Part 4.
Labirin Cinta Andini
( Oleh : Rani Sulaeman Ummu Ahmad ).
Part 4.
Cinta adalah rasa yang dititipkan Sang Pencipta pada hamba.
Rasa indah untuk jalan sebuah kebahagiaan.
Rasa yang diberikan untuk ditujuian pada siapa yang dipilihkanNya.
Namun,
Semua yang dititipkan Allah adalah ujian untuk hamba.
Termasuk juga cinta.
Allah hanya ingin melihat apakah cinta yang ditipkanNya membuat seorang hamba berpaling dariNya atau tidak.
Betapa banyak hamba yang tak lulus ujian.
Betapa banyak hamba yang mencintai pemberian Allah dan berpaling dari Allah
Padahal, bukankah Dia yang telah memberi semuanya?
Hamba yang lulus, bahagialah hidupnya,
meski terlihat nestapa, ketika cintanya tak sampai pada hati yang dituju.
Namun tak mengapa, karena selalu ada cinta Allah untuknya.
Dunia hanya sementara.
Nestapa tak sampainya cinta pada hamba, hanyalah derita sementara dari yang sementara.
Tak lama.
Kelak akan Allah berikan cinta yang kekal hingga ke surgaNya.
*****
Hari ini hari terakhir di Vila Dewi. Andini mengemas semua barang-barangnya. Juga membantu mengemas barang milik bapak dan mama.
Di meja bapak Andini menemukan sebuah kotak kristal. Andini membuka. Ada cincin batu alam berwarna hijau tua. Seolah ada lukisan dalam batu itu. Andini mencoba menebak lukisan apa yang tergambar di dalamnya. Tapi tak bisa. Andini mengeluarkan cincinnya, Diamatinya logam yang mengikat batu itu.. Perak berukir. Ukiran yang cantik.
"Itu dari Hamid". Bapak menjelaskan.
Andini tersentak kaget.
"Eh, Bapak, kirain masih di aula". Andini mencoba menetralkan suasana.
"Ini hadiah apa Pak? Kenapa Hamid memberi bapak hadiah?".
Andini bertanya penasaran.
"Nanti kamu akan tahu sendiri". Hanya itu jawaban bapak. Andini tak bisa mendesak.
"Andini, ditunggu di Aula, penutupan mau dimulai". Pesan singkat dari Nura.
"Oke"
"Pak, ini cincinnya mau disimpan di mana?". Andini bertanya sambil menyerahkan kotaknya.
Bapak menerimanya. Membuka kotak kristalnya. Lalu memakai cincin itu di jari tengah tangan sebelah kiri.
"Bapak mau ke Aula?". Andini bertanya.
"Nanti bapak menyusul".
"Andini duluan ya Pak".
Semua santri sudah berkumpul.
Semua panitia juga. Hanya bapak dan mamah yang tidak hadir. Aku duduk di sebelah Nura.
Hamdi memandu acara.
"Baik, kita akan mendengarkan pesan-pesan penutupan dari Kak Hamid". Hamdi menyerahkan mik pada Hamid.
Hanya warna peci yang membedakan dua wajah itu, jika orang belum mengenal mereka.
Hamid menggunakan peci putih. Hamdi menggunakan peci hitam.
"Assalamualaikum warohmatullihi wa barokatuh"
"Wa'alaikum salam warohmatulloh wa baarokatuh".
"Adik-adik santri rumah tahfidz yang kakak banggakan. Kakak mengucapkan terimakasih banyak atas perjuangan kalian selama ini. Kakak bangga dengan keteguhan dan kesabaran kalian di jalan Allah, hingga kalian bisa sampai pada titik ini. Kalian bisa menerima ijazah sanad hafalan yang artinya hafalan kalian telah diakui, sampai dn sama dengan apa yang diajarkan Rosulullooh saw. Kakak berharap kalian tetap menjadi pengengemban dan pendakwah Al Quran yang tangguh. TAKBIR".
"Allohu Akbar"... Semua santri menggemakan takbir.
"Sebagai rasa terima kasih, kakak akan berikan pada masing-masing kalian sebuah hadiah. Nanti akan dibagiakan oleh Ustadz Mukhlis. Hadiah ini juga sebagai ucapan pamit dari kakak, karena setahun ke depan kakak harus ke Wiena, Austria".
"Koq Hamid ga bilang-bilang sih, koq mendadak?". Aku bertanya pada Nura.
"Iya emang, tadinya yang ditunjuk kantor bukan Hamid, tapi seniornya. Cuma mendadak istrinya kena stroke. Jadi Hamid yang ditunjuk, baru dikasih tahu dua minggu lalu".
"Oooh". Hanya itu yang keluar dari mulut Andini.
Mukhlis maju ke depan membawa sebuah dus besar.
"Assalamualaikum warohmatullohi wa barokatuh" Mukhlis membuka dengan salam.
"Wa'alaikum salam warohmatulloohi wa barokatuh"
"Baik, adik-adik yang dirahmati Allah, sebelum kakak bagikan hadiah ini, sebagai rasa syukur kita kepada Allah, dan sebagai ucapan terima kasih kita kepada Kak Hamid, kita sama-sama do'akan kak Hamid ya. Semoga Allah selalu menjaganya agar tetap di jalan dakwah, semoga Allah mudahkan semua urusannya, semoga Allah bahagiakan lahir batinnya"
"Semoga Allaah berikan jodoh impiannya". Tiba-tiba Hamdi ikut berbicara.
"Aamiin". Semua santri mengaminkan.
Hamid hanya tersenyum. Datar.
Huda, santri paling kecil dari Garut mengacungkan tangan.
"Iya, Huda, ada yang mau ditanyakan?".
"Kak, kenapa Kak Hamid nyari jodoh jauh-jauh ke luar negri, kenapa ga nikah sama Kak Andini aja?".
Santri yang lain semua bergumam. Semua terdengar seperti dengungan lebah.
Hamid mengambil mik dari Hamdi.
"Kakak ke Austria bukan mau nyari jodoh, kakak mendapatkan tugas dari kantor untuk bekerja di sana". Hamid menjelaskan.
"Baik, sekarang waktunya bagi-bagi hadiahnya ya. Di dalam setiap hadiah ada namanya. Adik-adik, tidak usah mencari kado yang bertuliskan nama masing-masing kalian. Tapi ambil yang paling dekat.
Nanti kalau sudah mengambil semua. Baru dilihat nama yang ada di kado & berikan pada nama yang tertera di kado, kalau bukan nama adik-adik.sendiri. sampai.sini faham?" Mukhlis kembali mengambil alih komando.
"Fahaam"
"sekarang, adik-adik berbaris ya, buat dua barisan ya, lalu antri mengambil kadonya".
Semua santri patuh pada perintah Mukhlis. Meski terdengar seperti suara berdengung. Para santri saling ngobrol. Entah apa yang mereka bicarakan.
"Sudah dapat semua ya?". Mukhlis memastikan.
"Baik, sekarang.lihat nama yang ada di kado dan berikan kepada yang bersangkutan". Perintah Mukhlis.
"Yang sudah dapat, boleh langsung dibuka ya kadonya".
Suasana jadi ramai. Para santri saling mencari.
Seorang santri mendekat pada Andini.
"Ini punya kakak".
Andini terkejut. Ia menerima kado yang diberikan.
"Aku dapat juga?". Andini bertanya pada Nura.
"Iya, semua dapat. Aku juga dapat". Nura mengiyakan.
Andini membuka kado itu dengan hati-hati.
Sebuah novel yang cukup tebal.
Novel dengan judul : "Jadilah Seperti Khodijah".
Andini melihat-lihat identitas buku. Nama penerbit dan pengarangnya asing bagi Andini.
"Ini penerbit dan pengarang baru kayaknya ya?". Andini bertanya pada Nura, ingin memastikan.
Nura hanya diam.
#Opey2020
#part3day22
#KompakMenulis
#RevowiterPelita
Lapor : Vivin Indriani.
Gambar : Hasil screenshot dari YouTube : Raefmusic ; More than you & me.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar