“mencintai itu bukan dosa Nak. Cinta itu hanyalah salah satu dari tiga naluri yang Allah berikan pada manusia. Setiap orang pasti punya, seperti halnya mereka punya naluri untuk mempertahankan diri, dan naluri untuk menuhankan sesuatu”
Kalimat itu yang biasanya kugunakan sebagai “awalan” jika dulu ada murid-muridku yang curhat padaku tentang perasaan suka alias cinta mereka pada lawan jenis. Tapi kalimat itu belum titik. Ada penjelasan panjang berikutnya. Penjelasan yang rencananya akan ku uraikan tahap demi tahap bahwa ada banyak hal yang harus dipikirkan selain cinta dan rasa. Ada banyak tugas menanti seiring perkembangan usia menuju dewasa. Ada cita-cita yang harus digapai, ada banyak mimpi yang harus diwujudkan.
Aku khawatir jika aku langsung meng”cut” perasaan yang sebenarnya merupakan pelajaran dan ujian bagi mereka, mereka malah akan lari dan mencoba mencari solusi sendiri yang menyenangkan bagi diri dan hati. Aku khawatir malah akan ada “backstreet” yang akhirnya membawa sesuatu yang dikhawatirkan. Jelas tidak ada pacaran dalam Islam, tapi untuk menjelaskan hal yang demikian pada anak yang baru gede, tentu butuh uraian dan penalaran agar bisa diterima dengan nyaman.
Mungkin hanya aku yang toleran dengan hal yang demikian. Sementara rekan-rekan yang lain, dalam rangka menjaga generasi muda,mencoba menjelaskan langsung melalui dalil yang telah mereka urai dalam sebuah kajian.
Yang protes padaku? tidak sedikit. Ada yang bilang aku terlalu berpihak pada siswa sehingga akhirnya malah memberi batasan yang berlebihan pada siswa. Ada yang menegur langsung bahwa caraku hanya akan menjamurkan perasaan cinta terhadap lawan jenis diantara para siswa. Tapi aku tetap pada pendirianku bahwa mencintai bukanlah dosa. Hanya perlu cara agar cinta itu datang tidak terlalu awal, tidak merusak konsentrasi belajar, dan tentunya tiidak memupus harapan semua orang pada siswa yang bersangkutan. Juga agar siswa tahu bahwa cinta sejati kelak kan datang tepat waktu, sedangkan cinta hakiki adalah cinta dari Sang Pemberi rasa Cinta.
Ah, Rasanya mudah saja menghadapi penyakit cinta yang menjangkit pada siswa, mencoba memberikan perhatian dan pengertian, setelah itu menanamkan pemahaman tentang cinta sesuai syari’at islam, dalam artian berani cinta ya harus berani nikah.
Tapi lain halnya berkaitan dengan anak sendiri. Kemarin adikku bilang dia menemukan surat cinta yang ditujukan pada keponakannya alias putriku.
Barangkali itulah mengapa para kiyai yang punya pesantren menitipkan putranya pada Kyai di pesantren lain, karena menghadapi anak sendiri, tidak semudah menghadapi para santri. Tapi ini Cuma barangkali lho ya….
^_^ hehehehe....
BalasHapusyup, kadang dakwah pada keluarga sendiri justru lebioh syuliitz.
syukron katsir, Teh
Jazaakillah khoyr.
waah mbak Hani sudah besar ya mbak...hayo siap-siap mantu:))
BalasHapusterima kasih sharingnya mbak, jadi sedikit ada pencerahan untuk bekal nanti....
emang umurnya brp teh kok udah pinter nulis surat cinta?
BalasHapusPoin penting yang kadang sering terlupakan...Makasih ya, mb...
BalasHapusbarangkali yg kasih surat cinta itu punya " RASA " sm putrinya teteh....hehehe...^_^
BalasHapussejatinya cinta adalah cinta yang diselimuti cinta pada sang pemilik cinta ya kan teh ^_^
BalasHapusKarena terlhat sulit maka perlu semangat yang kuat ya... ^_^
BalasHapusWaaah, ya masih lama lah Dwi... :)
BalasHapussurat cinta yang ketemu dari anak lelakinya Kang, Usianya kira-kira 12- 13 tahun,
BalasHapuscinta monyet kali ya???
Sama-sama
BalasHapusKoq Vina tahu sih???
BalasHapus*pengalaman ya?*
Betul sekali Akmal,... ^_^
BalasHapushiihihihi....
BalasHapusmmmm....
Pengalaman duuuluuuu...teh....:D upsss....*jadi maluuww.....^_^
kalo' skrg sih,....uda gak zaman lagi surat2an kaliy yahh,...
*BERANI CINTA BERANI NIKAH.....*gituu kann Teh...ingett2 kata Teteh....;)
Terus, Vina sekarang dah berani belum???
BalasHapusHayooooo *wink*
aqu copas ya mba :D
BalasHapusSilahkan,... dengan senang hati
BalasHapussssssttt......
BalasHapusngomongin ' Berani ' nya jgn dsni donk Teh....^_^
*InsyaALLOH.....Berani,....! Mencintai yg Cinta padaNYA....^_^
Betul Vin, lelaki dengan cinta sejati adalah lelaki yang selalu mencintaiNYA
BalasHapusAda titipan pertanyaan:
BalasHapus- kalau suami mencintai wanita lain yang bukan muhrim selain pasangan nikahnya dosa tidak?
- kalau isteri mencintai pria lain yang bukan muhrim selain pasangan nikahnya dosa tidak?
kalo menurut pendapat pribadi saya, yang jelas pedomannya adalah "wa laa taqrobu zinaa"... selanjutnya biasanya banyak terjemahan & interpretasi yang berbeda-beda,...
BalasHapusatau
Rekan-rekan MPers yang lain PUNYA JAWABAN GA?.....
Naay banyaaak ngalamin gtuaan bu..
BalasHapusmeskipunn sbenarnya sudaah pahaaam tapi..
mungkinn Bu Rani bisa ngasih jawabannya..
tapi Bu Rani ,, makasihh bangeeed tas infony..
bisa jadi inspirasi Naay k depaan nihh..
makasihh Bu..