Jumat, 01 November 2019
Aku Bukan Cleopatran part 4
Dari Abi Hurairah RA (di dalam hadits marfu') Rasullah SAW bersabda, "Wanita janda itu tidak boleh dinikahkan sehingga dimintai pendapat dan wanita gadis itu tidak boleh dinikahkan sehingga dimintai izin.," shahabat bertanya, "Wahai Rasulullah, bagaimana cara meminta izin? Nabi bersabda, "Jika ia diam." (HR. Al Jama'ah)
Diam. Hanya itu yang bisa aku lakukan. Diam adalah emas. Diam untuk meredam ingatan pada pesan dari Nura yang terus menerus muncul di benak. Diam & menunduk. Hanya itu yang bisa aku lakukan.
Aku pasrah pada pilihanMu yaa Robb.
"Diamnya seorang gadis adalah persetujuannya, begitu kan. Nah, apakah ada sesuatu yang ingin nak Adlan berikan pada Andiny sebagai bentuk ikatan khitbah ini?"
Bapak memecahkan keheningan dalam duniaku di tengah ramainya suasana.
"Iya sebagai tanda ikatan khitbah ini saya berikan cincin seberat tujuh gram sebagai pengikat"
Umi mengambil cincin itu, lalu memasangkannya di jari manis kiriku.
"Kamu tahu nak, kenapa benda ini dinamakan cincin? Itu singkatan cinta-cinta. Artinya cincin ini mengikat dua orang yang saling mencintai untuk Allah persatukan dalam kebahagiaan" begitu wejangan umi saat memasangkannya.
"Aamiin". Hanya itu yang bisa ku katakan.
"Selanjutnya, untuk bulan pernikahan, apakah akan ditentukan sekarang?" Bapak bertanya. "Nak Adlan kapan siapnya?"
"Bagaimana kalau bulan depan Pak?"
What??? Bulan depan? Secepat itu?
Antara bingung & kaget.
"Ada tanggal cantik nih, tgl 20 bulan 2 tahun 2020" Zamzam tiba-tiba angkat suara.
"6 pekan lagi berarti" Adlan tampak setuju.
"Setuju, tanggal cantik, mudah untuk diingat" Bapak menegaskan.
Enam pekan. Aku merasa ada tambahan udara segar yang tiba-tiba menyapa. Tambahan 2 pekan mungkin cukup untuk mempersiapkan segala sesuatunya.
"Masakannya enak, siapa yang masak? Umi bertanya.
Ternyata perkiraan mama betul.
Tamu yang mencicipi akan bertanya tentang siapa yang masak.
"Andini yang masak Bu, dibantu saya & bi Enay." mama menjelaskan.
Akhirnya aku, mama & umi memisahkan diri dari para pria.
"Ini capcay kesukaannya Adlan, kalau ayam, Adlan lebih suka dimasak rica-rica" Umi menjelaskan. Aku hanya bisa membalas dengan mengangguk & tersrnyum. Sementara otakku, mencatatnya dengan baik.
*********
Enam pekan. Waktu yang sangat singkat . Buku. Itu yang pertama aku pikirkan. Aku hatus mencari buku-buku tentang pernikahan. Ke peepustakaan?
Tidak. Kali ini aku harus mengoleksinya sendiri.
Kursus pra nikah. Itu yang aku butuhkan. Segera aku cari informasi di Google.
Ada. Sayang waktunya masih 2 bulan lagi.
Tapi gapapa. Aku mendaftarkan diri.
"Andini, sedang sibukkah? boleh Mas telpon?" pesan masuk dari Adlan.
"Iya Mas, telpon aja, lagi santai koq"
Handphone-ku bergetar. Hatiku juga.
"Untuk mahar nanti, dik Andin mau minta apa?"
"Sajadah, Mas"
"Bukan seperangkat alat sholat?"
"Bukan, sajadah aja"
"Kenapa hanya sajadah?"
"Andin ingin jadi wanita yang berkah. Selain itu, sajadah bagi Andin sangat berarti, selembar kain itu bagi Andin adalah kendaraan menuju ke langit"
"Sajadah Aladin dong" Adlan menyela "Kalau itu yang dik Andin minta, mas harus berfikir keras nih"
Aku tertawa. Ternyata Adlan bisa bercanda juga. Tak sekaku penampilannya.
"Bukan, Mas. Itu hanya metafora saja. Karena bagi Andin sholat adalah perjalanan pada Allah dengan sajadah. Andin berharap sajadah itu juga yang akan membawa Andin ke surga, baik di dunia, maupun surga sesungguhnya di akhirat kelak"
"Baiklah. Tapi boleh Mas tambahin kan?"
"Boleh mas".
" Untuk hantarannya?/apakah ada permintaan khusus?"
"Ngga Mas, sebisanya saja"
"Mau Andin atau umi yang belanja, atau mau bareng?"
"Umi aja Mas, maaf ga bisa nemenin, Andin malu"
Dua pekan telah berlalu. Baru 2 buku yang kubaca. Masih ada 3 lagi yang mengantri. Aku mencatat bagian-bagian penting. Selain buku, youtube juga jadi tempat belajarku.
Satu hal yang ditekankan mama : aku harus belajat lagi tentang merawat diri.
Perawatan diri pasca pernikahan. Begitu ku ketikan di bagian pencarian. Belum sempat ku telusuri, tiba-tiba ada pesan masuk dari Nura.
"Andni, lagi ngapain. Pasti lagi deg-degan"
"Hehe, tau aja"
"Din, nanti pas nikahannya Zamzam kamu mau bareng keluarga apa bareng aku & teman-teman?"
"What?/Zamzam nikah?"
"Kamu belum tahu, kamu kan calon kakak iparnya"
"Belum, Adlan lagi ke Surabaya, belum ngasih kabar. Emang kapan nikahannya?"
"Tgl 6, seminggu lagi"
"Sama siapa?"
"Dinda, petugas sirkulasi perpustakaan digital yang kita suka ke situ. Kamu sih udah lama ga ke perpustakaan, jadi aja ga ngobrol-ngobrol lagi sama Dinda"
Aku tidak tahu harus bilang apa.
Aku hanya tahu kalau Dinda itu sangat cantik, ramah, supel & tetlihat sholihah. Itu saja.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar