Selasa, 06 Agustus 2019

Sepohon Mawar Untuk Lee



Lee, ijinkan aku tuturkan padamu kisah sepohon mawar.
Mawar yang menunggumu untuk memetiknya.
Lee, cernalah setiap katanya & resapilah. Kau akan temukan ada luka di sana.

Lee, aku sepohon mawar.
Iya, aku berduri. Tajam sekali. Kamu tahu? Allah jadikan duri ini pelindungku dari tangan yang hendak merusakku.

Aku harum mewangi. Sepertinya sang empunya sudah tak sabar ingin memetik bungaku dan menyimpannya di vas kemuliaan yang terangkai dalam ikatan kehormatan.
Lee, seperti bunga lain, akupun ingin mewangi hari sebuah rumah dengan ibadah.

Namun taqdir berkata lain.
Di musim saat air bersembunyi di awan, atau tenang di lautan,
harusnya tenang tanpa suara rerintik. Sepi tanpa jerit petir yang menyambar kesana kemari.
Kelabu menyergapku.
Badai menghantamku. Petir terus menerus menghujamkan apinya padaku. Hingga akupun tak kuat lagi.
Aku terkulai tak berdaya. Batangku sensara. Daunku menderita, meski kelopakku utuh.

Lee, sampai kabar padaku bahwa badai ini telah dirumuskan jauh sebelum aku ada. Bahwa badai adalah penjagaan karena tak ada satupun yang sanggup menerjang badai. Ah, andai saja mereka tahu bahwa badai ini hanya menyiksa.
Lee, aku tak tahu sampai kapan badai ini ada. Tapi aku akan terus tengadah pada Yang Maha Kuasa agar badai ini segera berhenti dan tak kan pernah datang lagi.
Namun aku tak tahu, Lee, saat badai ini terhenti, masihkah kau mau memetikku untuk mewangi hari-harimu?

"Tak mengapa, aku mau menerimamu apa adanya" begitu pernah kau bilang Lee.
Tapi kau tak tahu apa yang sejatinya terjadi.
Kau berhak mendapatkan mawar yang lebih indah, Lee.

Lee, saat aku merangkai tulisan ini, ketahuilah bahwa aku telah membebaskanmu dari janjimu. You deserve to have a best one, & it's not me, unless you can love me for what I'm being.
Aku harap kau membacanya kelak ; ketika kemenangan telah kau dapatkan dari pertandingan yang kini kau jalankan.
Do'aku selalu untukmu Lee, semoga Allah selalu membahagiakanmu