Kamis, 23 Januari 2020

Labirin Cinta Andini part 6

Labirin Cinta Andini
(Oleh : Rani Sulaeman Ummu Ahmad ).

Part 6.

Jiwa dan raga manusia terbatas ruang dan waktu.
Terpenjara dalam keduanya.
Di balik batas, tak ada yang bisa dilihatnya.
Di balik waktu, tak akan pernah tahu apa yang kan terjadi setelah setiap detak waktu berlalu.

Namun Allah Yang Maha Bijaksana, beri manusia dua hal, yang bisa menembus keduanya.
Yaitu rasa dan aksara.

Rasa bebas melanglang buana menembus batas ruang dan waktu.
Menyelam dalam rindu,
Melukis dalam angan
Pun aksara, ia bebas kemana akan membawa sebuah cerita,
Entah ke sejarah masa lalu
Atau pada harapan masa depan.

Dan rasa yang terindah sempurna adalah cinta dua hamba, saat terikat dalam janji peribadahan, untuk selalu bersama hingga ke hari penghisaban.
Berharap dalam kebersamaan selalu Allah berikan kemudahan,
Untuk meretas jalan menuju surga di keabadian.

Dan berdoa'lah.
Agar setiap aksara dalam kebersamaan,
hanya melukis keindahan dalam  penghambaan pada Sang Allah Subhaanahu wa Ta'ala.
Hingga kelak sejarah, kan melukis kisahmu  sebagai kenangan terindah,
Saat jasadmu damai dalam tanah.

*****

"Kita sholat dulu ya". Umi mengingatkan.
Umi mengajak Andini dan mama ke kamarnya.
"Dinda ke mana mi?".
Andini bertanya.
"Ada, mungkin lagi.istirahat".
"Ga diajak sekalian berjamaah?". Andin bertanya.
Umi melangkah ke arah kamar Zamzam.
"Maaf ya mi, jadi merepotkan". Andini merasa bersalah.
"Gapapa". Umi menjawab tenang.

Ingin sebenarnya Andini sendiri yang mengetuk pintu kamar, mengajak Dinda. Namum, saat ini Andini merasa masih harus menjaga jarak. Semua belum resmi. Belum menjadi bagian dari keluarga ini.

Andini dan mama mengambil wudu.  Umi mengetuk pintu kamar Dinda.
"Dinda, jamaah yuk". Suara umi lembut.
Tak ada jawaban.
Umi mengetuk pintu kembali.
Masih tak ada jawaban.
"Umi masuk ya Dinda". Umi membuka pintu.

Dinda nampak terbaring lemas. Wajahnya penuh keringat.
Umi memegang kening Dinda.
Panas.
"Ya Allaah, kamu sakit lagi, Dinda". Umi kaget.
"Umi ambilkan obat ya".

Umi bergegas ke kamarnya.
Andini dan mama tengah duduk di kursi dekat jendela kamar.
"Sebentar ya, Dinda panas, mau ngasih obat dulu untuk Dinda". Umi mohon ijin. Lalu membuka lemari.

Andini mendekat.
"Biar Andin aja yang ngasih Dinda obat, Mi. Umi wudu aja dulu".
Umi menyerahkan obat.

Andini segera ke dapur. Mengambilkan segelas air.
Tanpa menunggu apapun Andini langsung ke kamar Dinda.  Pintu kamar sedikit terbuka.

Dinda masih terbaring.
"Dinda, minum obat dulu yuk".
Andini membantu Dinda untuk duduk, menyuapkan obat ke mulut Dinda & memberinya minum.
"Terima kasih, maaf merepotkan". Dinda berkata pelan.
"Ngga repot koq". Andini menjawab.
"Dinda tiduran aja dulu ya, ditinggikan ya bantalnya"
Dinda menganngguk.

Andini mengambil bantal di sebelah bantal Dinda.
Ada buku catatan terbuka. Lengkap dengan ballpoint.
Ada catatan di sana. Tulisan yang cukup rapi. Tulisan tangan perempuan. Tulisan Dinda?. Andini ingin bertanya tapi tidak tega.

Andini memilih diam dan meletakan bantal di atas bantal Dinda.
"Ayo Dind,.tiduran dulu". Andini membantu Dinda membaringkan tubuhnya.

Dinda terbaring lemah. Andini memegang tangan Dinda.
"Dinda, kalau ada apa-apa, kamu bisa mengandalkan aku. Kamu boleh berbagi apapun dengan aku. Jika itu rahasia, aku akan menyimpannya rapat-rapat. Jika ada yang bisa aku bantu, aku akan bantu". Andini lirih berkata.

Mata Dinda basah. Dinda berusaha bangkit. Andini membantu. Dinda memeluk Andini erat. Tangisnya tumpah.

"Kak Andin, belum siap-siap?". Terdengar suara Zamzam.bertanya. Andini terkejut. Dinda semakin pucat.
Dinda melepaskan pelukannya. Andini memutar tubuhnya ke arah suara. Ke arah pintu.

"Iya, ini abis bantu Dinda minum obat". Andini menjelaskan.
"Aku siap-siap dulu ya, kayaknya udah ditunggu umi". Andini menjelaskan.
"Mau kemana?". Dinda bertanya.
"Ngga kemana-mana. Nanti jam dua, aku sama Mas Adlan nikah di sini. Nunggu Pak Muzamil, petugas KUA". Andini menjelaskan.
"Oh ya?". Dinda hampir tak percaya. "Koq mendadak?".
"Iya, semuanya serba mendadak. Kalau nanti jam dua Dinda udah baikan, nanti jadi saksi ya". Pinta Andini.
"Tapi jangan memaksakan diri ya. Kalau masih lemas, istirahat aja". Dinda menganngguk.
"Aku pamit dulu ya". Andin beranjak.

Zamzam masuk, menemui istrinya yang terbaring.
Dilihatnya buku diary yang terbuka. Ia terkejut.
"Apa Andini melihat dan membaca buku ini?". Zamzam bertanya.
Dinda menggeleng.
"Tidak". Jawabnya lemah.
Zamzam menarik nafas lega.

Baju pengantin yang dijanjikan tersimpan di atas kasur. Gaun satin sutra berwarna baby pink. Disertai rompi brukat berhiaskan manik-manik di atas bunga-bunganya. Masih terlihat gemerlap. Ada selendang brukat yang melengkapi. Selendang cantik bertahtakan mutiara berseling payet daun dipinggirannya. Warna pink muda. Setingkat lebih tua dari gaun pengantin.
"Tapi kerudungnya udah ga ada". Umi menjelaskan.
"Gapapa Mi, Andin bawa kerudung pink, ada di koper".
"Syukurlah".

"Ayo Mi, kita sholat". Andin mengajak.
"Sebentar, umi nyari Zamzam dulu biar ngurusin hidangan untuk tamu & hantaran untuk tetangga". Umi meminta waktu.
"Bu, kalau boleh, kami minta untuk syukuran sederhana, nanti di rumah kami aja, sambil khataman di rumah tahfidz, bada maghrib". Mama mengambil inisiatif.
"Iya, nanti kita bicarakan. Ini hanya untuk tamu, pengurus masjid dan tetangga dekat saja".
"Oh iya, kalau begitu".

Sambil menunggu, Andin sholat.
Menyampaikan semua hajat dan harap lewat sholat dua rakaat.

Lirih Andini berdo'a.
"Ya Allah ya Robb, Yaa Rahman, Duhai yang Maha Pengasih.
Jika ini adalah waktuku untuk Kau satukan dengan kekasih yang Kau pilihkan, hamba meminta, temani hamba dalam menjalani semua tugasnya. Temani hamba untuk menjaga amanah yang Kau berikan.pada hamba.
Temani hamba untuk menjadi istri sholihah seperti yang Kau inginkan.
Temani hamba untuk merawat cintanya padaMu, temani dalam merawat jiwanya agar semakin ta'at dalam beribadah kepadaMu.
Temani hamba dalam menjalankan keta'atan padanya sebagai bukti cinta hamba padaMu.

Yaa Allah Yaa Robb, Yaa Arhamarrohimiin.
Jika rumah tangga ini adalah bahtera dariMu, ijinkan kami untuk sampai dengan selamat berlabuh di surgaMu.
Kelak, jika badai menyapa, temani kami dan selamatkan kami agar bahtera tak kandas terbentur karang.

Yaa Allaah, Yaa Fattaah, yaa 'Alim.
Jadikan pernikahan ini sebagai jalan pembuka semua rahmat, ridho, kasih sayang, dan keberkahan dariMu.
Bukakan jalan-jalan bagi kami untuk semakin mendekatkan diri padaMu, semakin bersyukur padaMu, semakin bertambah ketaqwaan dan keta'atan kami padaMu.

Allahu Yaa Robb, Yaa Ghoni ya Mughnii,
Jadikan pernikahan kami sebagai jalan bagi kami, untuk semakin bisa meluaskan kebermanfaatan kami untuk sesama hambaMu.
Jadikan kami jalan kebahagiaan untuk sesama hambaMu.
Jadikan kami jalan kebaikan untuk sesama hambaMu.
Jangan biarkan ada satupun yang tersakiti dengan pernikahan ini yaa Robb,
Yaa Arhamarrohimiin
Yaa Arhamarrohimiin
Yaa Arhamarrohimiin
Yaa Mujibasaailiin.
Aamiin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar