Rabu, 31 Desember 2008

Panggung sandiwara(?)

Mengamati tingkah kehidupan manusia, tak jarang membuat kita geleng kepala.  Kenapa?  Mungkin karena pola fikir yang berbeda.  Dari pola fikir ini merambah menjadi target kehidupan yang berbeda pula. 
Sesuatu yang nyata berbeda dari sesama insan yang sebenarnya punya potensi yang sama.
Ah, namanya juga mahluk sosial, justru barangkali karena adanya perbedaan itulah akhirnya bisa terjalin komunikasi.  Dan lewat jejaring sosial inilah kemudian Allah memilih siapa yang terbaik amalanya diantara kita.

Mengamati tingkah kehidupan manusia, tak jarang membuat kita mengurut dada.  Apalagi jika ego seseorang kemudian bersinggungan dengan kepentingan kita.  Pun sebaliknya.  Rasa sebal, kesal dan marah itulah yang akhirnya ada.  Tapi sabar sebenarnya bisa jadi pilihan juga.  Pilihan yang kita tahu bahwa itulah yang terbaik meski begitu susah terasa.

Mengamati tingkah kehidupan manusia, sah-sah saja.  Tapi kita tak pernah berhak untuk menghakimi.  Karena yang mengetahui segala isi hati dan segala yang tersembunyi hanyalah ilahi Robbi.  Biarlah setiap pribadi bertanggungjawab pada DIA sang pencipta sejati.
DIA memang telah mengamanahkan kita untuk beramar makruf, meyeru kepada kebenaran, mencegah dari berbuat mungkar, juga saling menasehati.  Hanya saja semua tidak semudah yang kita ingini.

Mengamati tingkah kehidupan manusia,samakah dengan mengamati panggung sandiwara?

2 komentar:

  1. :) iya, benar mbak. tadi saya juga merenung tentang itu.

    SUBHAANALLAAH.. ALLAAHU AKBAR...!

    Perbedaan akan selalu ada. Namun sebisa mungkin kita harus menghilangkan permusuhan karenanya.

    Mbakku sayang,
    senantiasa ingatkan bila saya lupa,
    nasehati bila saya salah.

    Jazaakillaahu khoyron.
    I Luv U b'coz of Allah. ^_^

    BalasHapus
  2. ailopyu bikos op Allah tuuuu,
    (Hug sovi erat)

    BalasHapus