Ada yang tidak suka nonton film komedi? Kayaknya ga ada deh. Kalaupun ga suka bukan berarti antipati
banget. Sesekali pastilah pernah
nonton. Mungkin memang ada beberapa
adegan yang bagi sebagian orang lucu, tapi bagi sebagian yang lain tidak. Tergantung selera memang. Nah, coba
perhatikan deh. Bagian yang menurut kita
tidak lucu, tapi bagi orang lain tidak lucu.
Bagaimana penilaian kita? Tidak
lucu. Tahu kata lain dari tidak
lucu? Menyebalkan. Iya kan?
Tapi perhatikan, mengapa orang lain bisa tertawa lepas terhadap sesuatu
yang menurut kita tidak lucu alias menyebalkan?
Betul. Karena mereka mempunyai
sudut pandang yang berbeda. That’s the
point. Maka cara untuk menikmati sebuah
komedi, kadang kita harus merubah sudut pandang
Sepasang belahan jiwa
yang Allah ikat dalam sebuah pernikahan yang mulia, keduanya adalah manusia
yang tidak luput dari salah dan khilaf.
Keduanya sama tak sempurna.
Keduanya bukan cinderela dan pangeran dari istana. Keduanya sama mempunyai kebiasaan
rahasia. Keduanya sama mempunyai
kekurangan. Keduanya mempunyai
kebiasaan-kebiasaan yang dalam keluarga lain dianggap tidak biasa. Ada keluarga yang terbiasa rapi dan sangat
rapi. Ada keluarga yang standar rapinya
lebih rendah. Ada keluarga yang selalu
serius membahas segala sesuatu, ada keluarga yang bawaannya bercanda dalam
banyak hal. Ada keluarga yang terbiasa
dalam displin waktu yang sangat kuat dan ketat.
Ada keluarga yang santai dan longgar dalam masalah waktu. Ada keluarga yang sangat menjunjung tinggi
ilmu. Ada keluarga yang menganggap ilmu
tidak lebih penting dari hal lainnya.
Ada keluarga yang sangat ketat dalam masalah pengeluaran. Ada keluarga yang mungkin agak boros dan
terbiasa makan di restoran. Ada yang punya sifat pelupa dan suka menyimpan
barang sembarangan, ada juga yang terbiasa disiplin menyimpan sesuatu harus
tepat pada tempatnya dan pada waktunya. Terlihat sepele memang. Tapi perbedaan kecil ini kadang cukup mengagetkan
dan mengecewakan. Tapi coba perhatikan
lagi. Dan perhatikan lebih lanjut. Perbedaan yang ada sebenarnya saling
melengkapi. Ibarat sepasang alas kaki,
satu kanan, satu kiri, menjadi nyaman dan pasti saat berjalan. Ibarat telapak tangan dan kiri, Menjadi pas
ketika ditempelkan untuk memberi salam.
Begitulah seharusnya kehidupan sepasang belahan jiwa.
Berikut beberapa contoh sederhana : ada suami yang punya
kebiasaan unik ketika hujan, dia bawa payung ketika berangkat, ketika pulang,
hujan sudah reda, lupa lah pada payung yang telah melindungi kepalanya. Kenapa?
Karena tidak ada air yang membasahi kepala dan tubuhnya, lupa lah
dia. Contoh berikutnya ; pernah dengar kalimat “Terima bongkat tapi tidak
terima pasang?” Beberapa suami yang
dibesarkan ibunya mungkin terbiasa dilayani dan dimanja ibunya. Ketika mengambil baju berantakan, dengan
alasan terburu-buru, tidak menutup lacinya, tidak membereskan baju yang
berantakan, dan tidak membereskan barang-barang yang telah dikeluarkannya. Bagaimana reaksi istri? Duuuuh, ini anak mertua tercinta. Bisa kah tidak menambah dan menambah pekerjaan
lagi. Bisakah tidak membuat istri harus
beli payung dan payung lagi? Lumayan kan
daripada buat beli payung mendingan buat beli hujab syar’ie.
Ah, sebenarnya ga hanya suami, istri juga mungkin banyak
kekurangan yang tidak disangka-sangka oleh suami. Dulu yang ketika dikhitbah suaranya lembut,
lirih mendayu, setelah menikah naik beberapa okktaf ketika meminta tolong
dibantu, tolong dibereskan lagi, tolong belikan ini, tolong buang sampah, tolong
ini tolong itu. Dulu begitu anggun dalam
balutan gaun, kini agak sedikit angker dalam pakaian bernama daster. Dulu hanya mengannguk dan tersenyum manis,
kini cerewetnya bikin suami harus terus menjaga wudhu dan banyak
berdzikir. Banyak beristighfar.
Cara pandang terhadap hal itu semua akan membuat perasaan
yang berbeda. Seperti ketika memotret
dengan sebuah kamera, angel yang berbeda
akan menghasilkan gambar yang berbeda.
Demikian juga juga dalam memandang masalah perbedaan antara dua belahan
jiwa. Don’t be to serious. Jangan terlalu serius. Tertawakan saja. Bukan tertawa menghina dan meremehkan, tapi tertawa karena semua terlihat lucu. Anggap aja semua seperti dalam film
kartun. Atau anggap saja kamu sedang
berada dalam sebuah adegan komedi. Maka
ketika kamu membukakan payung untuk suamimu yang hendak berangkat, beri suamimu
bisikan merdu :”Sayang, walaupun nanti saat pulang sudah tidak ada hujan yang
membasahimu, payungnya tetep dibawa pulang ya, karena payung bukan termasuk
barang yang sekali pakai”
Hal-hal yang tidak disukai, yang tidak sesuai dengan standar
sang belahan jiwa mungkin akan selalu ada.
Tapi cobalah memandangnya dengan cara jenaka. Cara yang bisa membuatmu dan belahan jiwamu
tertawa bahagia. Beeing Silly, being
happy with you. Because love is laughing
together with you.
Dan harus selalu ingat : Allah mempersatukan dua insan dalam ikatan pernikahan untuk saling membahagiakan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar