sukanya nyuruh-nyuruh,”

“Kamu tidak suka di suruh?”

“ iya”

“kenapa tidak bilang?”

B tidak  menjawab. Dari segi usia A paling tua diantara teman-temannya, walau secara fisik ada yang lebih besar dan lebih tinggi dari A, tapi A termasuk siswa yang berperawakan besar.  Maka unggulah A dalam hal mendominasi rekan-rekannya.  Ternyata dikalangan teman-teman yang didominasi, timbul rasa kurang percaya diri, bahkan rendah diri.  Nah, saat itu terbersit dalam benak saya untuk menumbuhkan rasa percaya diri pada B.

“Sekarang ibu mau tanya” saya mulai mengarah ke tema yang aku inginkan.  “Kamu tahu kan kalau semua manusia asalnya adalah segumpal darah?”

“ya”  jawabnya

“ ada kan dalam juz amma, hapal nama suratnya?” saya mencoba menegaskan. 

Ia mengangguk 

“Dia, temanmu si A diciptakan dari apa?”

“Segumpal darah” jawabnya

“Kamu diciptakan dari apa?”

“Segumpal darah” jawabnya

“ya,… kalau kalian sama-sama diciptakan dari segumpal darah kenapa kamu mesti merasa takut atau minder sama si A?”

B hanya diam.  Tapi dari raut mukanya saya mengerti bahwa dia sedang berusaha memahami maksud dari pertanyaan-pertanyaan saya.

Selang beberapa hari, saya mulai melihat perubahan pada diri si B.  Ia terlihat mulai bisa menunjukkan jati dirinya.  Ia tampil semakin ceria, walau kadang saya melihat ia juga suka mendominasi  teman-temannya yang lainnya.

Yah, itulah pelajaran dari segumpal darah.  Setitik pelajaran dari QS Al ‘Alaq, telah mampu merubah karakter siswaku tadi.

Namun sesungguhnya pelajaran dari QS Al ‘Alaq itu amatlah luar biasa, lihatlah bagaimana dengan diawali 5 ayat pertama surat tersebut Rosulullah saw mampu mengubah dunia. 

Intinya adalah bahwa semua manusia itu sama dan hanya Allah saja yang Maha Mulia.  Kemudian dalam satu ayat dalam Al Qur-an, Allah berfirman bahwa Allah telah memuliakan Bani Adam, anak keturunan Nabi Adam as,… ya kita-kita ini!.  (saya tidak mengklaim keturunan monyet lho.. ^_^)

Secara spesifik dalam ayat lain dikemukakan bahwa yang PALING mulia diantara diantara umat Muhammad saw adalah yang paling taqwa.  Kemudian dalam beberapa hadits, nilai kemulian ini di sandingkan dengan belajar dan mengajar Al Quran.  Ada juga hadits yang menyebutkan bahwa kemuliaan seorang hamba itu tergantung dari sholat malamnya.

Mudah-mudahan kita semua menjadi orang yang mulia dimata Allah.  Mulia karena DIA memang memuliakan kita atas kehendakNYA, bukan mulia hanya karena harta yang  sekedar DIA titipkan kepada kita.  Amin.

 

Seandainya ternyata Allah menguji kita dengan memberi kita Kedudukan/jabatan serta harta yang berlebih, mudah-mudahan kita bisa bertindak dan berkata bijak seperi Baginda Nabi Sulaiman as, bahwa "semua ini (kerajaan dan kekayaan serta kelebihan lainnya) adalah untuk mengujiku, apakah aku termasuk orang yang bersyukur, atau ingkar"...(terjemahan bebas QS 27:40)

Mudah-mudahan kita semua menjadi orang yang mulia dimata Allah.  Mulia karena DIA memang memuliakan kita atas kehendakNYA.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar