Rabu, 04 Desember 2019

Aku Bukan Cleopatra part 18

Part 18.
"Dalam sebuah riwayat, Rosulullooh saw pernah ditanya oleh para sahabat, wahai Rosulullooh, apakah yang paling kuat di muka bumi ini?.
Ibu-ibu ada yang tahu? Apa yang paling kuat dimuka buni ini?"
Ustadz Maulana memandangi peserta satu persatu.
Tapi tak ada yang menjawab.
"Yang paling kuat di muka bumi ini adalah qolbun mukminan mukhlasin, hati orang mukmin yang ikhlas. Ibu-ibu tahu kan kenapa?
Ya betul, karena syetan tidak dapat mengalahkan, tidak dapat menggoda hati yang ikhlas"
Ustadz Maulana mengalihkan pandangan pada laptop.
"Coba perhatikan ibu-ibu, Allah itu menciptakan nafs, nufus ini sebagian ulama menerjamhkan sebagai nafsu. Mengapa Allah menciptkan nafsu? Agar manusia mempunyai keinginan. Keinginan terhadap apa? Harta, Tahta & Wanita. Dengan nafs ini manusia bisa bertahan hidup & melestarikan bumi. Hanya saja, banyak manusia yang berlebihan & akhirnya dikendalikan hawa nafsunya. Jika sudah seperti ini maka nafsunya harus disucikan. Ada yang tahu bagaimana cara mensucikannya?"
Ustadz Maulana menatap hadirin.
"Dengan taubat?" aku mencoba menjawab.
"Kurang tepat"
Peserta yang lain nampak sungkan untuk menjawab.
"Cara mensucikan nafsu terhadap harta adalah dengan bersedekah. Cara mensucikan diri dari nafsu terhadap tahta adalah zuhud & Qonaah, & cara mensucikan diri dari nafsu  terhadap wanita adalah dengan menikah. Faham sampai di sini?"
Aku mengangguk. Entah yang lain.
"Menikah itu adalah sunnah yang di dalamnya terdapat banyak kenikmatan, maka menikahlah"
"Ustadz". Tania mengacungkan tangannya.
"Bagaimana dengan yang belum bertemu dengan jodohnya"
"Allah menciptakan manusia itu berpasang-pasangan. Anda yakin? Anda beriman pada Allah, pada Al Quran?" ustadz Maulana bertanya
"Yakin Ustadz"
"Maka berikhtiarlah".

Sesi materi dengan Ustadz Maulana malam ini selesai.
Majlis ditutup dengan do'a akhir majlis.
Lampu sorot dimatikan. Artinya kamera tidak aktif lagi mengambil film. Aku lega.

"Sekarang kita mulai sesi ruqyah. Ibu-ibu konsentrasi semuanya ya, dengarkan & biarkan mukjizat Al Quran ini masuk ke dalam hati Anda"
Ustadz Maulana membacakan ayat-ayat Al Qur'an. Surat Al Fatihah.
"Ibu-ibu semuanya, biarkan ayat-ayat ini menembus hati Anda, menggetarkan & melembutkannya"
Al Fatihah dibacakan lagi.
"Iyaka na budu wa iyaka nasta'in" ... Ayat ini. Entahlah.
Tiba-tiba aku ingin menangis.
Air mata ini tak sanggup kubendung.
"Satu orang telah menangis, Al Quran telah menembus hatinya.
Ayo simak baik-baik ibu-ibu, biarkan Al Quran ini menembus hati Anda"
Alfatihah dibacakan lagi.
"Tiga orang telah tertembus hatinya"
Aku tidak tahu siapa yang menangis.

Tiba-tiba Alisa tertawa terbahak-bahak.
Ustadz Riza didampingi team berjaga-jaga.
Tubuh Alisa bergetar. Tawa Alisa mengeras.
Ustadz Maulana mengambil tongkat rotan. Tongkat yang tidak terlalu panjang. Dengan tongkat itu Ustadz Maulana menyentuh kepala Alisa.
Alisa terdiam. Tubuhnya tetap bergetar.

Dinda membuka kresek yang disediakan. Kresek untuk menanmpung muntah.
Aku waspada.
Lega rasanya melihat bukan darah yang dimuntahkan Dinda.

Sesi ruqyah berakhir. Ustadz Maulana menanyakan kondisi peserta satu persatu.
Aku mohon ijin pamit.

Aku ijin pada Dinda.
Aku merasa ga enak hati. Cemas.
Di kamar, aku membuka handphone.
Ada pesan dari umi & Zamzam.
Isinya sama, mengirimkan foto Adlan dari balik kaca. Karena di ruang ICU tidak boleh mengambil foto.

Tempat tidur kali ini menghadap ke arah kaca ruangan. Tidak dipojok seperti sebelumnya.
Selain oksigen. Beberapa selang di bagian dada. Mungkin sebagian di bagian perut. Karena tak terlihat jelas. Atau mungkin di bagian jari seperti dulu.
"Ya Allaah, hamba ikhlas" aku berbisik lirih di hati. Tapi mata ini mengembun.
"Semua akan baik-baik saja. Adlan akan membaik, Andini yakin itu"
Itu yang kubalas pada pesan umi, lalu kuteruskan pesannya pada Zamzam.

Waktu menunjukkan pukul 23.00. Dinda & Tania belum juga naik.
Aku tak kuat menahan kantuk.
Kupasang alarm di angka 02.30. Aku ingin bermunajat.

Wajah itu begitu bersih. Cahayanya teduh.
Senyumnya. Senyumnya membiaskan kebahagiaan.
"Tunggu aku, kita akan sama-sama atkan mahkota cahaya"
"Mas" ... Aku mencoba menyapa, meraih tangannya.
Tapi suara musik yang berisik itu mengganggu.  Tanganku mencari-cari sumber suara musik. Handphoneku. Alram telah berbunyi. Aku menyentuh tanda snoze for 10'.

Aku terlelap kembali.
Asing. Aku merasa berada di sebuah rumah. Tempat yang terasa tak asing.
Ada banyak anak-anak.
Aku mencari satu wajah. Wajah yang bercahaya tadi. Tapi tak ada.
Lagi-lagi suara musik itu mengganggu. Aku mencoba tak peduli.
Tapi kali ini kesadaranku muncul.
Aku harus bangun.

Aku membuka mata.
Membaca istighfar. Membaca do'a.
Duduk sebentar, menyiapkan diri untuk aktifitas selanjutnya.

Tania terlelap. Dinda juga.
Aku bankit. Berjalan untuk mengambil wudhu.
Syukrul wudhu.
Sholat taubat.
Sholat hajat,
Ada munajat panjang dalam setiap jeda dua rokaatnya.

"Assalamualaikum, mba, waktunya tahajud, ditunggu di ruangan"
Suara ustadz Raihan bersama dengan ketukan pintu.
"Iya Ustadz" jawabku.
"Tolong bangunkan yang lain ya"
"Baik Ustadz"

"Dinda, bangun Dind, waktunya tahajud, sudah dipanggil oleh Ustadz", aku menepuk-nepuk kaki Dinda halus.
Tania nampaknya sudah terbangun saat pintu diketuk.
Aku berjalan ke kamar lain, membangunkan semua peserta, seperti yang diminta Ustadz Raihan.

"Sudah kumpul semua?"
Ustadz Ahmad bertanya.
"Sudah Ustadz" Tania menjawab.
Tahajud berjamaah dimulai.
Apa yang keluar dari hati, akan sampai ke hati.
Begitupun dengan ayat-ayat yang dibacakan oleh Ustadz Ahmad.
"Yaa ayatuhannafsul muthmainnah ... Irji'ii ilaa robbika rodhiyatan mardhiyah,
Fadkhulii fii ibaadi, wadkhuli jannati"

"Wahai jiwa yang tenang, Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya.
Maka masuklah ke dalam jama'ah hamba-hamba-Ku,
Masuklah ke dalam surga-Ku"
(Quran surat Al Fajr ayat 27 - 30)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar