Jumat, 05 Agustus 2022

Cinta Seindah Sakura

 Part 28




Musim semi selalu dinanti.  Saat dedaunan menggeliat dari tidurnya di musim dingin.  Lalu kemudian dedaunan itu beraktivitas merimbun pepohonan.  Meniupkan oksigen ke udara, mengolah hijau klorofil menjadi sajian lejat untuk seluruh anggota sel di sepanjang akar sampai ujung daun itu sendiri.  Seperti pesta, bunga-bunga pun seolah tak mau kalah menyemarakkannya.  Semua bermunculan, bak para peserta ratu kecantikan.  Bunga-bunga itu seperti bersaing menampilkan kecantikannya.  Ah, maka nikmat Allah manakah yang kamu dustakan. 


Musim semi memang indah dan teramat indah.  Tapi di sini, di negeri ini, ada yang lebih dirindukan dari musim semi.  Ia adalah musim panas dimana matahari akan memancarkan kehangatan dalam waktu terpanjangnya.  Konon katanya, di negri ini, tidak banyak jumlah hitungan hari yang ditemani oleh matahari dengan sinar yang penuh.  Itulah sebabnya di sini tidak banyak gedung yang tinggi.  Gedung tinggi akan menghalangi orang untuk mendapatkan sinar matahari.  


Musim panas yang dirindukan, ternyata adalah siang yang teramat panjang.  Matahari seolah enggan pergi.  Bahkan ketika waktu menjejak di angka sembilan belas, membentuk sudut timpul 115 derajat, matahari masih betah menyinari.  Padahal kalau di negri garis khatulistiwa, saat itu matahari telah lama pergi keperaduan dan malam mulai mengoles kuas jelaga di langitnya. 


Andiny dan Utsman masih beradaptasi dengan suasana ini.  Andiny tetap konsisten dengan jadwal waktu tidur Utsman.  Namun Utsman masih setia pada kebiasaan lama, membuka jendela kamar sebelum tidur.  Seolah memastikan bahwa memang sudah waktu yang tepat untuk tidur. 


"Umma, diluar masih terang" Utsman menatap Andiny.  Andiny tersenyum "Betul Utsman sholih, di luar memang masih agak terang, tapi sekarang sudah jam tujuh malam" 

"Belum malam" Utsman menyanggah. 

"Kalau gitu Umma bacakan buku cerita yuk" 

"Aku mau Abuya yang bacakan"

"Tapi Abuya lagi keluar kota, kita telpon Abuya aja yaa"


"Kak Hamid lagi sibuk kah?" Andiny mengirim pesan sembari memegang perutnya yang semakin membesarkan.  Buah cinta itu semakin lincah seolah ingin juga berkomunikasi dengan  ayahnya. 

"Ngga, Kakak lagi di masjid Indonesia di Frankfurt, baru selesai sholat"

"Alhamdulillah, Andin telpon ya Kak"


Wajah teduh milik Hamid muncul di layar HP Andiny. 

Utsman melihat gembira. 

"Abuya... " Utsman reflek memanggil ayah sambungnya. 

"Assalamu'alaikum Utsman, belum tidur?" Hamid menyapa. 

"Belum malam" Utsman menjawab pendek. 

"Abuya mau cerita kan ya?" Andiny bertanya. 

Hamid tentu faham keinginan Andiny. 

"Utsman pernah mendengar cerita daun ajaib ngga?"

Utsman menggeleng. 

"Abuya ceritain ya.  Tapi HPnya dideketin ke kuping Utsman ya?" 

Bujukan Hamid dijawab Utsman dengan anggukan. 


Sepertinya bukan cerita Hamid yang kemudian membuat Utsman tertidur.  Tapi ikatan batin diantara anak dan ayah sambung itu yang terus menguat.  Hati Utsman seolah faham akan apa yang diinginkan Hamid.  Hati yang tersentuh itu kemudian membawa raga untuk tunduk.  Utsman telah lelap. 


Andiny membuka lemarinya. Mengambil sepasang baju pengantin miliknya dan Hamid. 

Baju yang ia titipkan pada teman kuliahnya yang sedang melakukan penelitian di negeri ini. Andiny bersyukur, betapa tangan-tangan untuk menolongnya seolah Allah tebarkan di mana-mana.  Andiny bersyukur, baju pengantin berwarna baby green ini sebentar lagi akan menemani hari bahagianya Kana.  

Ya, Kana & Zuhdan memutuskan untuk menikah di Bulan November nanti.


Terbayang saat Zuhdan dan Kana datang pada Hamid dua pekan lalu. Meminta Hamid untuk menemani ke Frankfurt, untuk mendaftarkan rencana pernikahannya di kedubes Indonesia. 

"Biasanya orang memilih menikah itu di musim panas biar bisa langsung honeymoon di liburan yang panjang" Hamid menggoda

"Karena ayah baru bisa datang di musim gugur" Kana menjawab dalam rona merah pipinya. 

"Selain pemandangan yang indah banget, November kan banyak turun hujan mas, berarti saat itu banyak keberkahan yang Allah berikan" Zuhdan menambahkan.


"Dan tentu cuaca juga mendukung ya, banyak hujan, udara juga ga hangat & mulai dingin, waktu yang tepat untuk memulai ibadah penuh kenikmatan" Dan rona merah sera merta memulas wajah milik kedua calon yang tengah menanti hari bahagia. 


"Bajunya sudah sudah ada di Gotingen, temen saya sudah sampai" Andiny mengalihkan perhatian. 

"Makasih banyak ya Mba Andiny sudah membantu banget" Kana menyampaikan rasa terimakasih dengan mata yang berbinar. 


Binar mata itu kemerlapnya seperti fayet-fayet dan mutiara indah yang bertaburan di gaun pengantin ini.  

Mata yang dulu terlihat kuyu dalam genangan kepedihan kini telah bermetamorfosa menjadi mata yang memancarkan kebahagiaan. Perjuangan berat Zuhdan telah membuahkan hasil. 


Betapa tidak.  Zuhdan sangat faham akan status sosial Kana sebagai anak pejabat teras di sebuah BUMN.  Tapi bukan karena itu ia nekat melamar Kana. 

Zuhdan sangat tahu kepada siapa hati Kana merindukan.  Tapi itu tak sedikit pun merubah rasa hatinya. 

Zuhdan sangat mengerti tentang kelemahan fisiknya.  Tapi itu tak sedikitpun mengurung niatnya. 

Zuhdan sangat faham bahwa Kana akan selalu meminum obat selama hidupnya.  Ini pun tak mengurangi setitik rasa cintanya. 


Cinta memang tidak bisa memilih. Cinta datang tanpa diundang.  Cinta adalah amanah titipan ilahi yang kadang kita tak mengerti. 

Zuhdan telah mengetuk pintu langit tanpa henti. Memohon dalam tangis. Berharap dalam isak, agar kebahagiaan kan abadi menjadi miliknya bersama Kana. 


"Kana, semoga surga dunia Allah wujudkan dalam rumah tanggamu" Andiny menyelipkan do'a sembari ia menjahit bagian bawah gaunnya.  Agar pas dengan tinggi Kana. 


Dering nada Handphone membuat Andiny beranjak. Tanpa melihat nomor pemanggil, Andiny menerima panggilan dalam dering lagu merdu.  Sepotong musik intsrumen dari lagu  "nothing gonna change my love for you"

"Assalamu'alaikum, Hallo" Andiny menyapa. 

"Wa'alikum salam, Kak Andiny apa kabar? Tadi aku nelpon Hamid tapi ga diangkat.  Ini aku, Zamzam,  in syaa Allah September aku mau ke Muenchen"


****

Tidak ada komentar:

Posting Komentar