Jumat, 07 Februari 2020

Labirin Cinta Andini part 17

Labirin Cinta Andini
(Oleh Rani Sulaeman Ummu Ahmad)

Part 17.

Bahagia itu ketika hati menerima dengan lapang dada.
Senang itu, adalah mendapatkan apa yang kita inginkan.
Lalu bagaimana jika kita menerima dengan lapang dada apa sudah sejak lama.kita inginkan?
Itulah bahagia sempurna penuh suka cita.

Itu juga yang dirasakan oleh Andini dan Adlan.
"Mas, aku ingin sedekah, aku ingin berterima kasih pada Allah atas kehamilan ini"
"Sedekah apa De?"
"Aku ingin sedekah Al Quran"
"Bukannya para santri sudah punya Al Quran?"
"Ke rumah tahfidz lain yang kira-kira membutuhkan"
"Tahu tempatnya di mana?"
"Nanti kita tanya Mukhlis, dia tergabung ke komunitas rumah tahfidz Indonesia"
"Alhamdulillah, baguslah kalai begitu, mau nyumbang berapa Quran?"
"Sembilan puluh sembilan"
"Kenapa ga seratus?"
"Karena Allah suka yang ganjil"
Adlan tersenyum.

"Oh iya De, Mas khawatir kalau harus turun naik tangga, nanti ngaruh ke janin" Adlan menyampaikan kecemasannya.
Andini diam, mencoba mempertimbangkan apa yang disampaikan Adlan.
"Lalu?" Andini bertanya.
"Bagaimana kalau kita tinggal di rumah umi?" Adlan menawarkan.
"Andin tahu umi baik, abi juga baik. Zamzam dan Dinda juga baik. Rumah umi juga luas, nyaman dan asri. Aku betah di sana, cuma kan ga enak sama Dinda, apalagi progam kehamilan mereka belum berhasil"
Giliran Adlan yang diam. Mencoba mencerna apa yang disampaikan Andini.
"Bagaimana kalau kita cari kontrakan aja? Andini mengusulkan.
"Kita istikharah dulu ya, minta petunjuk sama Allah" Adlan memutuskan.

"Sekarang yuk Mas, istikharahnya, sebelum tidur. Siapa tahu langsung Allah jawab lewat mimpi"
Adlan tersenyum.
"Jawaban istikharah kan tidak selalu lewat mimpi, tapi kemana Allah memudahkan, itulah jawabannya"
Adlan memeluk Andini. Mengecup keningnya.
"Mas mau wudhu dulu" Adlan beranjak. Andini mengikuti.

Air wudhu yang masih tersisa di membasahi tangan itu diusapkan Andini ke perutnya. Diputarnya tangan itu mengikuti putaran thawaf seraya berdoa.
"Allohumahfadz walady fii bathni, waj'alhu minnashshohiihan, kaamilan, shoodiqon, aaqilan, amilan zakiyan, mukminan shoolihan. Allohuma ahsin kholqohu wahsin lisaanahu liquro'atil quran wal hadiits, bi barokatinnabiyina Muhammad saw. Allohuma akhrijhu min bathny yauma wilaadatihi salahlan wa tasliman, birohmatika yaa Arhamarrohimiin"
(Ya Allah jagalan anakku dalam kandunganku. Dan jadilaknlah ia dari golongan orang-orang yang baik, yang sempurna, yang benar, yang berakal, yang amalannya suci, mukmin yang sholih.  Yaa Allah baguskanlah akhlaqnya, dan perbaguslah lisannya untuk membacakan Al Quran dan hadiits, dengan barokah dari Nabi kami Muhammad saw.  Yaa Allah, keluarkanlah ia dari perutku pada hari kelahirannya dengan mudah dan selamat. Dengan rahmatmu wahai yang paling peyanyang diantara para penyayang"

Adlan tak ketinggalan. Ia pun mengusapkan air wudhu yang basah di tangan dan wajahnya, mengusapkan ke perut istrinya seraya berdoa "Robby hably minshsholihin, waj'ahu robby rodiya"
(Tuhanku, berilah aku anak sholih dan jadikanlah ia hamba yang Kau ridhoi).

Dua kebiasaan yang dilakukan sejak berita kehamilan mereka dapatkan.
Maka nikmat TuhanMu yang manakah yang kamu dustakan?

Cinta bertabur do'a adalah cinta paling mulia diantara semua cinta termulia.

Cinta di atas sajadah adalah cinta paling indah diantara semua cinta yang terindah

Cinta karena ilahi adalah cinta paling suci diantara cinta tersuci.

Cinta bernafaskan Quran adalah cinta paling membahagiakan diantara semua cinta yang membahagiakan.

Dan cinta sempurna adalah ketika cinta bersedia menerima ketidaksempurnaan kekasih yang Allah beri.

Itulah gambaran cinta antara Adlan dan Andini.

****

Bahagia selalu menyebarkan vibrasi pada orang-orang yang mencinta.
Bahagia itu juga yang dirasakan bapak dan mama Andini saat kabar kehamilan sampai pada mereka.  Ada banyak cara untuk mensyukuri kebahagiaan yang dirasakan. Mengucapkan hamdalah adalah cara pertama yang sederhana. Sujud syukur adalah pelengkapnya. Berbagi kebahagiaan dengan sesama adalah penyempurna.

"Sepertinya kalian tidak bisa menempati kamar.di atas lagi" bapak mengemukakan pendapatnya.
"In syaa Allah kami mau cari kontrakan, Pak" Adlan menyampaikan niatnya semalam.
"Tapi kami masih istikharah, minta petunjuk sama Allah dulu" Andini menyempurnakan.
"Bapak menghargai dan mendukung niat kalian. Bagus kalau kalian mau mandiri"

"Sebenarnya saya inginnya beli rumah Pak. Tapi kalau beli tentu perencanaanya harus matang karena itu berarti kita juga membeli lingkungan untuk masa depan kita" Adlan mengemukakan keinginannya.
Bapak menganngguk.

"Rumah yang di sebelah rumah tahfidz sudah bapak beli, tapi masih ditempati sampai tiga bukan ke depan. Tadinya untuk perluasan rumah tahfidz, tapi mungkin bisa kalian tempati dulu" bapak menjelaskan.
"Minggu ini bapak mau buat kamar di halaman samping, dekat ruang laundry, nanti kalian bisa tinggal di sana sambil nunggu rumahnya bisa ditempati"
"Nanti kalau kita sudah pindah kosong dong Pak?" Andini bertanya.
"Nanti untuk kamar tamu. Selama tidak ada tamu, difungsikan sebagai mushola" mama yang dari tadi diam, ikut menjelaskan.
Andini dan Adlan menganngguk.

******

Siang ini Nura diantar Hamdi dan ibunya kembali ke paviliun rumah tahfidz. Sore nanti Mukhlis pulang.
Andini menyambut hangat di rumah tahfidz.
"Selamat datang kembali Ummu Hanana" Andini memeluk Nura.
Nura tersenyum.
"Terima kasih Andin"

Andini menyiapkan hidangan istimewa di bantu bi Inay.
Hidangan untuk menyambut sahabatnya.
Para santri turut menikmati.

Akhirnya waktu yang telah lama ditunggu datang juga.
Sebuah taxi bandara parkir di depan rumah tahfidz.
Pengemudi membuka bagasi, membantu mengeluarkan dua  koper besar.

Mendengar suara mobil di luar, Nura segera keluar menyambut.
Nura melihat Mukhlis turun. Namun selain Mukhlis, ada lagi yang seseorang yang turun. Seorang anak laki-laki berusia empat tahun. Laki-laki itu memiliki wajah ibunya, wajah Dewi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar