Sabtu, 26 Juli 2008

Seperti aku

Anak yang satu ini memang lincah & energinya cukup banyak.  Ini menujukkan bahwa ia punya gaya belajar kinestetis.  Selain itu juga gaya bossy, suaranya cukup keras dan gampang ngambek.  Pertanda dia punya sebagian ciri karakter korelis.  Dia juga suka iseng, suka teriak tapi juga cengeng.  Ini adalah sebagian dari ciri karakter sanguinis.  Iseng pertanda kreatif, cengen pertanda kekanak-kanakan & senang diperhatikan.  Salah satu ciri sanguinis lain yang menonjol adalah, dia cukup mempesona, kesan pertama ketika melihatnya, orang pasti akan berkata "cakep".  Kalau tertawa cukup keras & lama, dan ia mudah mentertawakan sesuatu.  Ia selalu punya ide dan jawaban sendiri atas sebuah permasalahan.  Itulah karakter sanguinisnya.
Tapi  namanya juga anak-anak, ada masa rewel, ada masa tenangnya.  Seorang teman yang barangkali pernah melihat dia dalam keadaan rewel menyimpulkan bahwa dia "nakal".  Tapi bagiku tidak, karena pada dasarnya tidak ada anak yang nakal.  Dia tidak nakal, dia hanya seperti aku, bahkan aku dulu masih jauh lebih iseng & lebih kreatif juga lebih kinestetis.
Daftar keisengan yang kulakukan ketika aku kecil sepertinya bakal cukup panjang untuk kutuliskan.  Pernah aku mengejar-ngejar adikku sampai adiku terjatuh tepat disalah satu sudut meja.  Kulihat saat itu mulutnya berdarah & ternyata lidahnya sobek sehingga harus dijahit beberapa jahitan.  Tapi saat itu aku hanya tengah bermain bersama adikku, & karena orang tuaku mengerti betul, tidak ada rasa marah yang mereka tampakkan padakku.  Sewaktu SD pernah ada orang tua yang melaporkan aku kewalikelasku berkaitan perlakuanku terhadap anaknya, dan sampai sekarang aku belum mengerti tingkahku yang mana yang mereka laporkan.  Waktu SMP, disekolah  aku senengnya berdebat.  Pernah juga sih aku mogok sekolah sampai orang tuaku dipanggil oleh pihak sekolah.  Di rumah, apalagi ketika di masjid, teman-teman yang lain rajin mengaji, maka aku rajin mengisengin mereka satu persatu.  Belum lagi ketika tarawih, aku rajin membawa karet yang kemudian aku jepretkan kebarisan bapak-bapak dibalik hijab pemisah shaf laki& perempuan.  Waktu SMA apalagi, ketika ikut PMR, aku paling sering ngisengin seniorku, dari mulai pura-pura makan permen sambil berdiri, bertanya yang ngga-ngga & mencoba menerjemahkan perintah senior kedalam cara yang berbeda.   Aku baru sadar sekarang kalau ternyata aku mungkin sangat membuat orang tuaku bingung dan khawatir.  Khawatir akan keselamatanku ketika hobyku main layangan diatas genteng kumat, khawatir karena aku tidak takut ketika berkelahi baik dengan teman perempuan maupun teman laki-laki, dan banyak lagi kekhawatiran yang lainnya Itulah mungkin akhirnya mereka memanggil orang-orang sholeh & mengadakan pengajian untuk mendo'akanku. Dan hidayah pun akhirnya datang juga.  Alhamdulillah akhirnya Allah membimbingku, & mempertemukanku dengan orang-orang yang intens mengkaji ilmu agama.  Setelah itu, "bakat-bakat" yang dulu, mulai berubah kearah positif & cukup membuahkan hasil.
Kini aku punya PR untuk mengarahkan anak-anakku dengan segala potensinya menuju arah yang yang positif.  Agar tidak ada seorangpun yang mencap mereka dengan kata nakal.  Selaksa do'a rutin aku panjatkan kehadirat Ilahi Robby, agar mereka menjadi generasi yang DIA ridhoi, agar mereka menjadi orang yang DIA cintai, agar mereka menjadi orang yang selalu mendapatkan kebaikan & kebahagiaan didunia & akhirat.  Agar mereka menjadi orang yang cerdas IQ & EQ.  Agar mereka menjadi pribadi-pribadi yang mengukir sejarah dengan tinta emas dalam perjalanan menegakkan kalimahNYA.

3 komentar:

  1. amiiiin....
    meski kemungkinan anak2 mewarisi kelakuan ibunya dulu, tapi udah pengalaman ya, Mbak:-)

    BalasHapus
  2. Justru karena sadar betul seperti apa ibunya dulu, makanya harus ekstra hati2 agar sejarah tidak berulang nih

    :D

    BalasHapus