Kamis, 17 Januari 2019

4th art : Beeing Silly, being happy with you




Ada yang tidak suka nonton film komedi?  Kayaknya ga ada deh.  Kalaupun ga suka bukan berarti antipati banget.  Sesekali pastilah pernah nonton.  Mungkin memang ada beberapa adegan yang bagi sebagian orang lucu, tapi bagi sebagian yang lain tidak.  Tergantung selera memang. Nah, coba perhatikan deh.  Bagian yang menurut kita tidak lucu, tapi bagi orang lain tidak lucu.  Bagaimana penilaian kita?  Tidak lucu.  Tahu kata lain dari tidak lucu?  Menyebalkan.  Iya kan?   Tapi perhatikan, mengapa orang lain bisa tertawa lepas terhadap sesuatu yang menurut kita tidak lucu alias menyebalkan?  Betul.  Karena mereka mempunyai sudut pandang yang berbeda.  That’s the point.  Maka cara untuk menikmati sebuah komedi, kadang kita harus merubah sudut pandang

Sepasang belahan jiwa yang Allah ikat dalam sebuah pernikahan yang mulia, keduanya adalah manusia yang tidak luput dari salah dan khilaf.  Keduanya sama tak sempurna.  Keduanya bukan cinderela dan pangeran dari istana.  Keduanya sama mempunyai kebiasaan rahasia.  Keduanya sama mempunyai kekurangan.  Keduanya mempunyai kebiasaan-kebiasaan yang dalam keluarga lain dianggap tidak biasa.  Ada keluarga yang terbiasa rapi dan sangat rapi.  Ada keluarga yang standar rapinya lebih rendah.  Ada keluarga yang selalu serius membahas segala sesuatu, ada keluarga yang bawaannya bercanda dalam banyak hal.  Ada keluarga yang terbiasa dalam displin waktu yang sangat kuat dan ketat.  Ada keluarga yang santai dan longgar dalam masalah waktu.  Ada keluarga yang sangat menjunjung tinggi ilmu.  Ada keluarga yang menganggap ilmu tidak lebih penting dari hal lainnya.  Ada keluarga yang sangat ketat dalam masalah pengeluaran.  Ada keluarga yang mungkin agak boros dan terbiasa makan di restoran. Ada yang punya sifat pelupa dan suka menyimpan barang sembarangan, ada juga yang terbiasa disiplin menyimpan sesuatu harus tepat pada tempatnya dan pada waktunya. Terlihat sepele memang.  Tapi perbedaan kecil ini kadang cukup mengagetkan dan mengecewakan.  Tapi coba perhatikan lagi.  Dan perhatikan lebih lanjut.  Perbedaan yang ada sebenarnya saling melengkapi.  Ibarat sepasang alas kaki, satu kanan, satu kiri, menjadi nyaman dan pasti saat berjalan.  Ibarat telapak tangan dan kiri, Menjadi pas ketika ditempelkan untuk memberi salam.  Begitulah seharusnya kehidupan sepasang belahan jiwa.

Berikut beberapa contoh sederhana : ada suami yang punya kebiasaan unik ketika hujan, dia bawa payung ketika berangkat, ketika pulang, hujan sudah reda, lupa lah pada payung yang telah melindungi kepalanya.  Kenapa?  Karena tidak ada air yang membasahi kepala dan tubuhnya, lupa lah dia.    Contoh berikutnya ;  pernah dengar kalimat “Terima bongkat tapi tidak terima pasang?”  Beberapa suami yang dibesarkan ibunya mungkin terbiasa dilayani dan dimanja ibunya.  Ketika mengambil baju berantakan, dengan alasan terburu-buru, tidak menutup lacinya, tidak membereskan baju yang berantakan, dan tidak membereskan barang-barang yang telah dikeluarkannya.  Bagaimana reaksi istri?   Duuuuh, ini anak mertua tercinta.  Bisa kah tidak menambah dan menambah pekerjaan lagi.  Bisakah tidak membuat istri harus beli payung dan payung lagi?  Lumayan kan daripada buat beli payung mendingan buat beli hujab syar’ie.

Ah, sebenarnya ga hanya suami, istri juga mungkin banyak kekurangan yang tidak disangka-sangka oleh suami.  Dulu yang ketika dikhitbah suaranya lembut, lirih mendayu, setelah menikah naik beberapa okktaf ketika meminta tolong dibantu, tolong dibereskan lagi, tolong belikan ini, tolong buang sampah, tolong ini tolong itu.  Dulu begitu anggun dalam balutan gaun, kini agak sedikit angker dalam pakaian bernama daster.  Dulu hanya mengannguk dan tersenyum manis, kini cerewetnya bikin suami harus terus menjaga wudhu dan banyak berdzikir.  Banyak beristighfar.

Cara pandang terhadap hal itu semua akan membuat perasaan yang berbeda.  Seperti ketika memotret dengan  sebuah kamera, angel yang berbeda akan menghasilkan gambar yang berbeda.  Demikian juga juga dalam memandang masalah perbedaan antara dua belahan jiwa.  Don’t be to serious.  Jangan terlalu serius.  Tertawakan saja.  Bukan tertawa menghina dan meremehkan,  tapi tertawa karena semua terlihat lucu.  Anggap aja semua seperti dalam film kartun.  Atau anggap saja kamu sedang berada dalam sebuah adegan komedi.  Maka ketika kamu membukakan payung untuk suamimu yang hendak berangkat, beri suamimu bisikan merdu :”Sayang, walaupun nanti saat pulang sudah tidak ada hujan yang membasahimu, payungnya tetep dibawa pulang ya, karena payung bukan termasuk barang yang sekali pakai”

Hal-hal yang tidak disukai, yang tidak sesuai dengan standar sang belahan jiwa mungkin akan selalu ada.  Tapi cobalah memandangnya dengan cara jenaka.  Cara yang bisa membuatmu dan belahan jiwamu tertawa bahagia.  Beeing Silly, being happy with you.  Because love is laughing together with you.
Dan harus selalu ingat : Allah mempersatukan dua insan dalam ikatan pernikahan untuk saling membahagiakan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar