Kamis, 08 Oktober 2009

S e s a t

"sesat,  begitu Mba, label yang mereka berikan pada saya sehingga merekapun menolak keinginan saya untuk bergabung mengkaji islam bersama mereka"  Kaget juga aku mendengar penuturannya.
" Loh, emang kamu mengajarkan kepada mereka ajaran yang menyimpang dari perintah Allah & rosuNYA?" selidikku.
" Tentu tidak lah Mba"
"Lah bagaimana mungkin mereka bisa menyimpulkan bahwa kamu anggota ajaran sesat kalau kamu sama sekali tidak pernah menyeru manusia pada jalan sesat"  cecarku
"fitnah Mba" jawabya lirih
" Koq bisa, dan bagaimana kamu bisa sampai pada kesimpulan seperti itu?"  Penasaran juga aku dibuatnya.
"  Seorang teman pernah cerita padaku bahwa dia pernah didatangi oleh seseorang dari aliran sesat, katakanlah aliran A.  Dulu... dulu sekali, aku kebetulan pernah menjadi bagian dari aliran A itu.  Hanya saja ajarannya tidak seperti yang diceritakan oleh temanku itu Mba.  Yang kutahu semuanya murni Islami.  Aku merasa betul-betul memperjuangkan Islam didalamnya.  Tapi karena satu dan lain hal, aku yang memang tengah mencari jati diri & mengkaji kesana-kemari, aku tinggalkan aliran itu.  Itu semua aku ceritakan pada seorang teman"
Dia menghela nafas sejenak.
"kemarin aku ditawari untuk ngaji bersama bergabung dengan ikhwan akhwat yang tekun mengkaji alqurán, walaupun aku bukan bagian dari mereka aku sangat ingin mengkaji Alqurán & isinya, bersama siapapun, bahkan mungkin dengan kelompok & aliran yang sebelumnnya kau tidak suka, aku sangat ingin ikut Mba, karena aku tahu kejamaahan adalah rahmah & aku tidak ingin sendirian. Tapi ia yang kupercaya, mungkin telah salah menyampaikan berita.  Mungkin ia menyampaikan bahwa aku masih aliran A yang katanya sesat, makanya aku ditolak begitu saja"
"darimana kamu tahu bahwa yang menyampaikan adalah "ia" yang kamu percaya"
"dari pengakuannya, Mba"
"Kamu tidak mencoba mencari tahu kenapa akhirnya kelompok yang ingin kamu ikuti menolakmu?"
" Pernah sih aku mencoba bertanya, tapi jawabannya sangat & sangat tidak jelas"
" Oooh, jadi mereka menerima begitu saja dari "ia" bahwa kamu anggota golongan sesat, padahal kamu sama sekali tidak pernah mengajarkan sesuatu yang menyesatkan?"
"Yaah, begitulah, Mba"Lirih dia menjawab.
"Mereka sama sekali tidak meminta konfirmasi?" tanyaku terheran-heran
"Tidak, nampaknya mereka menerima begitu saja"  Kasihan juga Sholihah yang satu ini.  Dengan lirih dia berkata "yaah, mungkin Allah punya rencana lain"
"kamu tidak mencoba konfirmasi ke "ia"?" desakku
"Sudah Mba, "ia" hanya berkata, lain kali kalau sesuatu yang bersifat rahasia, pesanin ke aku bahwa hal itu jangan disebarkan, pasti kusimpan, ia hanya menjawab begitu & bagiku itu bukan rahasia, ituhanya cerita masa lalu"
"Kamu tidak meminta "ia" untuk klarifikasi?"  Wah aku jadi pingin mengintograsi jadinya.
"Tidak Mba aku bingung, "ia" itu selalu bersikap manis jika tengah ngobrol berdua bersamaku, tapi sering bersikap menyerangku bila sedang diforum & aku tidak tahu apa yang ia lakukan dibelakangku, wajarkan bila aku curiga"
"kamu tidak membela diri jika diserang diforum?"
"Tidak Mba, aku tidak mau ribut"
"Yah, kamu lemah" tuduhku.
" Iya sih Mba, mendingan jadi orang lemah, mengalah untuk kebaikan" belanya

***

Ah, jalan menuju kebaikan memang selalu penuh rintangan.
Hanya saja, Allah menyuruh kita bertabayun jika datang berita dari orang-orang fasiq & munafik, tapi menurut saya penekannya bukan pada pembawa berita saja, tapi juga pada isi berita.  Berita-berita yang bermuatan negatif tentunya harus kita konfirmasi & konfirmasi ulang supaya tidak terjebak dalam fitnah.  Karena seperti Sabda Baginda Nabi tercinta fitnah lebih kejam dari pembunuhan.  Tentunya siapapun tak mau terjebak dalam dosa sedemikian besar bukan???


1 komentar:

  1. emmm sudah dibilang sesat diusir lagi..
    kalau tau sesat ya dibilangin dunk.. bukan malah diusir..





    SABUDI (sastra budaya indonesia)
    mari kita jaga bersama!

    BalasHapus