Sabtu, 14 Maret 2009

Ulang Tahun

Hari ulang tahun bagi kebanyakan orang adalah sesuatu yang sangat istimewa.  Ada juga yang menganggapnya biasa karena melihat contoh dari Rosulullah saw yang sama sekali tidak pernah  merayakan ulang tahun.  Bagi yang menganggapnya istimewa, maka diadakanlah sebuah acara untuk merayakannya.  Bagi aktifis dakwah, mungkin akan di isi dengan moment untuk merenung, merefleksi diri secara khusus.  Sebagian orang merayakannya dengan mentraktir teman-temannya, atau malah teman-teman yang bersangkutan yang akan memberikan sebuah kejutan.  Biasanya di Indonesia, ulang tahun identik dengan pesta. 
Tapi di sini saya menemukan sesuatu yang lain.  Meski ulang tahun selalu identik dengan hadiah, tapi ternyata tidak melulu perayaanya berupa pesta pora. 
Teh hani pernah diuandang temennya yang ulang tahun.  Perayaannya dilakukan digedung pembuatan keramik.  Dia yang berulang tahun plus undangannya kemudian membuat kreasi keramik dalam rangka peringatan ulang tahun tersebut.  Tidak ada baju baru, tidak ada dekorasi yang wah, yang ada hanya kue yang sangat sederhana berlilin yang kemudian ditiup setelah semuanya menyanyikan "mars ultah".  Setelah itu mereka lalu larut dalam konsentrasi membuat kerajinan keramiknya masing-masing.
Demikian juga dengan Hasbi.  Beberapa hari yang lalu dia di undang temannya yang ulang tahun.  Perayaannya di musium Nyphemberg.  Disana, dipandu oleh paman yang berultah, para undangan dipandu untuk mendapatkan sebuah ilmu.
Sepulang perayaan ultah tersebut saya bertanya pada Hasbi : "tadi gimana A, ulang tahunnya?"
Dengan mimik serius Hasbi menjawab :"Itu Mi, diajarin yang ga bener!"
Umi (sambil was-was) bertanya : "apa?"
Hasbi : "Dimusium diterangin kalau manusia itu keturunan monyet, temenku percaya lagi"
Umi : "oooh, kalau ada teory yang bertentangan dengan Al Qur'an, itu salah A,"
Hasbi : "iya mi, tapi bagaimana dengan peralatan dari batu?"
Umi :" Zaman batu memang ada, tapi itu digunakan oleh manusia, bukan oleh monyet"
Hasbi : "Oh, begitu yaa"   

1 komentar: