Rabu, 05 Februari 2020

Labirin Cinta Andini part 16

Labirin Cinta Andini
(Oleh Rani Sulaeman Ummu Ahmad )

Part 16.

Anak adalah anughrah titipan surga.
Dalam buaian ia adalah kebahagiaan.
Senyum dan cerianya adalah kegembiraan
Hingga semua puji dan syukur dipanjatkan.
Dan setiap syukur adalah hadiah surga
Dari Sang Maha Pencipta

Anak adalah karunia titipan surga
Betapa Allah tak mencatatnya dosa
Saat baligh belum menyapa
Maka semua tingkahnya adalah pembawa senyuman
Jika hati dalam kelapangan.

Anak adalah karunia titipan surga
Betapa sepanjang hayat do'a do'a terpanjat
Agar ia jadi permata berharga yang tak terkira
Agar ia selalu jadi penggembira
Agar ia pembawa jalan ke surga

Anak adalah karunia titipan surga
Bahkan ketika ia jadi ujian
Segala daya dikerahkan
Untuk mengundang pertolongan Allah yang Maha Penyayang
Setipa saat tangan ditengadahkan
Mengetuk pintu langit, agar turun keberkahan
Setiap waktu, wajah disujudkan,
Berharap keajaiban akan datang
Agar lara terhapuskan.

Maka sungguh anak adalah karunia surga.
Hanya kadang lelah dan amarah menutup semuanya.

**

Hanana sudah sampai pada usia empat belas hari. Saatnya untuk merayakan kegembiraan bersama. Mestinya hari ketujuh harus ditempuh. Namun ada harapan yang tersimpan agar sang ayah hadir saat perayaan.

Harapan itu ternyata harus disimpan. Karena ternyata keadaan tak memungkinkan.
Nura yang berdada lapang akhirnya meminta ijin untuk merayakan kegembiraan tanpa kehadiran ayah yang didambakan.

Berbakti kepada orang tua di detik-detik terakhir adalah sebuah keharusan. Tak ada pilihan. Apalagi kata duka cita karena kematian yang disematkan.
Nura sangat memahami.
Tapi ia tetap harus melaksanakan sunnah nabi, menyembelihkan seekor kambing untuk dibagikan dengan penuh bahagia dalam kesyukuran.

Al Quran adalah mukzijat yang selalu membawa keberkahan. Begitu yang Nura pikirakan.
Maka merayakan dengan dimulai dalam khataman Quran jadi pilihan.

Nura mengundang semua santri rumah tahfidz.
Nura juga mengundang semua anggota yayasannya.
Andini dan bapaknya Andini, Raden Teja hadir. Mama Andini menyertai bapak. Adlan mendampingi Andini.

Hari yang penuh keberkahan, kehangatan dan kebahagiaan di rumah Nura.
Selesai do'a khataman dipanjatkan, sholawat di dendangkan.
Ada yang istimewa kali itu.
Ada materi ceramah yang disiarkan langsung dari Austria.

Hamdi telah memasang layar yang cukup lebar. Infokus sudah disiapkan.
Sambil menunggu sambungan video call, Hamdi memperlihatkan foto-foto kegiatan santri di rumah tahfidz.
Sambil para santri dan semua tamu menikmati semua hidangan.

Akhirnya video call yang ditunggu muncul juga.
Tampak Hamid berada di sebuah taman. Duduk di.sebuah bangku.
Hamid menggunakan jaket yang cukup tebal. Jaket berwarna abu-abu tua.
Sehelai syal menghiasi lehernya.
Pepohonan khas musim gugur nampak menghiasi pemandangan yang terlihat di layar backdrop, selain Hamid yang tengah bersiap berbicara.

"Assalamualaikum semuanya apa kabar?". Hamid tampak melambaikan tangan di layar.
Hamdi bertugas sebagai operator duduk bawah,  di depan meja kecil tempat laptop di simpan.
Hamdi memutarkan laptopnya. Memastikan agar kamera laptop menangkap semua gambar tamu yang hadir.
Setiap tamu diminta melambaikan tangan.
Termasuk Andini dan Adlan yang duduk bersebelahan.

Hamid memandang semuanya dengan senyum. Senyum yang terlihat jelas oleh semua yang hadir saat itu. Senyum bahagia atau senyum yang dipaksakan bahagia. Hanya ibunya yang memahami.

"Alhamdulillaah, berkat nikmat dan kasih Allah, kita bisa berjumpa meskipun beda negara. Kakak sekarang tidak sedang di Winna, Austria, tapi sedang Muenchen Jerman, kebetulan besok ada undangan untuk ngisi pengajian" Hamid diam sejenak.
"Kakak bahagia bisa menyapa kalian semua. Alhamdulillah, teknologi adalah ilmu yang Allah berikan pada manusia yang dengan teknologi ini, Allah buat kehidupan manusia lebih mudah"

Semua.tampak memperhatikan. Serius. Tapi santai menikmati hidangan.

"Kakak do'akan, semoga kalian kelak bisa sampai ke.sini.juga, menikmati dan mentafakuri ciptaan Allah."
"Aamiin" semua tamu yang hadir mengaminkan.

"Alhamdulillah, Kakak bersyukur dan turut bahagia atas lahirnya Hanana, dan kakak do'akan semoga Hanana  bisa menjadi anak sholihah penghafal dan pengemban Al Quran.
Dan karena kakak tengah dalam kegembiraan, kakak ingin membahas kajian tentang syukur"

"Syukur adalah ucapan terima kasih kita atas semua pemberian Allah. Siapa yang bersyukur maka akan Allah tambahkan kenikmatan dan jika tidak bersyukur atau kufur, maka adzab Allah pasti akan menimpa"

Suara Hamid terdengar. Tapi Hamid kadang berbicara sambil memperlihatkan pemandangan di sekelilingnya.

"Karena itu, kakak ingin agar semua semua santri rumah tahfidz selalu mengucapkan kalimat : terima kasih Allah, hamba bisa membaca Al Quran. Terima kasih Allah, aku bisa makan, terima kasih Allah, aku punya teman dan lain-lain".

Andini berbisik pada Adlan.
"Mas aku berterima kasih pada Allah karena Mas jadi suamiku."

Adlan tersenyum.
"Mas, koq serius amat sih dengerin ceramahnya?" Andini bertanya.
"Rasanya, mas sangat familiar banget dengan kembarannya Hamdi ini. Padahal seingat Mas, belum pernah ketemu," Adlan menjawab. Nampak sedikit bimbang.

Andini tak terlalu peduli dan tak terlalu mendengarkan apa yang disampaikan Adlan.
"Mas, aku mau berterima kasih juga sama Allah, karena tadi pagi aku tes urin dan hasilnya dua garis biru"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar