Kamis, 19 Maret 2009

14 Maret 2009

Hari yang tertera pada tanggal tersebut adalah Sabtu, minggu kedua, ini berarti hari yang bertepatan dengan Jadwal bulanan Pengajian PM3 & TPA Muenchen. Telah dijadwalkan pula bahwa pada hari itu akan ada syukuran yang diadakan oleh keluarga salah seorang sahabat.  Hari yang menyita beragam kesibukan.
Hari tersebut adalah hari ketiga bercak merah darah yang terus keluar dari rahimku. Tapi, sampai siang, tanda-tanda persalinan itu belum kelihatan.  Dan siang itu tiba-tiba aku ingat pesan dokter untuk sering jalan.
Jam menunjukkan angka 12.25 ketika kuputuskan untuk jalan ke Recyclinghof, membuang barang-barang yang sudah terlihat menumpuk.  Berarti, aku punya waktu sekitar 25 menit untuk menempuh jarak sekitar 2KM lebih, sebab Recyclinghof tutupr jam 13.00 & aku haus datang 10 menit sebelumnya tuk mengklasifikasi 2keranjang barang yang aku buang.  Alhamdulillah, semua tepat waktu, sesuai dengan perkiraan, & aku pulang dengan ringan & menempuh jarak tersebut dengan sedikit santai.
Tak lama sesampai di rumah, tiba-tiba mulai terasa ada tanda-tanda persalinan.  Kontraksi hebat mulai terasa meski dalam waktu yang berselang agak panjang.  Maka akupun mulai mempersiapkan semuanya.
Sore menjelang magrib, Abi & anak-anak datang dari pengajian.  Kuceritakan apa yang kurasakan, & kami mulai berdiskusi tetang apa yang akan kami lakukan.
Usai sholat magrib jarak waktu kontraksi maki pendek.  Segera ku jama sholat isya diawal waktu.  Aku kembali berdiskusi dengan suami, & hasil akhirnya adalah bahwa aku akan pergi ke Rumah Sakit, naik taksi sendiri.  Anak-anak tidak mungkin kami tinggalkan begitu saja.  Untuk memanfaatkan  bantuan dari sahabat & teman yang pernah menawarkan, rasanya kami tak tega karena kami sadar, semua juga pasti kelelahan usai perhelatan pengajian & syukuran.  Untuk membawa anak-anak ke RS , yang menjadi pertimbangan adalah tidak adanya sarana transportasi umum ke lokasi selain taxi dengan harga yang lumayan tinggi.
So, kesimpulan terakhir adalah : aku berangkat sendiri.  Dipanggilah taxi & ketika tiba aku berangkat sendiri.  Sang supir merasa heran, tapi setelah dijelaskan, terlihat dia mulai perhatian.  Dalam jarak waktu selama kurang lebih 15 menit, aku merasakan 2 kali kontraksi. Sebenarnya ada rasa sedih karena aku harus berangkat sendiri, tapi kukuatkan hati dengan mengingat kisah Siti Maryam ra, yang penderitaan ketika melahirkan dalam kesendirian tentu jauh teramat sangat luar biasa.  Ku hibur diriku juga bahwa di "banyak" doá yang terlimpah untukku dari semua sahabat di MP, sahabat di Insantama, & doá dari guru-guru Qiroáti Insantama yang aku yakin kesholehan mereka tak akan membuat doá mereka tertolak.
Bismillah...laa haula walaa quwwata illa billah.......


Setibanya RS aku langsung menuju tempat bersalin & disambut oleh seorang Hebamme yang baik hati, yang pernah memeriksaku ketika diawal-awal aku mengalami pendarahan 2 hari sebelumnya.
"Kamu datang sendiri?" tanyanya
"iya" jawabku
"Suamimu menjaga anak-anak ya?"
"iya" hanya kata itu juga yang bisa kukatakan.

Selama Perjalanan & selama masa-masa "menikmati" kontraksi, aku berencana menamakan nama Isa jika anakku laki-laki & memberikan nama sebutan Maryam jika perempuan, karena ini mengabadikan proses kelahiran ini.
Alhamdulillah semua berjalan cepat & lancar.  Kontraksi yang begitu sakit itu hanya berlangsung sekitar 3 jam. Pada pukul 23.31, diruang persalinan yang sangat mewah, yang desain interiornya lebih mewah dari sebuah kamar hotel bintang 5, putri kecilku tiba.
Walaupun ruangan begitu mewah & peralatan begitu canggih, tetep saja tidak mengurangi rasa sakit .

***
Kepada seluruh sahabat & teman yang telah mendukungku dengan doá, ku ucapkan terimakasih yang tak terhingga.
Jazakummulloh khoiron jazaa,
jazakummulloh bil jannah

9 komentar:

  1. Subhanallah teh..ga bs bayangin melahirkan tanpa didampingi siapapun,alhamdulillah Allah mempermudah sgalanya..selamat ya teh!:-)

    BalasHapus
  2. Subhanallah....saya ikut terharu bu rani mendengar kisahnya..
    ikut nangis serasa saya yang ngalamin...secaraaa waktu persalinan farras, selama masa pemulihan di rs saya juga sendiri, suami di rumah nemenin fathin yang sedang sakit...

    BalasHapus
  3. Subhanallah.. Teteh..meni hebat..Jadi dipanggilnya Maryam? Hm..baru kepikir, Maryamku juga lahir tanpa bapaknya di sampingnya.. :D

    BalasHapus
  4. waktu saya baca kelahiran Faras, dulu saya nangis juga...
    sekarang malah bu Sofi yang nangis....

    BalasHapus
  5. ngga jadi Na.
    Namanya Zahra Kaureena Tadinya saya pinggil nama panggilannya Ina, biar ntar bisa cumlaud kaya Ina, tapi Kakak2nya pingin manggil Kaurina

    BalasHapus
  6. salut teh,hebat aku bisa ngak ya seperti teteh?
    selamat ya,dan selamat datang Maryam semoga dilindungi Allah dan selalu sehat.

    BalasHapus
  7. waaaaahhhhhhh selamat asik ni 2 cew 2 co

    BalasHapus