Minggu, 16 Februari 2020

Labirin Cinta Andini part 20

Labirin Cinta Andini.
(Oleh : Rani Sulaeman Ummu Ahmad )

Part 20.

"Udah crosschek ke dokter lain?" Andini memastikan
"Udah lebih dari tiga dokter kandungan" Dinda menjawab lesu.
"Tapi keajaiban itu ada loh" Andini menyemangati.
Dinda hanya tersenyum.
"Makan dulu yuk" ajak Andini.
Dinda tak punya pilihan.

Makanan yang dinikmati bersama selalu terasa lebih nikmat. Mungkin karena di dalamnya ada cinta dan kebahagiaan yang ikut dibagikan.
Atau barangkali, itulah salah satu contoh keberkahan : Ziyadatul khoir, bertambahnya kebaikan.

"Selamat ya Kak" Zamzam mengulurkan tangan dan  memeluk Adlan.
"Terimakasih" Adlan menyambut tangan adiknya dan balas memeluk.
"Semoga Allah turunkan juga keberkahan untukmu" Adlan membisikan do'a. Lirih di telinga adiknya.
"Aamiin"

Menjadi wanita hamil adalah karunia indah tak terperikan.
Buah cinta yang tengah damai di alam rahim seolah menjadi magnet cinta.
Semua cinta tertuju pada calon ibu. Semua perhatian terpusatkan pada ibu yang tengah mengandung.
Ia seolah menjadi ratu.
Tak seorangpun boleh menyakitinya. Tak seorangpun boleh mengganggunya.
Karena setiap sakit dan gangguan yang menimpa calon ibu, akan terekam dalam benak sang bayi. Setiap luka ibu otomatis akan menjadi luka bayi.

Andini menerima semua perlakuan dengan rasa syukur yang dalam.  Segenap do'a selalu dilantunkan. Setiap saat, ia selalu berusaha membasahi bibir dengan dzikir. Setiap kesempatan, ia selalu berusaha melantunkan al Quran.

Kepayahan kadang mendera.
Lelah di atas lelah. Itulah perjuangan. Apalagi bayi pertama. Kembar pula.
Tapi kepayahan itu seolah hilang oleh kebahagiaan yang dijanjikan.

Hingga tibalah masanya sang bayi lahir kedua.
Langit seperti telah menyerap semua do'a.
Langit seolah telah menyiapkan keberkahan sejak lama. Sejak pertama kali do'a dilantunkan.

Tidak ada proses kelahiran yang tidak menyakitkan.  Bahkan itulah sakit yang paling sakit.  Entahlah. Mungkin sakit itu juga dirasakan sang bayi, hingga ia keluar dari alam rahim  langsung mengeluarkan jerit tangis. Jerit tangis yang disambut bahagia. Jerit tangis yang seketika menghapus sakit yang dirasa.

Dua jerit tangis itu hanya berselang lima menit.
Adlan bersiap melantunkan adzan di masing-masing jagoan kecilnya. Adzan dengan selang waktu paling pendek dikumandangkan ulang.
Adzan di bayi yang telah ia persiapkan namanya.
Muhammad Abdullah Utsman.
Muhammad Abdullah Umar.

Berita gembira langsung dikabarkan. Ucapan selamat berdatangan. Kegembiraan dengan cepat menebar dan melipatgandakan diri. Melukis senyum pada setiap penerima kabar.

Allah Maha Baik. Allah selalu memberi yang terbaik. Seorang hamba hanya berbaik sangka untuk menemukan kebaikan itu. Jika ia tak berbaik sangka maka  seorang hamba akan terjerembab ke jurang duka yang dalam tak terkira. Saat itulah seorang hamba memerlukan seseorang untuk berdiri tulus. Mengulurkan tangan untuk menyelamatkan. Membimbing tanpa menggurui.
Dan bagi mereka yang rela mengulurkan tangan, itulah tabungan keberkahan dan kebaikan.

Barangkali Andini tengah memanen semua kebaikan yang selama ini ia tanam.
Karena keberlimpahan bahagia tengah menyelimutinya.

Namun begitulah sifat bahagia. Ia akan membawa jarum jam berlari.

Hingga sampainya usia ketujuh usia Utsman dan Umar terasa begitu cepat.
Hari untuk melaksanakan sunah aqiqah.
Hari itu, bersamaan dengan pindahnya Adlan dan Andini ke rumah baru.
Hari yang penuh kebahagiaan dalam rasa syukur yang mendalam.

Para santri datang membacakan Al Quran sampai khatam. Tetangga di undang. Beberapa karyawan Adlan A&Z IT Consultant juga datang. Tak lupa ucapan selamat dan aneka kado dibawakan oleh rekanan. Tak sedikit juga yang menitipkan.

Tentunya keluarga umi ikut datang merayakan kebahagiaan. Zamzam, Dinda, Umi dan Abi datang membawakan banyak bingkisan.

Andini menyambut ibu mertua dan kedua iparnya maudengan penuh takdzim dan kebahagiaan.
Andini juga menyambut semua tamu dengan senyum kebahagiaan.

Semua hidangan telah dinikmati dengan penuh kebahagian. Tak lupa telah dipisahkan juga bingkisan dan makanan untuk rumah yatim yang selalu mendoakan.

Malam telah mulai gelap meski baru saja merangkak.
Andini tengah menyusui Ustsman ketika umi menghampiri. Adlan berada disisinya menggendong Umar.

"Adlan, Andini, umi ingin membicarakan sesuatu"
Melihat mimik yang serius, Adlan dan Andini faham bahwa apa yang akan disampaikan adalah sesuatu yang penting.

"Bagaimana kalau salah satu dari bayi kalian, Umar atau Utsman diasuh dan dibesarkan oleh Zamzam dan Dinda?"

***********

Entah sepert apa luasnya hati Ibrahim.
Hingga ketika perintah untuk meninggalkan dua kesayangan di gurun sunyi nan sepi, diterima tanpa sedikitpun keberatan terbersit.

Entah seperti apa iman yang mengakar di hidup Ibrahim.
Hingga ketika ia diperintahkan berjalan tanpa bicara dalam waktu yang lama, diterima begitu saja.
Ia diam ketika kesayangannya menangis saat haus.
Ia diam karena bicara adalah terlarang baginya kala itu.

Entah seperti apa cinta yang dipunya dan dipersembahkan Ibrahim kepada Sang Pencipta, hingga gelar kholilullooh ia terima sebagai balasannya.
Gelar untuk satu manusia diantara yang pernah tercipta.

Entah seperti apa kerinduan di hati Ibrahim, ketika ia lirih berbisik dalam do'a :
Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezekilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur.

Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau mengetahui apa yang kami sembunyikan dan apa yang kami lahirkan; dan tidak ada sesuatupun yang tersembunyi bagi Allah, baik yang ada di bumi maupun yang ada di langit.

(QS 37 - 38)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar