Kamis, 30 Mei 2019

Menjadi Pemgusaha? Siapa takuuut.



*Bersiap menjadi Pengusaha*

Kenapa kita harus jadi pengusaha? Karena Baginda Nabi tercinta Rosululloh Muhammad saw & para sahabatnya yang mulia mencontohkannya.

Untuk apa?  Untuk bekal membangun peradaban mulia, menguatkan fondasinya dengan sepenuhnya menguasai perekonomian negara & dunia.  Mengisi kerangkanya dengan jihad harta.

Jadi jangan takut untuk jadi pengusaha.  Ini jalan mulia koq,   bahkan dalam QS Ashshaf, jihad harta disebut lebih dahulu dari jihad jiwa.

Bagaimana kita memulai menjadi pengusaha?
Mari bercermin pada perjalanan hidup Baginda Nabi tercinta Rosululloh Muhammad saw.

Pertama, jadikanlah taqwa sebagai bekal, kenapa? Karena perjalanan menyelesaikan misi jadi pengusaha itu panjang, terjal & melelahkan.  Apalagi saingannya adalah para kapitalis yang tega menghafalkan segala cara dalam bisnis.

Belajar tentang taqwa itu mulai dari masa kecil Nabi.
Baginda Nabi tercinta Rosululloh Muhammad saw, sedari bayi diyatimkan oleh Allah

Lihatlah, satu persatu tempat berlindung yang memberikan pelukan kehangatan pada Muhammad kecil, satu persatu Allah ambil.  😭😭.
Bukan karena Allah tega.  Tapi karena Allah berkehendak menyiapkan Baginda Nabi tercinta Rosululloh Muhammad saw sebagai pribadi kuat yang bergantung padaNYA semata.  Dan inilah bekal hidup pertama & utama : bergantung pada Allah saja.  Itulah taqwa

Yang kedua, jadilah orang yang terpecaya.  Teguh memegang amanah.  Inilah bekal untuk membangun relasi.  Inilah bekal untuk memperluas jaringan usaha yang penuh keberkahan.  Jadilah orang yang amanah dan terpecaya.

Lihatlah, bagaimana Baginda Nabi tercinta Rosululloh Muhammad saw, Allah jadikan jiwanya bersih dan terpecaya sebelum beliau mendapatkan keberkahan harta dan amanah yang teramat mulia.

Yang ketiga, bergaulah dengan para pengusaha sukses dan berpengalaman.  Baginda Nabi tercinta Rosululloh Muhammad saw bergabung dengan kafilah dagang dari Makah.  Kafilah pebisnis-pebisnis sukses yang telah terbiasa melakukan transaksi perdagangan eksport & import

Yang keempat, buatlah terus tetobosan strategy baru.  Strategi dari pengadaan, strategi pemasaran dan tentunya strategy mengembang biakan perusahan. 
Perusahaan koq berkembang biak. Gapapa, biar tergambar bahwa itu sangat banyak 😁.

Yang kelima, jangan lupa siapkan ilmu.  Segala sesuatu butuh ilmu.  & Tanpa ilmu, semua ga akan jalan.
Ilmu apa.  Lengkap Sist, bro.  Ilmu tentang menjadi pengusaha, ilmu tentang produk & manajemen produk, ilmu tentang modal & manajemen modal, ilmu tentang pangsa pasar produk & manajemen konsumen. Ilmu tentang pemasaran & manajemen pemasaran. Ilmu tentang keuangan dan manajemen keuangan. DLL.  Wow.  Ternyata jadi pengusaha itu luar biasa.

Jadi, karena kita adalah master piece nya Allah yang luar biasa.  Mari kita jadi pengusaha.

Jika Anda seorang pemimpi, bermimpilah jadi pengusaha sukses yang membuat para pegawainya sukses lahir batin, bahagia dunia akhirat.

Jika anda adalah seorang petualang, berpetualanglah di dunia pengusaha sukses yang membuat para pegawainya sukses lahir batin bahagia dunia akhirat.

Jika anda adalah seorang pelajar, maka belajarlah jadi pengusaha sukses yang membuat para pegawainya sukses lahir batin bahagia dunia akhirat.

Jika anda seorang pengemban dakwah, seorang da'i, bercerminlah pada Umar bin Khatab, Utsman bin Afan, Abdurahman bin Auf, dan para sahabat yang seluruh hidupnya digunakan untuk mendakwahkan Islam & menolong agama Allah, mereka semua adalah pengusaha.

Jika anda seorang Ibu rumah tangga, bercerminlah pada 1 dari 4 wanita penghulu surga, Ibunda yang mulia Khadijah ra., wanita teramat mulia, seorang pengusaha sukses yang luar biasa.

Jika anda seorang guru, seorang pengacara, seorang dokter, atau apapun profesi anda, bukankah tidak ada yang menghalangi anda untuk juga berperan menjadi pengusaha?

Hayu ah jadi pengusaha.

#note_for_my_self
(Rani binti Sulaeman)

Sabtu, 18 Mei 2019

Fundamental Parenting Error




Apa yang ingin diberikan orang tua pada seorang anak?  Jawabannya cuma cukup dua kata:  " *_Yang terbaik_* ".  Dua kata yang sangat panjang dalam implikasinya. Memberikan yang terbaik yang dipunyai orang tua untuk anak,  agar anak hidup lebih dibanding orang tuanya.  Lebih sholih,  lebih pintar, lebih sukses, dan tentunya lebih bahagia.

Maka orang tua pun melakukan segala hal untuk mewujudkannya.  Ayah yang bekerja keras.  Ibu yang berjibaku.  Semua cara,  segala jalan akan dilakukan, demi memberikan pelayanan & pengasuhan terbaik pada sang anak.
Seminar-seminar parenting,  buku tentang parenting,  semua dikaji & dipelajari,  demi membantu anak menyelesaikan masalahnya,  menikmati hidupnya & mempersiapkan masa depannya.

Sayangnya,  kebanyakan dari seminar parenting yang ada adalah mengajak orang tua untuk melihat masalah anak & bagaimana cara meenanganinya.  Ada hal dasar yang terlupakan bahwa untuk sebuah pengasuhan yang baik, diperlukan pengasuh yang baik.  Artinya,  tidak mungkin kita memberikan pengasuhan yang bahagia & kompeten jika kita sebagai orang tua yang menjadi role model anak juga tidak bahagia & kompeten,  karena anak meniru kita.  Maka hal yang terpenting adalah memperbaiki & menyelesaikan masalah kita sebagai orang tua,  sebelum memperbaiki & menyelesaikan masalah anak.

Sebagai seorang muslim,  metode pengasuhan kita tentu disandarkan & didasarkan pada teori langit, pada apa yang duajarkan Quran,  pada apa yang dicontohkan Nabi saw.
Dalil utama yang dijadikan pedoman dalam pengasuhan,  misalnya adalah bagaimana Luqman mendidik anaknya.
Pertama menanamkan tauhid,  kedua birul walidain, ketiga mengajarkan akhlaq.
Maka menjadi keharusan pada orang tua untuk senantiasa memperbaiki & memperbaharui 3 hal di atas,  sebagai bekal untuk pengasuhan.
Sudahkah kita mempunyai program untuk diri kita agar pemahaman & aplikasi tauhid kita terus meningkat?
Sudahkah kita mempunyai program agar ridho Allah,  terus terjaga untuk kita?
Sudahkah kita mengaplikasikan akhlaq dalam kehidupan sehari-hari,  terutama untuk orang terdrkat kita yaitu istri/suami & anak-anak kita?

Seorang ibu pernah mengeluh pada saya,  ia merasa lelah karena merasa telah berbuat banyak untuk mendidik anaknya,  tapi belum membuahkan hasil, ia juga sedih karena melihat do'a-do'a yang ia lantunkan untuk anak-anak belum Allah kabulkan.  Sementara ia yakin bahwa do'a seorang ibu untuk anaknya,  pasti Allah kabulkan.
Saya bertanya satu hal pada ibu tersebut:  "Bagaimana hubungan ibu dengan suami?  Apakah ibu bisa memastikan bahwa suami selalu ridho pada ibu?,  ini penting karena ridho Allah bagi seorang istri ada pada ridho suami".  Bagaimana mungkin do'a akan Allah kabulkan jika keridhoanNYA terhalang?.  Dan tentu ini juga jadi catatan bagi para suami.
Jika ingin anak bahagia, maka kedua orantuanyalah yang harus merasakan kebahagiaan terlebih dulu.
Anak & orang tua seolah terhubung oleh sebuah getaran gelombang jiwa.
Anak akan menangkap kegelisahan & kesedihan kedua orang tuanya.

Namun,  ujian kehidupan,  termasuk ujian rumah tangga adalah sesuatu yang tidak bisa kita hindari.  Maka kembali pada QS Luqman,  mengenai pengasuhan,  ada  hal-hal yang harus diwariskan pada anak yaitu karakter pribadi yang bertauhid, pribadi yang bersyukur, pribadi yang berakhalaq baik,  pribadi yang mampu menyelesaikan masalahnya sendiri termasuk mampu untuk mencapai apa yang ia inginkan.

Bagaimana menyiapkannya agar anak mampu memiliki kepribadian tersebut?
Mari kita perhatikan.  Ada banyak ayat dalam Al Quran yang mengajak manusia untuk berfikir.  Ada ayat-ayat yang menggunakan kalimat tanya,  agar manusia menemukan jawabannya dengan penuh kesadaran.   Ada banyak ayat-ayat yang berisi renungan.
Inilah hal yang juga harus kita sampaikan & ajarkan pada anak ; bertanya untuk berfikir guna menemukan jawaban yang tepat yang akan jadi pegangan prisnsip dalam kehidupannya.
✨✨✨
Nantikan kelanjutannya di *Coaching For Parenting*

Ditulis oleh:
_Rani binti Sulaeman_

Selasa, 14 Mei 2019

Magic Weeding



"Teteh-teteh, ini ada undangan dari sahabat kita, Teh Meimei mantu"  Begitu, kabar di group wa kita, Mei.  Dan ucapan selamat pun bertubi-tubi muncul di group kita.  Group yang menghubungkan aku, kamu, serta semau sahabat seperjuanan dulu.  Sahabat Keluarga Remaja Masjid.  Sahabat Usroh, Sahabat yang disatukan dalam satu ikatan yang sama, ikatan cinta karena Allah.

***
Dulu, aku sebenarnya tidak terlalu dekat denganmu, Mei.  Tapi aku selalu mengagumimu.  Kamu manis, lembut, pintar dengan mata caramelmu yang teduh.  Aku cerewet, si tomboy yang berusaha belajar anggun,dengan mata hitam pekat yang biasa.  Kamu pendiam, akhwat sholihah yang sangat qonaah.  Aku perusuh yang suka protes dan tukang iseng.  Kamu masuk di jajaran rangking 5 besar dari atas, aku masuk rangking 10 besar dari bawah.  Kita emang ngga level.  Tapi kamu tidak tahu kan Mei, aku selalu menjadikan kamu sebagi contoh, sebagai ukuran sikap & keberhasilan aku.  Aku ingin seperti kamu.  cukup seperti kamu, tidak lebih dan tidak kurang, dalam sikap, dalam ilmu, dalam prestasi.  itu saja.  Kalaupun akhirnya rangkingku berhasil mengunggulimu, itu juga karena kamu, Mei.  Karena aku meniru semua yang ada padamu.  Meniru sikapmu, ketekenunanmu.

Makanya saat kita kumpul ketika mengkaji usroh, saat kita kumpul mengerjakan aneka tugas di masjid, aku selalu menjaga jarak darimu.  Itu aku lakukan supaya bias melihat apa yang kamu lakukan.  Lalu aku meniru semuanya Mei.  Karena dengan meniru kamu, aku ingin sempurna seperti kamu.

Rupanya yang menyadari bahwa kamu sempurna bukan hanya aku Mei, mungkin semua sahabat kita.  termasuk juga guru kita, Ustadz Syarif.  makanya aku tak heran ketika mendengar bahwa Ustadz Syarif melamarmu Mei.   Jika yang lain heboh ketika lamaran itu terkuak diantara usroh kita, aku hanya berfikir, kamu pantas mendapatkannya.  Mungkin yang lain iri, tapi aku tidak.  Mereka iri karena mereka pun pantas mendapatkan perhatian & keistimewaan ustadz Syarif, tapi aku sadar diri, aku tidak pantas.

Sayangnya aku harus pergi ke kota hujan untuk melanjutkan pendidikan.  Dan kamu, Mei, juga melanjutkan pendidikan bidanmu, sembari mempersiapkan pernikahanmu dengan Ustadz Syarif.  Itu yang aku bayangkan.  Kamu tengah menyiapkan hari-hari bahagiamu Mei.

Satu tahun telah berlalu sejak hijrahku ke kota hujan.  Namun undangan darimu tak juga aku terima Mei.  Sayang waktu itu komunikasi hanya lewat surat yang harus lama mengantri di kantor pos sebelum abang pos mengirimnya ke alamat yang dituju.  Maka akupun kehilangan kabar darimu.  Aku sempat bertanya, apakah karena jauh, lalu aku terlupakan?  Tapi eratnya ikatan usroh kita sepertinya tidak akan membiarkan hal itu terjadi.

Mei, sore itu ayahku datang menengok aku di sini.  Seperti biasa, ayah membawakanku banyak makanan ringan kesukaanku.  Ayah juga membawakan aku pepes ikan dan ayam goreng yang dimasak dengan tangannya sendiri.  Masakan terlezat yang pernah ada di dunia ini.  Ayah juga ternyata membawa undangan.  Undangan berwarna salem bertuliskan namamu.  Namun yang membuat aku tersentak, nama ikhwan yang tercetak, bukan ustadz Syarif.  Ada nama lain yang sama sekali tidak aku kenal.  Ayahku datang jauh-jauh ternyata untuk menyampaikan undangan darimu Mei.

Sayangnya, aku tidak bias menghadiri akad nikahmu, Mei.  Jalan di Puncak memang dari dulu terkenal sering macet.  Semenatara  aku dan ayah, tidak memungkinkan untuk berangkat lebih pagi lagi.   Sepanjang perjalanan aku membayangkan wajah lembut nan cantikmu.  Mata karamelmu yang indah.  Ah, tentu kamu makin sempurna dalam balutan gaun pengantinmu.  Aku tak sabar ingin mengucapkan selamat & do'a untukmu, Mei.

Mendekati waktu makan siang, tamu undangan memang sangat padat.  Aku bahagia bias hadir di sini.  Di pernikahanmu.  Aku semakin bahagia ketika beberapa sahabat kita ada juga di sini.  Diana, Asiyah, Minar, Euis,  aku bahagia bias memeluk mereka lagi.  dan aku tak sabar ingin segera memelukmu Mei, memeluk cantikmu dalam balutan gaun pengantin. Semua membangkitkan rindu pada masa-masa kita berkumpul dalam kajian usroh kita.

Aku berada diantrian para tamu untuk maju naik menuju tempatmu bertahta menjadi ratu sehari.  Langkah demi langkah semakin memuncakkan bahagiamu.  Hingga aku tepat berada dihadapanmu.  Kamu tahu Mei?  Tiba-tiba senyumku hilang.  Tiba-tiba binar mataku berganti embun.  Tiba-tiba buncah bahagia di dada berganti gemuruh badai berselangkan petir.  Mei.  Kemana sinar wajahmu?  Kemana teduh lembutmu?  Kemana semua sempurnamu?  Aku ingin menangis memelukmu, ketika kamu hanya memandangmu dan berkata : "Ara" … Hanya satu kata yang kamu ucapkan.  Kata dari sepenggal namaku, kata dari nama panggilanku.  Tapi aku tak mungkin menumpahkan semua pedih sedihku di sini.  Aku bergegas menikmati hidangan yang tengah disediakan.

Mataku mengembun.  Aku mencari Diana, Asiyah dan Minar, mereka tentu tahu apa yang terjadi padamu.  Bersyukur diriku, karena mereka masih belum beranjak dari tempatnya.
"Ara, kamu pasti bertanya apa yang terjadi"  Begitu Diana menatapku.
Aku hanya membalasnya dengan anggukan diantara embun yang mulai menetes dari pelupuk.
"Ustadz Syarif harus secepatnya pergi ke Pakistan, sementara Mamah & Abah Meimei tidak mengijinkan.  Sepertinya semua terasa berat bagi Meimei"  Diana berhenti
"Lalu?" aku menatap Diana, Asiyah & Minar.
"Ustadz Syarif menikah dengan Miranda, akhwat putri gurunya ustadz Syurif, nampaknya Meimei belum siap menerima kenyataan, Ara, kamu tahu kan Meimei itu pendiam.  Karena diamnya semua kesedihan & kekecewaannya dipendamnya sendiri, hingga sering melamun.  Sayangnya, di asrama tempat Meimei kuliah, Meimei sering dibentak, tujuannya katanya supaya sadar & tidak melamun. Tapi  akhirnya jiwa Meimei tidak kuat hingga harus dirawat"  ah, tegar sekali Minar menceritakannya.  Semenatara aku, aku berjuang menelan suap demi suap hidangan diantara aliran air yang tak bias terbendung lagi dari kedua mataku.

Meimei.  Tahu kah kamu apa yang paling membuatku semakin terharu?  Suamimu.  Yang aku tahu, lelaki mencari wanita yang sempurna tanpa cacat.  Yang Aku tahu, lelaki akan sangat berhitung tentang pendamping.  Yang aku tahu, bukan hanya cantik & sholihah yang disyaratkan seorang lelaki bagi wanita yang akan dijadikan istri, tapi supel, cerdas, syukur-syukur berharta dan dari kerurunan yang istimewa.  Tapi suamimu, dia pasti lelaki yang luar biasa.  Atau dia adalah lelaki surga yang Allah pilihakan untukmu dengan semesta cinta di hatinya.


***

Meimei.  Akhirnya, cinta yang Allah titipkan di hati suamimu menjadi obat untuk jiwamu.  Aku, Minar, Diana & Asiyah yang terkagum dengan hidupmu, semakin kagum ketika Allah melengkapkanmu dengan seorang lelaki dari surga yang menyelamatkanmu.  Aku tahu, kamu dan suamimu yang mengalaminya tentu merasakan pasang surutnya pergantian suka dan duka.  Sementara aku hanya melihat bahwa hidupmu sempurna.  Di mataku, kamu memang selalu sempurna, Mei.  Kamu dan kehidupanmu ajaib.  Selalu penuh keajaiban.