Sabtu, 26 Februari 2022

Cinta Seindah Sakura part 26

 Part 26.

Oleh Rani Binti Sulaeman


Jika ada kata yang membuatmu ternganga

Membuat mata sedemikian terbuka

Membuat dada sedemikian membuncah bahagia

Membuat masa sedemikian ceria gembira 

Maka kata itu adalah : ajaib.


Betapa banyak orang berjalan mencari keajaiban, demi mencari kebahagiaan, menikmati sensasi gembira tak terkira.   Betapa banyak uang yang rela mereka keluarkan demi sebuah angan tentang keajaiban.  Betapa banyak yang rela menempuh perjalanan panjang demi impian keajaiban yang telah lama didambakan.   Padahal keajaiban itu dekat, teramat sangat dekat.  Sedekat kita dengan Sang Maha Pencipta.  Bukankah SangMaha Pencipta, Sang Maha Pecinta lebih dekatdari urat leher setiap manusia?


Maka keajaiban akan selalu ada bagi mereka yang menikmati kedekatannya dengan Sang Maha Pencipta, Sang Maha Pecinta.  Baginya hidup hanyalah keajaiban keajaiban yang indah.  Tiada beda antara suka maupun duka.  Bersyukur ketika semua karunia keberlimpahan datang.  Kemudian melipatgandakan syukur ketika ujian mendera.   


Ya, sabar adalah syukur yang telah berpangkat kuadrat. Syukur yang harus ditumbuhkan di setiap kisi-kisi luka.  Dan dalam sebulir air mata pun kata syukur harus tetap muncul.  Syukur atas hangat bening air mata pelarut duka.  Syukur atas terpilihnya jiwa untuk melewati ujian guna meningkat taqwa.  Maka ketika syukur yang telah berbilang sedemikian banyak  itu menyatu ketika keberlimpahan tiba, ia seperti menjadi wadah yang teramat sangat besar dan luas yang siap menerima semua indah pemberian.


Andiny kini tengah menikmati keberlimpahan pemberian itu.  Pemberian dari sang Maha Pencipta Sang Maha Pecinta.  Pemberian ajaibnya kehidupan baru yang mulai berdetak di rahimnya.  Pemberian ajaibnya cinta dari Hamid yang sama sekali tak pernah ia bayangkan.  Pemberian ajaibnya Utsman yang terus tumbuh dalam kasih sayang  ayah sambungnya.  Pemberian ajaibnya pemandangan alam  yang selama ini hanya ia lihat dalam gambar-gambar.  Andiny terus bertasbih memuji Sang Maha Pencipta yang telah melimpahinya segenap cinta.


Di sepertiga malam, dua hamparan sajadah menyaksikan sepasang kekasih yang tengah larut dalam do’a.  Do’a merdu ditengah isak tangis syukur, do’a yang berhiaskan bening bulir airmata yang menetes lambat.  Seolah setiap bulirnya ingin utuh menyerap syahdu do’a hingga sampai pada kata aamiin yang terakhir.


Episode indah itu diakhiri dengan diciumnya tangan Hamid dengan takdzim.  Seperti hari-hari yang telah berlalu, Hamid menarik nafas panjang untuk menyimpan do’a yang kemudian ia tiupkan lembut pada ubun-ubun kekasihnya.  Lalu setelah itu Andiny akan bersandar di bahu lebar Hamid sembari bermanja dalam cinta.  Dan cinta dalam ikatan pernikahan adalah ibadah indah cermin kenikmatan surgawi.


Andiny bangkit dari tempat tidurnya, sementara Hamid nampak terpejam.  Ia harus segera menyegarkan diri membasuh semua tubuhnya dengan air yang mensucikan.  Dibukanya balutan mukena yang masih ia kenakan.  Dilipatnya sajadah yang masih terhampar di sisi kamar.  Lalu Andiny melangkah ke kamar mandi.  Namun seperti biasa, Andiny akan melihat Utsman dikamarnya, memastikan bahwa buah hatinya terlihat nyaman bahagia di alam mimpinya.


Andiny menyelimuti Utsman.  Diciumnya pipi tembem Utsman yang menggemaskan.  Andiny bersyukur dan terus bersyukur.  Tumbuh kembang Utsman adalah keajaiban.  Kasih sayang Hamid pada Utsman juga padanya adalah keajaiban.  Dan keajaiban kasih sayang itu telah menumbuhkan keajaiban detak jantung dalam rahimnya.   Detak jantung ini telah Allah tiupkan nyawa di kehadirannya yang telah menginjak bilangan empat purnama.


Air adalah keajaiban yang menyegarkan ketika ia ada dalam porsinya.  Andiny melihat jam, Masih ada waktu untuk sahur.  Hari ini hari Kamis.  Andiny bergegas ke dapur  ia ingin menyiapkan sahur untuk Hamid. Namun di dapur Hamid nampak tengah menyiapkan hidangan.  “Ayo Umma, kita sahur” ajak Hamid.  Nasi, soto ayam, perkedel, kerupuk  dan sambal  telah terhidang.  Tak lupa kurma ajwa juga menjadi penyempurna hidangan sahurnya.  


Puasa di musim panas adalah puasa terpanjang.  Maka persiapan sahur harus benar-benar maksimal.  Dan kurma yang penuh berkah benar-benar menjadi solusi.  Energinya tahan sepanjang hari.  

“Umma jam 11 siang nanti kita jadwal ketemu dokter Martia kan?” Hamid menatap lembut kekasihnya.  Andiny menangguk.  “Apa Kana bilang ke Umma kalau jam 10 pagi ini dia mau kesini bareng Zuhdan?” Andiny menggeleng.  “Zuhdan mau pinjam buku Fiqh Sunnah”  Hamid menjelaskan “Katanya sekalian janjian sama Kana mau ke rumah Alma” 

“Orang tua Kana jadi datang ke sini?”  Andiny bertanya.

“Jadi, kabarnya Oktober nanti, mungkin sekalian ingin melihat Oktober fest”

“Oktober fest?” 

“Iya, pesta rakyat tahunan di Muenchen, nanti ada karnaval, juga ada macam-macam permainan seperti di Dufan”  

“Ooh, nanti kita bisa lihat juga kan?”  Andiny berharap

“Cuma biasanya banyak yang mabuk, harus berhati-hati”

Andiny menciut.

“Hari ini Kak Hamid ke kantor jam berapa?”  Andiny mengalihkan perhatian.  

“Kakak hari ini ijin ga ke kantor” 

“Enak ya, kerja di sini dihitung target jam kerja, bukan dihitung kehadiran harian, jadi bisa fleksibel”

“Di sini semua systemnya sudah stabil, kecuali system pergaulan, ya itulah, kalau system yang dipakai buatan manusia, sejenius apapun pembuatnya, pasti ada sisi yang membuatnya timpang dan merusak”

Andiny mengiyakan penjelasan Hamid.


Hamid tengah bersama Utsman bermain.  Sepasang ayah dan anak tengah asyik menyusun kotak-kotak plastik bermerek lego.  Hadiah dari Bu Bagus dan Alma.  Andiny baru saja mengucap salam dalam sholat dhuha yang digenapkannya dua belas rakaat.  Waktu menunjukkan pukul sembilan tiga puluh ketika bel rumah berbunyi pertanda tamu bertandang.   

Hamid bergegas ke pintu, menekan tombol untuk berbicara “Tut mir leid, wer bis du?”

“Zuhdan, Kang” terdengar jawaban melalui speaker dekat pintu.  Hamid menekan tombol untuk membuka pintu utama apartemen yang ada di bawah agar Zuhdan bisa masuk dan naik.

Zuhdan dan Hamid berpelukan laykanya sahabat yang lama tak bertemu.  

“Koq sendirian, katanya janjian sama Kana?”  Hamid bertanya

“Iya janjian di sini”  Zuhdan tertawa ringan. 

“Ayo masuk”


Zuhdan menghampiri Utsman yang tengah asyik bermain.  “Waah, jagoan abuya lagi buat apa nih?”  

“Aku lagi bikin pesawat sama kereta” Utsman menjawab polos

“Waah keren, bagus sekali pesawatnya, dan ini keretanya panjaaaang”

“Ini buat Om” Utsman memberikan sebuah lego yang telah tersusun.

“Makasih banyak Utsman sholih,   tahu aja nih om suka pesawat”


Sejenak mereka bercengkrama, bermain bersama. Hingga Andiny datang membawakan minuman dan camilan.  “Ayo minum dulu”  Andiny menyimpan hidangan di meja tamu.   Zuhdan beranjak, duduk di sofa yang nyaman.  

“Bagaimana tesisnya?  Lancar kan?”  Hamid membuka pembicaraan.

“Alhamdulillaah lancar, yah, ada progress lah meskipun ga ngebut” Zuhdan menjelaskan “Disambil kerja di mini market ternyata lumayan berat bagi waktu juga”

“Alhamdulillaah, yang penting tetap bisa dikerjakan”

“Iya Kang” Zuhdan mengambil the yang terhidang.

“Antum jadi pinjam Fiqh sunnah bab munakahat?, mau ngisi pengajian atau mau persiapan?”  Hamid menggoda.

“Dua-duanya  Kang” Zuhdan menjawab pendek

“Serius?  Siapa nih akhwat Muenchen yang beruntung  dapetin Antum?, seorang mualaf kah?”

“Ngga lah Kang” Zuhdan mengelak

“Katanya Antum pengen nikah sama muslimah bule”

“Itu dulu”  Zuhdan tertawa sesaat, sejurus kemudian raut mukanya berubah nampak serius.

“Kang, mohon maaf sebelumnya, sambil minta meyakinkan juga sih nanti, sebenarnya aku janjian sama  Kana di rumah Kang Hamid, sambil ingin melamar Kana sebelum nanti datang ke orangtuanya saat keduanya kesini”  papar Zuhdan begitu hati-hati.


Andiny yang duduk di sebelah Hamid tertegun.  Masih terbayang senyum Kana saat menatap Hamid.  Masih terlihat jelas tatap mata yang hanya bisa dimengerti oleh sesama wanita, tatap mata nanar karena cinta tak sampai.  Zuhdan, apakah telah berhasil meluluhkan hati Kana?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar