Senin, 15 November 2021

Cinta Seindah Sakura

 

( Oleh Rani Sulaeman Ummu Ahmad )


Part 7.


Utsman benar-benar menikmati suasana baru di rumah barunya. Rumah Hamid.

Ia betah bermain dengan Arina dan Rika. Bahkan tidurpun bersama mereka.

Arina dan Rika merasa terhibur dengan lucunya tingkah polah Utsman.


Andini menikmati semuanya.

Menikmati keceriaan Utsman. Menikmati kebahagiaannya bersama Hamid. Menikmati menjadi bagian dari keluarga Nura seutuhnya.  Bagi Nura, kebahagiaan kakaknya, kebahagiaan Andini adalah kebahagiaannya. Kebahagiaan dua orang yang sangat dicintainya.


"Kak, hari ini aku yang masak ya, mau dimasakin apa?" Andini bertanya pada Hamid.

"Masakan andalanmu aja dek" Hamid tersenyum. Andini cemberut. Untuk masalah masakan, Hamid lebih piawai. 

"Kalau gitu kakak aja yang masak" Andini menyerah.

"Kita masak bareng aja yuk, buat semua"

"Masak apa?" Andini bertanya. Riang namun penasaran.

"Laghman, mie khas Uighur" Hamid menjawab.

"Emang Kakak pernah ke Uighur?" Andini penasaran.

"Ngga, di Austria ada rumah makan halal milik imigran Uighur" Hamid menjelaskan.

"Kakak nanya resepnya?" Hamid tertawa ringan.

"Nanti kalau Andin sudah pinter masak, Andin bakal langsung tahu bahan dan bumbu sebuah masakan, bahkan termasuk bumbu mana dulu yang dimasukan"

"Begitu kah?" Andini tak percaya.

"Tapi chef tertentu mencampur satu atau beberapa bumbu dulu sebelum dimasak, nah ini kadang yang disebut bumbu rahasia" panjang lebar Hamid menjelaskan.

"Ayo Kak" Andin mengajak.

Namun Hamid lebih kuat menarik Andini ke pelukannya.

Andini tak menolak.

Gelora cinta yang tertahan lama, akhirnya tersampaikan juga.


****


Mungkin karena tahu anaknya suka memasak, ayah dan ibu Hamid membuat dapur yang cukup luas. Peralatan yang lengkap. Dapur ini akan sepi kalau Hamid pergi. Lemari bahan mentahnya juga kosong kalau Hamid lama tak berada di rumah. 


Keadaan akan berubah ketika Hamid ada. Bagi Hamid, masak adalah salah satu cara untuk menikmati hari.

Seperti saat itu. Bersama Andini, Hamid menyiapkan semuanya.


Hamid membuat mie sendiri. Mie Udon. Lebih sehat, lebih kenyal, lebih enak dan lebih murah, meski lebih repot. Begitu kata Hamid.

Andini memperhatikan seksama, sambil sesekali siap membantu Hamid, melaksanakan apa yang diinstruksikan.


Ibu datang mengambil gelas. Menyeduh teh.

"Masak apa?" ibu bertanya.

"Mie Laghman Bu, Mie dengan variasi sapi rempah" Hamid menjelaskan. Ia menatap ibunya lembut.

Sang ibu menganngguk. Lalu berlalu.


"Andini temenin ibu dulu ya" Hamid meminta. 

Andini heran. "Ada apa Kak?"

"Ibu lagi gelisah, ada yang mengganggu hatinya"

"Apa ibu cerita masalahnya apa?" Andini bertanya hati-hati.

"Ibu tak kan cerita kalau kita ga nanya, itupun harus perlahan-lahan dan ga boleh mendesak, temani aja" Hamid meminta. Andini menta'ati.

Ia mencuci tangannya dan segera menemui ibu yang kini jadi mertuanya.


Ibu tengah duduk di sofa ruang tamu. Ia tengah memegang handphone. Tampaknya tengah berkomunikasi dengan seseorang.

Andini membawakan gula, cream dan sedikit camilan yang ada di lemari es.

"Bu, barangkali mau tambah gula ini Andin bawakan"

Andini menatanya di meja.

"Iya, terima kasih" 

Andini duduk di sebrang kursi ibu angkatnya yang kini jadi  mertuanya.


"Ngga bantu Hamid?" ibu bertanya

"Ngga Bu, Kak Hamid kayaknya lebih suka masak sendiri"

"Emang kalau sudah masak, Hamid suka susah diganggu"

Andini sudah tahu hal itu dari dulu. Tapi ia menghormati ibu mertuanya.

"Bu, kalau Kak Hamid, makanan kesukaannya apa?"

"Hamid sukanya masakan baru, resep baru yang ditambah-tambah sendiri"

Ini juga Andini sudah menduga.

"Waah, berarti Andin harus banyak belajar masak nih"

"Ga usah, Hamid paling suka lemon tea, tehnya teh tubruk, sajikan jangan terlalu panas, itu aja yang ia suka"

Andini baru mengerti kenapa di rumah ini selalu ada lemon dan teh.

"Oh gitu ya, nanti Andin coba" Andini mulai kebingungan, karena ibu sama sekali tidak terlihat gelisah.

"Ibu nampaknya lagi sibuk ya, ada pesanan desain baju bukan bu?" akhirnya Andini bertanya.

"Ngga, ini mamanya Nina nanyain Hamid, ibu sudah berusaha menjelaskan, tapi nampaknya dia belum terima"


Ada desir disertai cemas dan kaget yang melintas di hati Andini.

"Ibu tak pernah menjanjikan apapun, bahkan ngasih CV Hamid juga ngga, cuma pernah mengenalkan Hamid, itu pun foto keluarga, bukan sendiri" panjang lebar sang mertua memaparkan. Seolah tak ingin Andini berburuk sangka padanya.

"Pasti orang akan berharap banyak sih Bu pada Kak Hamid, itu wajar, tidak usah dicemaskan. Yang penting dari pihak kita kan tidak melakukan kesalahan" Andini mencoba menenangkan.

"Iya betul, tapi mamanya Nina tetep minta Hamid ketemu Nina dulu, ibu sudah katakan bahwa Hamid sudah menikah dan akan segera kembali ke Austria bersama istrinya, tapi mamanya Nina tetep meminta Hamid ketemu Nina dulu"

"Ya kalau sekedar ketemu gapapa Bu"

"Andini  ga takut?"

"Takut kenapa Bu?" Andini balik bertanya.

"Ga takut Hamid direbut orang?"


Desir cemas itu hadir kembali.

Andin diam. Melihat ke dalam hatinya. Iya, ia takut. Tapi ia ingin permasalahan ini selesai. Ia tak ingin ibu mertuanya terganggu dan resah. Ia mencoba menenangkan dirinya. Percaya sama Allah. Apapun yang terjadi percaya bahwa semua yang terbaik dari Allah.


*********


Seperti apakah cinta?

Tak ada yang tahu,

Kau hanya bisa menggambarkannya dalam bentuk hati.

Tapi cinta bukan hati

Hati hanya tempat terasanya cinta

Seperti juga tempat terasanya benci.

Hati adalah tempat rasa bertahta.


Cinta bukan hanya tentang bahagia

Karena tak jarang cinta pun menoreh luka.


Cinta bahagia tanpa duka adalah cinta yang telah menemukan taqdirnya.

Dan taqdir cinta adalah dikembalikannya pada Sang Pemberi Cinta.


Cinta yang tak kembali pada Sang Pencipta cinta seperti pedang yang terus mencari sarungnya.

Kau mungkin bisa memegangnya.

Tapi tak jarang kau pun terluka karenanya.


Maka persembahkanlah cinta untukNya saja. 

Agar nyata bahagia kan kau rasa.


******


Bandung : Baper yang Tak Terbendung

1 komentar:

  1. Titanium Dog teeth implants - iTaniumART
    The Titanium dog teeth technology chi titanium flat iron from Tritanium Technologies is a titanium glasses frames device for placing a bone replacement on the titanium crystal teeth titanium key ring of an ford focus titanium existing dog. The Tritanium

    BalasHapus