H-14.
Walimatul ursy itu sunnah yang dianjurkan. Pernikahan itu wajib diumumkan & berbagi kebahagian dengan rekan rekan adalah keberkahan. Begitu Adlan bilang.
Undangan cantik sudah disebar. Karena kolega dari bapak banyak, teman-teman kuliah, teman kerja juga. Juga karena relasi A&Z IT Consultant banyak, belum juga relasi umi & abi, akhirnya disepakati, undangan dibagi 2 sesi.
Aku hanya manut saja.
Aqad nikah, mungkin ucapannya hanya 5 menit menuju sah. Menuju dihalalkannya semua yang awalnya diharamkan. Menuju ibadah terpanjang. Ibadah di seluruh sisa usia. Menuju kebersamaan dalam tangis & tawa. Merintis surga di dunia sebelum surga di akhirat nanti.
Mitsaqon gholido. Perjanjian yang berat
Moment yang teramat sakral. Maka semua seolah berlomba membuatnya menjadi paling istimewa.
Semua dipersiapkan sedemikian detil & cermat.
Aku belum mempersiapkan apa-apa. Aku masih berkutat dengan pengolahan data.
Setelah itu satu bab lagi.
Kesimpulan & penutup bisa ditunda, tapi olah data tidak.
"Andin, kamu masih membuka-buka referensi?"
Bapak memperhatikan tumpukan buku di kasur. Aku lebih suka mengerjakan semua di sana. Kalau lelah tinggal rebah.
"Iya Pak, biar cepat selesai"
"Ini bapak punya dua buku referensi"
"Referensi untuk skripsi Andyn?, tentang anak apa tentang teknologi digital? Aku penasaran
"Referensi untuk kehidupan rumah tanggamu"
Bapak memberikan 2 buku.
"Ini buku punya alm Bunda. Buku Rahasia Kecantikan Cleopatra"
Ayah memberikan buku yang nampak cukup tua. Kertas koran yang jadi bahan utamanya sudah menguning kecoklatan. Ada beberapa noda terserak di beberapa lembarannya.
"Ini buku diary pernikahan Bunda, semoga kamu bisa belajar banyak dari apa yang pernah dilakukan Bunda"
Ada genangan air di pelupuk mata ayah.
Aku mencoba membendungnya dengan pelukan.
H-9.
Putih adalah warna lambang kesucian. Itulah mengapa gaun pengantin saat akad selalu putih.
Tapi putih juga ada aneka macam pilihan. Aku memilih putih tulang.
Orang bilang broken white, tapi bagi aku putih tulang adalah golden white, putih keemasaan.
"Kamu tahu Andiny, apa yang membuatmu punya daya tarik lebih? Kamu selalu punya cara pandang beda. Selalu punya cara pandang positif. Ibarat kamera, kamu akan selalu menangkap gambar dari angel yang paling bagus". Begitu seseorang pernah menilaiku. Penilaian yang ia sampaikan padaku, juga pada kakaknya yang sebentar lagi akan menjadi imamku.
Putih tulang, bukan putih yang rusak atau broken white. Tapi putih yang menopang kehidupan. Putih yang istimewa. Paduan antara warna putih suci & warna emas yang mulia. Dua warna yang sangat pas untuk menemani acara yang sangat sakral.
Untuk baju pengantin ganti, aku memilih warna hijau toska paduan antara biru & hijau ini selalu cantik di mataku.
Hari ini jadwal pengambilan baju pengantin. Semua baju, umi yang mengatur di penjahit langganannya. Penjahit yang menjahitkan pakaian pengantin Dinda & Zamzam.
Model & warna harus berbeda. Semua umi yang mengurus. Aku hanya tinggal diukur saja. Umi minta waktu 10 hari.harus sudah selesai, dengan harga spesial.
"Bajunya diambil Adlan pagi ini jam 9, nanti Adlan akan mampir untuk menyimpan baju punya Andiny, juga punya mama & bapak" begitu pesan dari umi di handphoneku.
"Baik Mi, Andin tunggu"
Aku menunggu sambil membuka diary pernikahan Bunda. Cantik. Bunda memang terkenal cantik. Bunda sangat menjaga penampilan. Aku memang tidak 100% mewarisi kecantikan bunda, aku lebih mirip bapak. Bunda betkulit putih bersinar & terawat, aku mewarisi kulit sawo matang bapak.
Mata bunda bulat seperti purnama. Aku mewarisi mata bapak yang tidak terlalu bulat melebar. Aku beruntung mewarisi hidung mancung bunda juga dagu lancipnya.
Bunda menulis bagaimana riak gelombang dalam rumah tangga juga bagaimana bunda mengatasinya.
9 aturan pertengkaran. Judul yang menarik. Tapi aku lebih tertarik pada jarum jam yang sudah menunjukkan pukul 14.30.
Macet kah?
Kenapa Adlan belum sampai juga?.
Aku melihat handphone.
Tidak ada panggilan tak terjawab. Tidak ada juga pesan masuk dari Adlan.
Kucoba melihat daftar panggil. Sepertinya aku memang harus menelpon Adlan.
Belum sempat ku sentuh ikon telpon, ada nomor panggilan masuk. Nomor tidak dikenal. Hanya ada 8 digit, bukan 12 digit. Sepertinya dari kantor tertentu.
"Selamat siang Mba, apakah betul ini dengan Mba Andin?"
"Betul, ada yang bisa saya bantu?"
"Saya dari kepolisian, mobil nomor plat B ... Mengalami kecelakaan, sekarang pengemudi & satu penumpang lagi berada di rumah sakit"
"Pengemudi & penumpang atas nama siapa Pak?" Dalam cemas aku mencoba menenangkan diri. Aku takut ini hanya modus penipuan.
"Atas Nama Adlan Muhammad & Zamzam Ahmad"
"Di rumah sakit mana Pak?"
"Rumah sakit Bakti Pertiwi, ruang IGD"
Aku memacu mobilku dengan kecepatan tinggi yang aku bisa ditengah kemacetan. Setiap ada kesempatan untuk menyalip, tak pernah aku sia-siakan.
Baru kali ini aku tak peduli dengan teguran, gerutuan & teriakan klakson. Aku harus cepat sampai.
"Saya keluarga dari Adlan Muhammad & Zamzam Ahmad"
Aku langsung menemui perawat di bagian IGD.
Seorang perawat & dokter jaga membawaku ke sebuah ruangan.
Adlan terbaring di sebelah kiri.
Selain perban di kepala, tangan & kaki, Adlan dipasang penyangga leher. Juga dipasangkan selang oksigen di hidungnya.
Adlan tak sadarkan diri.
Zamzam terbaring di sebelah kanan. Ada perban di pelipis dan kepalanya. Juga di bagian tangan & kakinya.
Zamzam menatapku.
"Maafkan aku, Kak"
"Sudahlah, yang penting semua sudah bisa ditangani dulu" jawabku.
"Dinda & Umi sudah ke sini?" Zamzam bertanya.
"Masih di jalan" walaupun aku tak tahu apakah Dinda & umi sudah dapat kabar atau belum.
Setelah melihat kondisi Adlan & Zamzam, perawat & dokter mengajakku ke ruangan.
"Ibu menggunakan asuransi apa pribadi?" itu yang ditanyakan pertama kali. Selalu seperti ini.
"Pribadi" jawabku. Pilihan agar semuanya cepat teratasi.
"Baiklah," perawat yang bertanya itu berlalu. Mungkin ia akan mengurus & menghitung semua pembiayaan.
"Bu, untuk pasien Zamzam, alhamdulillah tidak terlalu parah, cedera di bagian pelipis, kepala & kaki sudah bisa diatasi. Hanya saja pernafasan & dadanya masih perlu diobservasi, akibat dada yang terjepit setir & kursi"
Aku tercenung. Zamzam yang menyupir?
"Untuk pasien atas nama Adlan, secepatnya akan dipindahkan ke ruangan ICU, ada tulang leher yang patah. Kemungkinan juga mengalami gegar otak. Kami akan observasi juga terkait batang otak. Kondisinya sangat serius..."
Wajah dokter itu terlihat blur & kabur. Suaranya seperti menjauh & badanku terasa ringan. Atau aku kehilangan semua rasa?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar